Kebaruan Penelitian Terdapat tiga aspek kebaruan dalam penelitian ini. Pertama, dari sisi objek
secara geometris maupun similarity”. Oleh karena itu, pewilayahan penyusunan wilayah adalah penggambaran delineation unit geografis berdasarkan
kedekatan, kemiripan, atau intensitas hubungan fungsional antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya.
Di Indonesia, perbedaan mendefinisikan wilayah terlihat dalam penggunaan terminologi kawasan dan daerah. Pengertian kawasan umumnya mempunyai
batasan dan sistem berdasarkan aspek fungsional, sedangkan pengertian daerah umumnya mempunyai batasan atau sistem berdasarkan aspek administratif. Aspek
fungsional dan administratif dari wilayah ini juga dijelaskan dalam Undang- Undanga Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang mendefinisikan
wilayah sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional. Selanjutnya, sebagaimana halnya perbedaan dalam mendefinisikan
wilayah, juga terdapat berbagai perbedaan dalam mengklasifikasikan wilayah. Johnston 1976, diacu dalam Rustiadi et al. 2009 membagi wilayah atas 1
wilayah formal, yaitu tempat-tempat yang memiliki kesamaan-kesamaan karakteristik; dan 2 wilayah fungsional atau nodal, yang merupakan konsep
wilayah dengan menekankan kesamaan keterkaitan antarkomponen atau lokasitempat. Dalam konteks yang sama, Harmantyo 2007 mengemukakan
bahwa wilayah formal sebagai wilayah obyektif yaitu wilayah sebagai tujuan, dan wilayah fungsional sebagai wilayah subjektif yaitu wilayah sebagai sarana untuk
mencapai tujuan. Haruo 2000 mengemukakan terdapat dua tipe dasar dalam
pendeskripsian wilayah. Tipe pertama, biasanya digunakan oleh ahli geografi dan perencana wilayah, membagi wilayah secara saintifik melalui penggunaan
sekumpulan kriteria yang terukur, misalnya atas dasar kandungan sumber daya mineral, aktivitas pertanian yang utama, kecenderungan kejadian bencana alam,
dan lainnya. Tipe kedua, pembagian wilayah berdasarkan unit administrasi untuk tujuan perencanaan pembangunan.
Hagget et al. 1977, diacu dalam Rustiadi et al. 2009 mengklasifikasikan konsep wilayah ke dalam tiga kategori, yaitu: 1 wilayah
homogen uniformhomogenous region; 2 wilayah nodal nodal region; dan 3 wilayah perencanaan planning region atau programming region. Wilayah
homogen didefinisikan berdasarkan basis kesamaan internal Blair 1991, yaitu wilayah yang memiliki karakteristik serupa atau seragam. Keseragaman ciri
tersebut dapat ditinjau dari berbagai aspek seperti sumber daya alam iklim dan sumber mineral, sosial agama, suku, dan budaya, dan ekonomi mata
pencaharian. Wilayah heterogen nodal region, yaitu wilayah yang saling berhubungan secara fungsional disebabkan faktor heterogenitas perbedaan
komponen. Tiap komponen mempunyai peran tersendiri terhadap pembangunan daerah. Hal ini tercermin dalam perilaku para pelaku ekonomi yang saling
tergantung terhadap yang lain. Wilayah nodal adalah satu tipe penting dari wilayah fungsional. Wilayah
nodal terutama didasarkan atas suatu sistem hierarkis dari hubungan perdagangan. Hubungan tersebut umumnya berlangsung antara wilayah pusat
core dan wilayah pinggiran periphery atau hinterland. Wilayah perencanaan planning region, yaitu wilayah yang berada dalam kesatuan kebijakan atau
administrasi. Wilayah ini selalu dikaitkan dengan pemerintah dalam rangka pengelolaan organisasi kepemerintahan dan umum digunakan untuk menyatakan
kesatuan administratif seperti desa, kecamatan, kabupatenkota, dan propinsi. Wilayah perencanaan atau wilayah administratif dibentuk untuk tujuan manajerial
atau organisasional. Johnston 1976 diacu dalam Rustiadi 2009 membedakan wilayah atas wilayah formal dan fungsional. Wilayah formal adalah tempat-
tempat yang memiliki kesamaan-kesamaan karakteristik, sedangkan wilayah fungsional adalah konsep wilayah yang menekankan kesamaan keterkaitan antar
komponen atau lokasitempat. Menurut Nugroho dan Dahuri 2004 pembedaan ketiga kategori wilayah
tersebut tidak bersifat mutlak mutually exclusive. Wilayah administrasi bisa saling tumpang tindih dengan wilayah fungsional. Selanjutnya, jika pengertian
wilayah formal dan wilayah fungsional dihubungkan dengan perencanaan, dapat dikenal dua macam pendekatan dalam perencanaan wilayah, yaitu: 1 pendekatan
teritorial, yaitu suatu perencanaan dengan memperhitungkan mobilitas terpadu dari semua sumber daya manusia dan sumber daya alam dari suatu wilayah
tertentu yang dicirikan oleh perkembangan sejarahnya. Perencanaan ini disebut perencanaan wilayah teritorial atau perencanaan wilayah formal; 2 pendekatan
fungsional, yaitu suatu perencanaan wilayah yang memperhitungkan lokasi berbagai kegiatan ekonomi dan pengaturan secara ruang dari sistem perkotaan
mengenai berbagai pusat dan jaringan. Perencanaan semacam ini disebut perencanaan wilayah fungsional.
Badan Kordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional BKTRN melakukan pembabakan wilayah-wilayah di Indonesia berdasarkan fungsi-fungsi tertentu
yang disebut “area” atau kawasan di antaranya Kawasan Andalan, seperti Kawasan Andalan Tolitoli Sulawesi Tengah,
Kawasan Andalan Tatapan Buma Kalimantan Timur, Kawasan Andalan Pasaman Sumatera Barat, Kapet Biak Papua, dan Kapet Natuna Riau.
Kawasan Cepat Tumbuh, seperti Kawasan Industri Cilegon Banten, Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, bekasi, Depok Jabodetabek,
Kawasan Pantai Utara di sepanjang wilayah DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat, Kawasan Denpasar dan sekitarnya, Kawasan gresik, bangkalan,
Kertosono, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan Gerbangkertosusila. Kawasan Potensial tumbuh, serperti kawasan industri Lhouksemawe,
Kawasan Medan, Binjai, Deli Serdang dan sekitarnya termasuk kerangka segitiga pertumbuhan Indonesia, Malaysia, Thailand IMT-GT, Kawasan
Batam, Sabang, Bintan, Sumatera Barat, dan sekitarnya yang termasuk pada kerangka segitiga pertumbuhan. Indonesia, Malaysia, Singapura IMS-GT,
kawasan Pulau Natuna, Kawasan Nunukan, Kawasan Bitung, dan Kawasan Timika.
Kawasan Kritis Lingkungan, seperti Kerinci Seblat, Kawasan danau Toba dan sekitarnya, Kawasan Taman Nasional Berbak, Kawasan Bogor, Puncak,
Cianjur Bopuncur, Kawasan Riam Kiwa, Kawasan Timika dan kawasan kritis lingkungan lainnya.
Kawasan Perbatasan, seperti Kalimantan-Serawak, Papua-Papua Nugini, dan Sangihe Talaud-Filipina.
Kawasan sangat Tertinggal, seperti Pulau Weh, Pulau Aceh, dan pulau-pulau di pantai barat Sumatera.