Desa Sungkai Gambaran Umum Desa Sampel Penelitian
mengambil keputusan dalam memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan pendapatan.
Secara keseluruhan pendidikan kepala keluarga pada desa-desa eks transmigrasi relatif rendah. Hal ini terlihat dari kenyataan bahwa 73,77 persen
diantaranya hanya berpendidikan tamat SLTP ke bawah. Sebaliknya, kepala rumah tangga yang berpendidikan SLTA ke atas hanya 26,13 persen.
Pencapaian stadia tinggi untuk desa-desa eks transmigrasi juga terlihat dipengaruhi oleh pendidikan kepala keluarga. Pada desa-desa stadia tinggi, tingkat
pendidikan kepala keluarga relatif lebih baik 50,29 persen berpendidikan SLTP ke atas dibandingkan desa-desa dengan stadia rendah 47,89 persen
berpendidikan SLTP ke atas. Tabel 69 Persentase kepala keluarga menurut tingkat pendidikan pada desa eks
transmigrasi di Provinsi Jambi, Tahun 2011
Pendidikan Stadia rendah Stadia I
Stadia tinggi Stadia III dan IV Rata-
rata Mekar
Sari Bukit
Mas Sungkai
Rata- rata
Rasau Bandar
Jaya Rimbo
Mulyo Rata-
rata Tdk sekolah
5.26 0.00
7.14 4.23
5.26 3.85
2.41 3.47
3.69 Tdk tmt SD
18.42 15.79
7.14 15.49
5.26 13.46
9.64 9.83
11.48 SD
34.21 26.32
35.71 32.39
23.68 23.08
50.60 36.42
35.25 SLTP
15.79 26.32
28.57 21.13
21.05 25.00
25.30 24.28
23.36 SLTA
21.05 31.58
14.29 22.54
31.58 17.31
10.84 17.34
18.85 Akad PT
5.26 0.00
7.14 4.23
13.16 17.31
1.20 8.67
7.38 N sampel
38 52
19 71
38 14
83 173
244 Sumber: Penelitian Lapangan, 2011
Karakteristik Pekerjaan Dari sisi lapangan pekerjaan utama, bagian terbesar 62,70 persen kepala
keluarga berstatus sebagai petani dan sisanya 37,30 persen adalah kepala keluarga dengan lapangan pekerjaan utama sebagai buruh tani, buruhpekerja non-
pertanian, dan usaha sendiri wiraswasta baik pada perdagangan maupun industri kecil. Selanjutnya berdasarkan stadia desa terlihat bahwa secara rata-rata kepala
keluarga pada desa stadia tinggi relatif lebih dominan sebagai petani pemilik dibandingkan pada desa-desa stadia rendah. Pada desa stadia tinggi, 65,90 persen
dari kepala keluarga berstatus sebagai petani pemilik sedangkan pada desa stadia rendah sebesar 54,93 persen.
Selain itu, Tabel 66 juga memperlihatkan relatif lebih tingginya persentase kepala keluarga yang bekerja sebagai buruh tani dan pekerja non-pertanian pada
desa stadia rendah dibandingkan desa stadia tinggi. Ini merupakan implikasi dari kenyataan relatif rendahnya kepemilikan dan sempitnya lahan yang dimiliki
keluarga pada desa-desa stadia rendah lihat Tabel 73. Pekerjaan-pekerjaan tersebut dilakukan baik di desa sendiri maupun di luar desa. Sebaliknya pada desa
stadia tinggi memperlihatkan relatif tingginya kepala keluarga yang berwiraswasta memiliki usaha sendiri. Kecenderungan ini terjadi karena untuk memiliki usaha
sendiri membutuhkan modal yang umumnya relatif lebih tersedia pada keluarga- keluarga di desa stadia tinggi.
Tabel 70 Persentase kepala keluarga menurut lapangan pekerjaan utama pada desa eks transmigrasi di Provinsi Jambi, Tahun 2011
Pekerjaan utama
Stadia rendah Stadia I Stadia tinggi Stadia III dan IV
Rata- rata
Mekar Sari
Bukit Mas
Sungkai Rata-
rata Rasau
Bandar Jaya
Rimbo Mulyo
Rata- rata
Petani 50.00
57.89 64.29
54.93 55.26
78.85 62.65
65.90 62.70
Buruh Tani 10.53
31.58 21.43
18.31 10.53
0.00 28.92
16.18 16.80
Pekerja Non- Pertanian
36.84 10.53
7.14 23.94
18.42 13.46
2.41 9.25
13.52 Wiraswasta
2.63 0.00
7.14 2.82
15.79 7.69
6.02 8.67
6.97 N sampel
38 52
19 71
38 14
83 173
244
Sumber: Penelitian Lapangan, 2011
Selain memiliki pekerjaan utama, sebagian kepala keluarga juga memiliki pekerjaan tambahansampingan. Terdapat lebih seperempat 28,28 persen dari
kepala keluarga yang memiliki pekerjaan tambahansampingan. Pekerjaan tambahansampingan ini diperlukan keluarga karena penghasilan
yang diperoleh dari pekerjaan utamanya, tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup minimal keluarga. Selain itu, pekerjaan tambahansampingan juga dibutuhkan
keluarga karena sebagian dari pekerjaan-pekerjaan utama mereka sebagai petaniburuh tani relatif rentan terhadap faktor musim. Pada musim-musim
tertentu misalnya musim hujan, petaniburuh tani tidak dapat bekerja sehingga mereka sama sekali kehilangan sumber pendapatan dari mata pencaharian ini.