Pembagian Lahan dan Pemilihan Komoditas

termasuk fleksibel dalam hal luasan lahan yang dibagikan dan dalam pengunaan lahan, proporsi penggunaan lahan untuk pertanian subsisten pada transmigrasi masih lebih tinggi dibandingkan di negara-negara ASEAN lainnya.

2.9 Teori-Teori yang Mendasari Pembangunan Transmigrasi

Dalam berbagai bidang pembangunan, agar suatu tujuan dapat tercapai secara efisien diperlukan alokasi sumberdaya secara optimal. Sumberdaya tersebut dapat berupa sumberdaya modal fisik, sumberdaya modal manusia dan sumberdaya alam. Dalam konteks ini, migrasi adalah suatu bentuk realokasi sumberdaya modal manusia Ananta 1986. Model yang sering digunakan untuk menganalisis mobilitas penduduk di suatu wilayah adalah model dorong-tarik push-pull factors, yang dikembangkan oleh Everett S. Lee. Model dorong-tarik ini menyatakan penyebab utama seseorang pindah ke daerah lain adalah karena kondisi sosial ekonomi di daerah asal yang tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhannya needs. Karenanya, prasyarat utama yang akan mendorong seseorang untuk pindah adalah adanya perbedaan nilai kefaedahan wilayah place utility antara daerah asal dengan daerah tujuan. Daerah tujuan harus mempunyai nilai kefaedahan wilayah yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah asal. Dengan kata lain, jika dikaitkan dengan pembangunan, berdasarkan kerangka model ini dapat dikemukakan bahwa ketimpangan pembangunan antar daerah merupakan faktor yang menjadi pemicu mobilitas penduduk Junaidi Hardiani 2009. Terdapat empat kelompok faktor yang mempengaruhi orang mengambil keputusan untuk bermigrasi dan proses migrasi, yaitu Lee 1992: yaitu 1 Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal; 2 Faktor – faktor yang terdapat di daerah tujuan; 3 Penghalang antara; dan 4 Faktor – faktor pribadi. Tiga kelompok faktor yang pertama secara skematis dapat dilihat pada gambar 5. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi orang untuk menetap di suatu daerah atau menarik orang untuk pindah ke daerah tersebut. Selain itu, terdapat juga faktor-faktor yang memaksa seseorang untuk meninggalkan daerah tersebut. Keseluruhan faktor-faktor ini ditunjukkan dalam Gambar 5 dengan tanda + dan -. Faktor-faktor lain yang ditunjukkan dengan tanda 0 ialah faktor-faktor netral yang tidak mempengaruhi keputusan seseorang untuk menetap atau pindah dari daerah tersebut. Gambar 5 Faktor daerah asal dan daerah tujuan serta penghalang antara dalam migrasi. Sumber: Lee 1992. Beberapa faktor mempunyai pengaruh yang sama terhadap beberapa orang, tetapi terdapat juga faktor yang berpengaruh berbeda terhadap seseorang. Oleh karenanya akan terdapat perbedaan sikap antara setiap migran dan calon migran terhadap faktor + dan -, yang terdapat baik di daerah asal maupun daerah tujuan. Sebagai contoh, bagi orang tua yang mempunyai banyak anak kecil, akan memberikan nilai + pada daerah dengan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang bagus meskipun biaya hidup relatif mahal di daerah tersebut misalnya karena hargasewa rumah relatif mahal. Sementara bagi orang yang hidup sendiri mungkin tidak terpengaruh untuk tinggal di daerah tersebut, karena tidak ada anak yang harus disekolahkan. Keputusan bermigrasi dalam konteks ini merupakan hasil perbandingan faktor-faktor yang terdapat di daerah asal dan di daerah tujuan. Selain itu, diantara dua tempat tersebut selalu terdapat sejumlah rintangan yang dalam keadaan- keadaan tertentu tidak terlalu berat, tetapi dalam keadaan-keadaan lain tidak dapat diatasi. Yang paling utama diantara rintangan-rintangan tersebut adalah jarak. Sejumlah rintangan yang sama dapat menimbulkan pengaruh yang berbeda-beda pada masing-masing individu, yang akan mempengaruhi keputusan migrasinya. Selain itu, masih banyak faktor pribadi yang berpengaruh terhadap seseorang yang akan pindah, faktor-faktor itu dapat mempermudah atau memperlambat migrasi. 0 + - + 0 + - + 0 - 0 + - 0 + + + 0 - - 0 + - + 0 + - + 0 - 0 + - 0 + + + 0 - - Daerah Asal Daerah Tujuan Penghalang Antara Dari berbagai faktor tersebut, Todaro dan Smith 2008 mengemukakan bahwa motivasi utama seseorang untuk pindah adalah motif ekonomi, yakni karena adanya ketimpangan ekonomi antara berbagai daerah. Motif utama tersebut sebagai pertimbangan ekonomi yang rasional, dimana mobilitas mempunyai dua harapan, yaitu harapan untuk memperoleh pekerjaan dan harapan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dari pada yang diperoleh di daerah asal. Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa migrasi pada dasarnya adalah suatu mekanisme penyeimbang yang akan memindah manusia dari suatu tempat yang relatif kurang dimanfaatkan ke daerah yang relatif lebih dapat dimanfaatkan. Mekanisme pasar akan mengatur perpindahan atau alokasi sumberdaya modal manusia sehingga ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran dapat dikurangi. Meskipun demikian menurut Ananta 1986 mekanisme pasar memiliki kelemahan utama yaitu hanya tergantung pada visi individu, tanpa melihat visi dalam lingkup yang lebih luas yang akan menguntungkan masyarakat banyak termasuk dirinya sendiri. Para migran tidak akan berpikir apakah kepindahannya ke suatu daerah akan membantu mengurangi kemiskinan di daerahnya atau bahwa berpindahnya akan mendorong pembangunan ekonomi di daerah yang dituju. Hal ini menjadi faktor penjelas fenomena terjadi migrasi dari desa ke kota atau daerah jarang penduduk ke daerah padat penduduk, meskipun di kota atau daerah padat penduduk belum tentu terdapat banyak peluang pekerjaan. Dalam konteks kegagalan mekanisme pasar, maka perlu campur tangan pemerintah untuk membuat migrasi berjalan di arah yang benar. Salah satu bentuk campur tangan tersebut adalah pelaksanaan program transmigasi. Campur tangan pemerintah dalam hal ini adalah memperbaiki tanda yang diberikan oleh mekanisme pasar dengan membangun daerah tujuan transmigrasi dengan berbagai fasilitas serta dukungan finansial dan non-finansial kepada transmigran sehingga calon migran tertarik untuk pindah ke daerah tujuan transmigrasi. Selanjutnya terkait dengan konsep pembangunan daerah tujuan transmigrasi kawasan transmigrasi, secara umum, terdapat enam teori utama yang mendasarinya yaitu teori tempat sentral central place theory, teori kutub pertumbuhan growth pole theory, teori aglomerasi, teori kutub pembangunan terlokalisasikan localized poles of development, teori ekonomi geografi baru dan teori simpul-simpul jasa distribusi. Teori tempat sentral diturunkan dari karya Christaller pada Tahun 1933 Rustiadi et al. 2009. Menurut teori tempat sentral, distribusi penduduk secara spasial tersusun dalam sistem pusat hierarki dan kaitan-kaitan fungsional ini. Teori tempat sentral menganggap bahwa ada hierarki tempat. Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumber daya industri dan bahan baku. Tempat sentral merupakan pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya. Komponen dasar dari sistem tempat sentral adalah hierarki, penduduk ambang dan lingkup pasar. Penduduk ambang adalah jumlah minimum penduduk yang harus ada untuk dapat menopang kegiatan jasa. Lingkup pasar dari suatu kegiatan jasa adalah kesediaan orang untuk menempuh jarak tertentu untuk mencapai tempat penjualan jasa tersebut. Tingkat tempat sentral tergantung pada jasa yang tersedia di lokasi tersebut sehingga membentuk tingkat rendah sampai tingkat tinggi. Selanjutnya teori kutub pertumbuhan pertama kali diperkenalkan oleh Fancois Perroux pada Tahun 1949 Mercado 2002. Kutub pertumbuhan didefinisikan sebagai “pusat dari pancaran gaya sentrifugal dan tarikan gaya sentripetal”. Salah satu unsur fundamental dalam pengembangan wilayah adalah keberadaan pusat. Dalam konteks ini, konsep titik pertumbuhan growth point concept merupakan mata rantai antara struktur daerah-daerah nodal yang berkembang dengan sendirinya dan perencanaan fisik dan regional. Selanjutnya menurut Haruo 2000, dalam rangka mendorong pertumbuhan di negara-negara berkembang, maka disarankan strategi pengembangan wilayah dalam bentuk pengkonsentrasian investasi pada sejumlah kutub pertumbuhan yang terbatas. Terkait dengan titik pertumbuhan ini, Friedman dan Alonso 1964 diacu dalam Stimson et al. 2002 melahirkan konsep yang dikenal dengan sebutan interaksi antara inti dan tepi core and periphery interaction. Pembangunan berawal dari sejumlah relatif sedikit pusat-pusat perubahan centre of change yang terletak di titik-titik interaksi yang berpotensi tinggi dalam batas atau bidang