bekerja dalam status pekerjaan utama referensi. Sebaliknya, individu yang berstatus sebagai anggota keluarga X
4.D1
menunjukkan pengaruh signifikan positif. Ini berarti terdapat perbedaan peluang bekerja di luar desa antara anggota
keluarga dengan kepala keluaga referensi. Dari nilai odds ratio terlihat bahwa peluang anggota keluarga untuk bekerja di luar desa adalah 12,433 kali
dibandingkan kepala keluarga. Terdapat perbedaan peluang individu yang berasal dari Jawa Tengah X
5.D1
, Jawa Barat X
5.D2
, Jawa Timur X
5.D3
dan daerah lainnya X
5.D4
untuk bekerja di luar desa dibandingkan dengan individu yang berasal dari Jambi referensi.
Dengan mengamati odds ratio, peluang bekerja di luar desa untuk individu dari Jawa Tengah 7,667 kali dibandingkan yang berasal dari Jambi, sedangkan untuk
individu dari Jawa Barat 51,665 kali, dari Jawa Timur 16,028 kali dan dari daerah lainnya 20,572 kali dibandingkan yang berasal dari Jambi.
Luas lahan perkapita X
6
tidak berpengaruh signifikan terhadap peluang bekerja di luar desa. Ini berarti tidak terdapat perbedaan peluang bekerja di luar
desa antara individu yang memiliki lahan luas maupun sempit. Terdapat perbedaan peluang individu yang berada di desa-desa stadia tinggi
X
7
untuk bekerja di luar desa dibandingkan individu yang berada di desa-desa stadia rendah referensi. Dari odds ratio terlihat bahwa peluang individu di desa-
desa stadia tinggi adalah 0,318 kali dibandingkan individu yang berada di desa- desa stadia rendah. Dengan kata lain, peluang individu untuk bekerja di luar desa
pada individu di desa-desa stadia tinggi lebih rendah dibandingkan individu di desa-desa stadia rendah.
7.3.4 Pemodelan Perjalanan untuk Kegiatan Belanja
Model perjalanan untuk kegiatan belanja dirumuskan sebagai berikut:
e X
X X
X X
X X
X X
X X
X X
X X
x g
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
D D
mi
9 9
4 .
8 4
. 8
3 .
8 3
. 8
2 .
8 2
. 8
1 .
8 1
. 8
7 7
2 .
6 2
. 6
1 .
6 1
. 6
5 5
2 .
4 2
. 4
1 .
4 1
. 4
. 3
3 2
. 2
2 .
2 1
. 2
1 .
2 1
1
di mana: gx
mi
= peluang proporsi belanja di luar desa 0 = rendah; 1 = tinggi X
1
= Umur Kepala Keluarga tahun
X
2
= Jenjang pendidikan formal Kepala Keluarga X
2.1
0 = SD ke bawah; 1 = SLTP X
2.2
0 = SD ke bawah; 1 = SLTA ke atas X
3
= Umur Istri tahun X
4
= Jenjang pendidikan formal Istri X
4.1
0 = SD ke bawah; 1 = SLTP X
4.2
0 = SD ke bawah; 1 = SLTA ke atas X
5
= Umur Anak Tertua tahun X
6
= Jenjang pendidikan formal Anak Tertua X
6.1
0 = SD ke bawah; 1 = SLTP X
6.2
0 = SD ke bawah; 1 = SLTA ke atas X
7
= Pendapatan perkapita keluarga Rp 000 perbulan X
8
= Daerah asal X
8.1
0 = Jambi; 1 = Jawa Tengah X
8.2
0 = Jambi; 1 = Jawa Barat X
8.3
0 = Jambi; 1 = Jawa Timur X
8.4
0 = Jambi; 1 = Lainnya X
9
= Stadia Desa 0 = Rendah; 1 = Tinggi
1
,
3,
9,
8.D1
,
8.D2
,
8.D3
,
8.D4
0
2.D1
,
2.D2,
4.D1
,
4.D2,
5,
6.D1
,
6.D2,
7
Uji multikolinearitas antarpeubah bebas dari model dengan menggunakan korelasi antar peubah diberikan pada Lampiran 11. Dari Lampiran 11 terlihat
bahwa terdapat korelasi positif yang relatif tinggi 0,85 antara umur kepala keluarga suami dengan umur isteri. Oleh karenanya, dalam pengembangan
modelnya digunakan alternatif peubah rata-rata umur suami dan istri X
1_3
sebagai pengganti peubah X
1
umur KK dan X
3
umur istri.
Selanjutnya, uji Overall Model Fit dari model tersebut diberikan pada Tabel 92. Berdasarkan Omnibus Test of Model Coefficients didapatkan nilai statistik
Chi_Square sebesar 71,808 dengan probabilitas signifikansi p = 0.000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peubah bebas dalam model secara bersama-
bersama mempengaruhi keputusan dan perilaku keluarga berbelanja di luar desa.
