Seleksi Lokasi Pemukiman Kembali di Negara-Negara Lain

program pemukiman kembali secara simultan dilaksanakan diantaranya oleh Departemen Sosial Department of Public Welfare dalam Kementerian Dalam Negeri Ministry of the Interior, Departemen Pertanahan the Department of Lands, Departemen Koperasi Department of Cooperatives, dan Agricultural Land Reform Office dari Kementerian Pertanian dan Koperasi Ministry of Agriculture and Cooperatives. Di Malaysia, konflik kepentingan antara pemerintah pusat dengan pemerintah federal membuat permasalahan land colonization menjadi kompleks. Oleh karena itu, tahun 1959 dibentuk Kementerian Pembangunan Desa Ministry of Rural Development untuk melakukan terobosan dalam struktur federal dengan mengambil alih kewenangan Pusat. Tahun 1961-1967, sebagai bagian dari mandat, FELDA diberi kewenangan untuk secara langsung membangun tanah- tanah negara yang secara tradisional merupakan properti para sultan. Di Indonesia, prosedur pembebasan lahan dilaksanakan di lingkungan institusi pemerintahan yang terkait. Lahan untuk tujuan program transmigrasi ini dimiliki oleh pemerintah, yaitu berupa tanah negara atau lahan bebas. Selanjutnya, banyak variasi ditemui dalam pemilihan komoditi tanaman. Di beberapa negara, tujuan ekonomi pemukiman kembali adalah untuk meningkatkan produksi pangan, sedangkan di negara lain, prioritas utamanya adalah untuk meningkatkan produk tanaman ekspor. Di Malaysia, para peneroka pembuka daerah atau tanah baru tidak mempunyai pilihan lain untuk komoditi utama. Pemerintah telah menetapkan tanaman karet sebagai komoditi unggulan pada awal penyelenggaraan skema FELDA. Sebagai upaya diversifikasi disediakan lahan seluas 0.8 Ha untuk tanaman buah-buahan, sebagai tambahan dari lahan yang dibagikan dengan luas standar 2,4 Ha untuk tanaman karet. Pada tahun 1961 tanaman kelapa sawit diperkenalkan, dan secara cepat dapat mengungguli area untuk karet. Di Thailand, setiap lokasi pemukiman kembali memiliki tanaman campuran seperti jagung, padi, kacang-kacangan, nenas, tebu, kelapa dan kapas. Di Vietnam, awalnya penekanan diberikan pada produksi padi dan ubi kayu. Ketika Zone Ekonomi Baru di Vietnam dibuka, penggunaan lahan telah mengalami diversifikasi dengan karet, kopi, teh, kelapa, lada, buah-buahan. Kegiatan selanjutnya adalah mempersiapkan lokasi pemukiman. Di beberapa negara, pemukim melakukan sendiri seluruh kegiatan penyiapan lahan, sedangkan di negara lainnya kegiatan pembukaan lahan land clearing dan pembangunan lahan seluruhnya dilakukan oleh pemerintah. Perbedaan terjadi karena perbedaan ketersediaan dana untuk penyiapan lahan. Variasi juga terjadi dalam kegiatan penyiapan lahan tergantung dari skala dan tujuan program pemukiman kembali. Pada skema self-help di Thailand para kolonis menanggung bagian yang cukup besar dari biaya pembangunan fisik. Model seperti self-help vilages ini juga ditemui di Vietnam. Di Vietnam, para tentara peserta program bekerja membersihkan lahan. Pada tahap selanjutnya, sekelompok pemuda sukarelawan mempersiapkan lahan dan membangun tempat tinggalnya. Malaysia, melalui skema FELDA menerapkan capital intensive schemes. FELDA melaksanakan sendiri kegiatan pembukaan lahan, pembangunan rumah, dan penanaman tanaman. Skema FELDA mengeluarkan biaya yang cukup tinggi untuk lahan yang dikembangkan. Namun cara ini diyakini telah meningkatkan daya tarik skema FELDA, serta mampu menahan para pemukim untuk tinggal menetap disana. Selain itu, FELDA juga menyediakan sarana infrastruktur. Di Indonesia, terdapat dua tipe skema pemukiman yaitu yang sepenuhnya disubsidi oleh Pemerintah Transmigrasi Umum dan yang dibiayai oleh Pemerintah, swasta, dan petani. Skema yang mirip dengan FELDA adalah program transmigrasi pola Perkebunan Inti Rakyat PIR-Trans. Pola ini mendapat bantuan pemerintah dalam hal membuka lahan, menyiapkan bibit non tanaman perkebunan, menanam dan memelihara tanaman sampai jangka waktu tertentu. Selanjutnya transmigran sebagai petani plasma didatangkan untuk menetap, mengelola kebun dan memanen hasil kebunnya serta membayar kredit, sedangkan pembinaan teknis perkebunan dan pemasaran hasil oleh swasta sebagai perusahaan inti. Berbeda dengan negara-negara lain, pemerintah Indonesia membersihkan sebagian atau seluruh lahan yang akan diberikan kepada transmigran. Bentuk penyiapan lokasi bervariasi tergantung dari kondisi lokasi dan jenis transmigrasi. Transmigrasi Umum menerima bantuan paling banyak dari pemerintah. Meskipun