Masa Orde Lama Sejarah Transmigrasi di Indonesia

peserta. Sementara pada transmigrasi umum, semua ongkos ditanggung pemerintah, dan di lokasi memperoleh lahan seluas dua hektar, rumah, dan alat- alat pertanian, serta biaya selama 12 bulan pertama untuk daerah tegalan, dan 8 bulan pertama untuk daerah pesawahan. Jumlah transmigran yang berhasil dipindahkan pada orde baru sebanyak 6.708.526 orang atau sekitar 1.827.099 keluarga Kemenakertrans 2012.

2.6.4 Masa Reformasi atau Otonomi Daerah

Jumlah penduduk yang berhasil dipindahkan dalam program transmigrasi, terus meningkat, namun tetap tidak bisa mengimbangi pertambahan jumlah penduduk di Pulau Jawa. Ini disebabkan fertilitas di Pulau Jawa jauh melebihi angka penduduk yang dapat dipindahkan ke luar Pulau Jawa Setiawan 1997. Hal tersebut kemudian memunculkan paradigma baru transmigrasi seperti yang tercantum dalam Undang-undang No. 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian dengan perubahannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian. Dalam Undang-undang tersebut dinyatakan, bahwa tujuan penyelenggaraan transmigrasi adalah untuk: 1 meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitar; 2 peningkatan dan pemerataan pembangunan daerah; dan 3 memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Adapun sasarannya adalah meningkatkan kemampuan dan produktivitas masyarakat transmigrasi, membangun kemandirian, dan mewujudkan integrasi di permukiman transmigrasi sehingga ekonomi dan sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan. Dengan ketiga tujuan tersebut, transmigrasi diharapkan dapat memecahkan permasalahan demografi dan sosial, ekonomi, serta politik sekaligus Soegiharto 2008. Program transmigrasi tidak semata-mata ditujukan pada penyeimbangan persebaran penduduk. Program ini juga diselenggarakan sebagai pendekatan untuk pencapaian tujuan sosial. Transmigrasi diarahkan untuk membagikan lahan kepada para petani tunakisma, meningkatkan pendapatan penduduk miskin dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Transmigrasi juga diarahkan pada tujuan pembangunan daerah baik daerah asal maupun daerah tujuan. Di daerah asal, penyelenggaraan transmigrasi berkaitan dengan kebutuhan untuk mengatasi permasalahan ekologis di tempat asal para transmigran yang menyebabkan daerah itu menjadi miskin. Dari sisi daerah tujuan, sasaran akhir penyelenggaraan transmigrasi adalah untuk mengurangi kesenjangan pembangunan antar daerah dengan melakukan pengembangan wilayah pada daerah-daerah terpilih. Wilayah-wilayah tertinggal dibangun antara lain dengan menjadikan lahan-lahan tidur menjadi lahan-lahan produktif, menciptakan kesempatan kerja bagi para penganggur atau meningkatkan persediaan pangan. Tujuan politik dapat dilihat dari alasan keamanan negara dan persatuan bangsa. Program transmigrasi juga strategis untuk kepentingan geopolitik bagi keamanan negara. Penempatan penduduk di daerah-daerah perbatasan yang jarang penduduk menjadi bagian dari rencana pengembangan daerah perbatasan. Tujuan politik juga dilaksanakan melalui upaya-upaya mengadakan penyerasian budaya dari bangsa yang heterogen dengan memukimkan penduduk dari beragam budaya pada daerah baru. Hal ini dapat dilihat sebagai strategi pertahanan dengan memperkokoh persatuan antar etnis. Dengan demikian, melalui transmigrasi memberi peluang untuk mengintegrasikan berbagai etnis dan budaya dalam suatu kehidupan sosial yang harmonis. Tujuan-tujuan tersebut diturunkan dalam Rencana Strategis Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tahun 2005–2009. Tujuan pertama diturunkan menjadi “Meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja beserta keluarganya, masyarakat transmigrasi dan penduduk sekitar, serta meningkatkan jaminan sosial tenaga kerja”, dengan sasaran “Terselenggaranya pembinaan dan pemberdayaan terhadap 595 UPT 149.189 KK”. Tujuan kedua dicapai dengan target: “a Terbangun dan termanfaatkannya potensi sumber daya wilayah perbatasan, menjadi permukiman transmigrasi yang layak layak huni, layak usaha dan berkembang, dan layak lingkungan dengan daya tampung 82.000 KK; dan b Terwujudnya 5 kawasan sebagai pusat pertumbuhan.” Tujuan ketiga direalisasikan dalam bentuk “Tercapainya kemandirian dan integrasi masyarakat di 353 UPT 85.115 KK melalui penyesuaian, pemantapan dan pengembangan”. Tabel 8 Pergeseran definisi, tujuan dan jenis transmigrasi menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Peraturan Definisi Tujuan Jenis PP No.561958 PP No.131959 Pemindahan rakyat ke daerah- daerah yang ditunjuk menurut ketentuan-ketentuan dalam danatau berdasarkan Peraturan Pemerintah ini Luar Pulau Jawa, Madura, Bali dan Lombok a. mempertinggi kemakmuran dan kesejahteraan seluruh rakyat, dengan jalan membuka dan mengusahakan tanah secara teratur serta mengadakan lain-lain usaha pembangunan dalam segala lapangan; b. mengurangi tekanan penduduk di daerah-daerah yang padat penduduknya untuk mencapai tingkat penghidupan yang layak dan mengisi daerah-daerah yang kosong atau tipis penduduknya, untuk pembukaan sumber-sumber alam; c. memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia; d. mencapai keamanan seluruh bangsa Indonesia serta memper- besar potensi pertahanan negara, dengan mengisi dan mem- bangun daerah yang mempunyai arti vital; sehingga tercapai tingkat ketahanan yang lebih tinggi baik dalam lapangan sosial-ekonomi, persatuan dan kesatuan bangsa maupun pertahanan bagi daerah-daerah di seluruh wilayah Indonesia. -Transmigrasi Umum -Transmigrasi Khusus -Transmigrasi sedaerah -Transmigrasi spontan PERPU No.29 Tahun 1960 Sama dengan PP No.561958 dan PP No. 131959 Mempertinggi taraf keamanan, kemakmuran dan kesejahteraan seluruh rakyat dan memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dengan jalan; a. Membuka sumber-sumber alam dan mengusahakan tanah secara teratur; b. Mengurangi tekanan penduduk di daerah padat penduduk dan mengisi daerah-daerah yang jarang penduduknya; c. Mengisi dan membangun daerah-daerah yang mempunyai arti vital sehingga tercapainya tingkat ketahanan bangsa yang lebih tinggi dalam segala bidang penghidupan, dalam rangka pembentukan masyarakat sosialis Indonesia yang adil dan makmur. Sama dengan PP No.561958 dan PP No.131959