Desa Rasau Gambaran Umum Desa Sampel Penelitian
Status Ketransmigrasian Berdasarkan status ketransmigrasian kepala keluarga yang dibedakan atas
generasi pertama transmigran awal dengan generasi kedua anak-anak transmigran ataupun penduduk pendatang non transmigran, dapat dikemukakan
bahwa hanya kurang separuh 40,16 persen dari kepala keluarga pada desa-desa eks-transmigrasi yang merupakan generasi pertama. Sebagian besar lainnya
59,89 persen merupakan generasi kedua atau penduduk non-transmigran. Kondisi ini disebabkan sudah relatif lamanya penempatan transmigran pada
desa-desa sampel yang mencapai rata-rata 30 Tahun, sehingga banyak transmigran awal yang sudah meninggal. Selain itu, terdapat juga transmigran
awal yang kembali ke daerah asal baik karena ketidakmampuan menghadapi kondisi di daerah transmigrasi maupun mereka yang berhasil dan kemudian
kembali ke daerah asal untuk berinvestasi. Status ketransmigrasian kepala keluarga di desa-desa eks transmigrasi
diberikan pada Tabel 67 berikut: Tabel 67 Persentase kepala keluarga menurut status ketransmigrasian pada desa
eks transmigrasi di Provinsi Jambi, Tahun 2011
Status transmigrasi
Stadia rendah Stadia I Stadia tinggi Stadia III dan IV
Rata- rata
Mekar Sari
Bukit Mas
Sungkai Rata-
rata Rasau
Bandar Jaya
Rimbo Mulyo
Rata- rata
Generasi Pertama
57.89 68.42 57.14 60.56
31.58 34.62 30.12 31.79 40.16
Generasi Kedua
42.11 31.58 42.86 39.44
68.42 65.38 69.88 68.21 59.84
N sampel 38
19 14
71 38
52 83
173 244
Sumber: Penelitian Lapangan, 2011
Selanjutnya, jika dilihat secara lebih terperinci, desa-desa dengan stadia tinggi umumnya ditempati oleh generasi keduapendatang non-transmigran,
dengan proporsi mencapai 68,21 persen. Ketiga desa yang tergolong stadia tinggi ini memang merupakan desa dengan penempatan yang paling lama dibandingkan
desa-desa sampel lainnya. Penempatan transmigran di Bandar Jaya dimulai pada Tahun 1970, di Rimbo Mulyo Tahun 1976 dan Desa Rasau Tahun 1979.
Sebaliknya, proporsi generasi keduapendatang non-transmigran pada desa-desa stadia rendah hanya 39,44 persen. Penempatan transmigran pada desa-desa stadia
rendah ini relatif lebih baru dibandingkan desa-desa stadia tinggi. Penempatan
transmigran di Desa Bukit Mas ini dimulai pada Tahun 1995 sedangkan Mekar Sari dan Sungkai pada Tahun 1984.
Umur Umur berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap
perilaku dan pola pengambilan keputusan individu. Pengaruh umur ini dapat dikaitkan dari sisi pengalaman maupun dari sisi kedewasaan berpikir yang
menyertai peningkatan umur seseorang. Rata-rata umur kepala keluarga pada desa-desa eks transmigrasi di Provinsi
Jambi relatif bervariasi, dengan rata-rata umur 42.4 Tahun. Dilihat dari kelompok umurnya, dapat dikemukakan bahwa kepala keluarga berada pada usia-usia
produktif. Hanya 9,43 persen yang berada pada usia tidak produktif 60 Tahun ke atas. Selain itu, dari sisi umur sebagian besar kepala rumah tangga sudah berada
pada kelompok usia yang cukup matang di dalam menghadapi kehidupan rumah tangga, terutama ditinjau dari pengalaman berumah tangga.