Berdasarkan uji Hosmer dan Lemeshow didapatkan nilai Chi-Square sebesar 3,996 dengan nilai p sebesar 0,857. Karena Chi_Square tidak signifikan p
0,05, maka dapat disimpulkan probabilitas yang diprediksi sesuai dengan probabilitas yang diobservasi. Dengan kata lain tidak ada perbedaan antara model
dengan data sehingga model dapat dikatakan fit. Tabel 92 Uji Overall Model Fit untuk perjalanan belanja
Chi-square df
Sig. Omnibus Test of Model Coefficients
Step 71.808
14 .000
Block 71.808
14 .000
Model 71.808
14 .000
Hosmer and Lemeshow Test 3.996
8 .857
Tabel Klasifikasi 2 x 2 juga memperlihatkan tingginya tingkat keakuratan prediksi model. Keakuratan prediksi secara keseluruhan sebesar 84,1 persen
sedangkan keakuratan prediksi untuk keluarga dengan proporsi kategori rendah dan tinggi dalam hal berbelanja di luar desa masing-masing sebesar 93,7 persen
dan 41,7 persen. Tabel 93 Tabel klasifikasi 2 x 2 untuk model perjalanan belanja
Observasi Prediksi
Kategori Persentase
Benar Rendah
Tinggi Kategori
Rendah 149
10 93.7
Tinggi 21
15 41.7
Persentase Keseluruhan 84.1
Estimasi parameter dan uji parsial model perjalanan untuk kegiatan belanja diberikan pada Tabel 94. Berdasarkan Tabel 94 terlihat bahwa rata-rata umur
suami-istri X
1_3
menunjukkan pengaruh yang signifikan negatif terhadap proporsi belanja di luar desa. Semakin tua umur maka akan semakin menurunkan
probabilitas keluarga tersebut untuk berada pada kategori keluarga dengan proporsi tinggi dalam hal belanja di luar desa. Dengan mengamati odds ratio
dapat dikemukakan bahwa keluarga dengan rata-rata umur suami-istri yang lebih tua satuan 1 Tahun memiliki probabilitas 0,638 kali untuk mencapai kategori
keluarga dengan proporsi tinggi dalam hal belanja di luar desa dibandingkan keluarga dengan rata-rata suami-istri yang berumur lebih muda.
Tabel 94 Estimasi parameter model untuk perjalanan belanja
B S.E.
Wald df
Sig. ExpB
X
1_3
-.449 .108
17.150 1
.000 .638
X
2
2.815 2
.245 X
2.D1
-1.060 .686
2.387 1
.122 .346
X
2.D2
-1.006 .749
1.806 1
.179 .366
X
4
8.582 2
.014 X
4.D1
1.779 .647
7.558 1
.006 5.926
X
4.D2
1.886 .780
5.843 1
.016 6.591
X
5
.358 .106
11.394 1
.001 1.431
X
6
5.906 2
.052 X
6.D1
-25.438 4666.804
.000 1
.996 .000
X
6.D2
2.498 1.028
5.906 1
.015 12.153
X
7
.001 .000
4.660 1
.031 1.001
X
8
2.732 4
.604 X
8.D1
.726 .624
1.353 1
.245 2.066
X
8.D2
1.013 1.019
.990 1
.320 2.755
X
8.D3
1.449 1.177
1.515 1
.218 4.257
X
8.D4
-.494 1.475
.112 1
.737 .610
X
9
.542 .560
.940 1
.332 1.720
Konstanta 7.149
2.281 9.824
1 .002
1273.090
Pendidikan kepala keluarga X
2.D1
dan X
2.D2
tidak berpengaruh terhadap perilaku belanja di luar desa, namun demikian pendidikan istri menunjukkan
pengaruh signifikan positif. Keluarga dengan istri berpendidikan SLTP X
4.D1
memiliki peluang belanja di luar desa sebesar 5,926 kali dan yang berpendidikan SLTA X
4.D2
sebesar 6,591 kali dibandingkan dengan yang berpendidikan SD ke bawah referensi.
Umur anak tertua X
5
berpengaruh positif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi umur anak tertua maka semakin besar peluang keluarga tersebut
berbelanja di luar desa. Sebaliknya pendidikan anak tertua X
6
tidak berpengaruh signifikan. Ini berarti juga tidak ada perbedaan perilaku berbelanja di luar desa
pada keluarga dengan berbagai tingkatan pendidikan anak. Pendapatan per kapita keluarga X
7
berpengaruh signifikan positif terhadap proporsi belanja di luar desa. Semakin besar pendapatan per kapita keluarga maka
akan semakin meningkatkan probabilitas keluarga tersebut untuk berada pada kategori keluarga dengan proporsi tinggi dalam hal belanja di luar desa. Dengan
mengamati odds ratio dapat dikemukakan bahwa keluarga yang dengan pendapatan per kapita lebih tinggi satuan Rp 1000 memiliki probabilitas 1,001
kali untuk mencapai kategori keluarga dengan proporsi tinggi dalam hal belanja di luar desa dibandingkan keluarga dengan pendapatan per kapita lebih rendah.
Berdasarkan daerah asal kepala keluarga, tidak terdapat perbedaan peluang dalam berbelanja di luar desa antara keluarga dengan kepala keluarga yang
berasal dari Jawa Tengah X
8.D1
, Jawa Barat X
8.D2
, Jawa Timur X
8.D3
dan daerah lainnya X
8.D4
dibandingkan dengan kepala keluarga yang berasal dari Jambi referensi. Ini ditunjukkan oleh tidak signifikannya nilai koefisien pada
masing-masing peubah. Selanjutnya, estimasi parameter model memperlihatkan bahwa tidak terdapat perbedaan peluang berbelanja di luar desa antara desa stadia
rendah referensi dengan desa stadia tinggi X
9
Ini berarti perilaku keluarga dalam berbelanja di luar desa relatif sama antara desa-desa stadia tinggi dengan
stadia rendah.