Tabel 68 Persentase kepala keluarga menurut kelompok umur pada desa eks transmigrasi di Provinsi Jambi, Tahun 2011
Kelompok umur tahun
Stadia rendah Stadia I Stadia tinggi Stadia III dan IV
Rata- rata
Mekar Sari
Bukit Mas
Sungkai Rata-
rata Rasau
Bandar Jaya
Rimbo Mulyo
Rata- rata
20 - 29 18.42
15.79 0.00
14.08 10.53
21.15 13.25
15.03 14.75
30 - 39 28.95
31.58 50.00
33.80 26.32
17.31 34.94
27.75 29.51
40 - 49 15.79
21.05 14.29
16.90 34.21
28.85 24.10
27.75 24.59
50 - 59 23.68
26.32 21.43
23.94 18.42
25.00 19.28
20.81 21.72
60+ 13.16
5.26 14.29
11.27 10.53
7.69 8.43
8.67 9.43
N sampel 38
52 19
71 38
14 83
173 244
Rata-Rata Umur
42.2 40.9
42.5 41.9
43.9 43.1
41.7 42.6
42.4 Sumber: Penelitian Lapangan, 2011
Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
keputusan seseorang dalam berbagai hal bidang kehidupan. Semakin tinggi pendidikan kepala keluarga maka semakin tinggi juga kemampuannya dalam
mengambil keputusan dalam memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan pendapatan.
Secara keseluruhan pendidikan kepala keluarga pada desa-desa eks transmigrasi relatif rendah. Hal ini terlihat dari kenyataan bahwa 73,77 persen
diantaranya hanya berpendidikan tamat SLTP ke bawah. Sebaliknya, kepala rumah tangga yang berpendidikan SLTA ke atas hanya 26,13 persen.
Pencapaian stadia tinggi untuk desa-desa eks transmigrasi juga terlihat dipengaruhi oleh pendidikan kepala keluarga. Pada desa-desa stadia tinggi, tingkat
pendidikan kepala keluarga relatif lebih baik 50,29 persen berpendidikan SLTP ke atas dibandingkan desa-desa dengan stadia rendah 47,89 persen
berpendidikan SLTP ke atas. Tabel 69 Persentase kepala keluarga menurut tingkat pendidikan pada desa eks
transmigrasi di Provinsi Jambi, Tahun 2011
Pendidikan Stadia rendah Stadia I
Stadia tinggi Stadia III dan IV Rata-
rata Mekar
Sari Bukit
Mas Sungkai
Rata- rata
Rasau Bandar
Jaya Rimbo
Mulyo Rata-
rata Tdk sekolah
5.26 0.00
7.14 4.23
5.26 3.85
2.41 3.47
3.69 Tdk tmt SD
18.42 15.79
7.14 15.49
5.26 13.46
9.64 9.83
11.48 SD
34.21 26.32
35.71 32.39
23.68 23.08
50.60 36.42
35.25 SLTP
15.79 26.32
28.57 21.13
21.05 25.00
25.30 24.28
23.36 SLTA
21.05 31.58
14.29 22.54
31.58 17.31
10.84 17.34
18.85 Akad PT
5.26 0.00
7.14 4.23
13.16 17.31
1.20 8.67
7.38 N sampel
38 52
19 71
38 14
83 173
244 Sumber: Penelitian Lapangan, 2011
Karakteristik Pekerjaan Dari sisi lapangan pekerjaan utama, bagian terbesar 62,70 persen kepala
keluarga berstatus sebagai petani dan sisanya 37,30 persen adalah kepala keluarga dengan lapangan pekerjaan utama sebagai buruh tani, buruhpekerja non-
pertanian, dan usaha sendiri wiraswasta baik pada perdagangan maupun industri kecil. Selanjutnya berdasarkan stadia desa terlihat bahwa secara rata-rata kepala
keluarga pada desa stadia tinggi relatif lebih dominan sebagai petani pemilik dibandingkan pada desa-desa stadia rendah. Pada desa stadia tinggi, 65,90 persen