Indikator Tingkat Perkembangan Permukiman Transmigrasi
                                                                                sarana kawasan; teknologi budidaya pertanian; dan kualitas sumber daya manusia khususnya petani dan pelaku usaha tani.
Terkait  dengan  komoditas  pertanian  unggulan  di  kawasan  transmigrasi, penelitian  Najiyati  2003  pada  permukiman  transmigrasi  pola  tanaman  pangan
UPT  Pagar  Banyu  menemukan  bahwa  ternyata  komoditas  padi  dan  tanaman pangan  lainnya  bukan  merupakan  komoditas  unggulan  yang  bisa  diandalkan
transmigran. Meskipun transmigrasi dibangun dengan pola tanaman pangan, tetapi transmigran  lebih  menyukai  tanaman  tahunan  untuk  dikelola  secara  kooperatif
pada  lahan  usaha  II  LU  II.  Padi  dan  tanaman  pangan  lainnya  dinilai  sebagai komoditas  sosial  yang  cukup  diproduksi  untuk  memenuhi  kebutuhan  sendiri.
Kesimpulan  yang  sama  juga  dikemukakan  oleh  Priyono  et  al.  2002.  Dalam penelitian yang dilakukan di Mesuji SP6, Ipuh, Jilatan Alur dan Rimba Ayu SP7,
transmigran belum mengusahakan LU II untuk tanaman pangan karena menunggu investor  ataupun  bantuan  pemerintah  untuk  pengembangan  komoditas  tanaman
tahunan. Ruswana  et  al.  1993  mengemukakan  bahwa  kendala  pengembangan
kawasan  transmigrasi  dalam  mencapai  sasaran-sasaran  pokoknya  terdiri  dari kendala  intern  maupun  ekstern.  Beberapa  faktor  intern  yang  menjadi  kendala
perkembangan kawasan transmigrasi antara lain: a.  Produktivitas  pertanian  rendah  karena  kesuburan  lahan  dan  serangan
hama b.  Keterbatasan  kemampuan  sebagian  besar  transmigran  untuk  mengolah
dan memanfaatkan seluruh tanah  yang menjadi haknya terutama untuk menggarap lahan usaha II pada pola usaha tani tanaman pangan
c.  Kondisi  sarana  dan  prasarana  yang  kurang  dan  dalam  kondisi  rusak, terutama sarana transportasi
d.  Belum  berfungsinya  secara  penuh  fasilitas  umum  baik  pendidikan, kesehatan maupun pasar
e.  Belum berfungsinya lembaga ekonomi seperti KUD f.  Penggunaan  sarana  produksi  pertanian  yang  tidak  tepat  seperti
penggunaan pupuk dan pestisida
Selanjutnya,  beberapa  faktor  ekstern  yang  menjadi  kendala  perkembangan kawasan transmigrasi antara lain:
a.  Rendahnya  aksesibilitas  lokasi-lokasi  UPT  terhadap  pusat  kegiatan maupun  pusat  pemasaran  yang  disebabkan  jarak  pencapaian  jauh  dan
atau kondisi jalur jalan penghubungan yang rusak b.  Kawasan UPT yang dikembangkan umumnya agak terisolir
c.  Belum  terkaitnya  pada  investor  untuk  mengembangkan  ursaha  tani daerah transmigrasi
d.  Belum dikaitkannya
pengembangan kawasan
UPT dengan
pengembangan daerah secara umum dalam lingkup yang lebih luas Hasil  kajian  Depnakertrans  menyatakan  penyebab  kegagalan  di  berbagai
unit  permukiman  transmigrasi.  Di  antaranya  adalah  pelaksanaan  program transmigrasi  hanya  mengejar  kepentingan  ekonomi  sesaat  dan  kurang
mempertimbangkan  aspek  lingkungan  dan  aspek  sosial  budaya  setempat Adiatmojo 2008.
Ahmad  et  al.  1998  menyatakan  bahwa  hal  yang  paling  menentukan keberhasilan pembangunan permukiman transmigrasi khususnya untuk pola usaha
tanaman pangan adalah 1 kesuburan tanah yang baik untuk pertanian, 2 terdapat saluran  irigasi  yang  dapat  menyediakan  air  sepanjang  tahun,  3  akses  ke  pusat
ekonomi lancar, 4 sumber daya manusia yang baik sehingga perlu proses seleksi baik secara alami maupun oleh pemerintah, 5 tumbuhnya kelembagaan sosial dan
ekonomi, 6  adanya  penggerak  masyarakatinovator.  Sejalan  dengan  hal  tersebut Najiyati et al. 2006 dalam penelitian mengenai  faktor keberhasilan permukiman
transmigrasi  menjadi  sentra  produksi  pangan  menyimpulkan  faktor-faktor  1 ketersediaan  lahan  yang  layak;  2  ketersediaan  infrastruktur  yang  memadai
berupa  sarana  tata  air  irigasi  dan  drainase  dan  jalan  penghubung  hingga  jalan usaha  tani,  serta  pencetakan  sawah  sejak  awal  penempatan;  3  adanya  sarana
usaha  yang  diperlukan  dalam  pengembangan  sentra  produksi;  4  adanya kelembagaan petanisosial,  dan yang perlu dikembangkan di antaranya kelompok
tani,  P3A  khusus  lahan  pasang  surut  atau  beririgrasi,  koperasi  atau  lembaga permodalan  agar  transmigran  dapat  mempuk  kekuatan  permodalan;  5
pendampingan,  pelatihan  dan  diseminasi  teknologi  sejak  awal  penempatan;  dan
6  kemitraan  usaha  dengan  investorbadan  usaha  dapat  meningkatkan perkembangan sentra produksi pangan.
Belajar dari berbagai kisah sukses transmigasi, Soegiharto 2008 membagi faktor-faktor  yang  mempengaruhi  keberhasilan  transmigrasi  atas  tiga  tingkatan,
yaitu pada tingkatan individu transmigran, unit permukiman transmigrasi UPT dan kawasan. Ketiga tingkatan ini saling saling mengkait dan memperkuat untuk
terwujudnya keberhasilan transmigrasi. Pada  tingkatan  individu    faktor  keberhasilan  terdiri  atas  1  motivasi,  2
modal  dan  3  pendidikan  dan  keterampilan.  Ketiga  faktor  tersebut  mempunyai keterkaitan  satu  dengan  lainnya  dalam  mewujudkan  transmigran  sukses.
Berdasarkan  hal  tersebut,  untuk  mendukung  keberhasilan  transmigran  terlihat adanya suatu pola yang perlu mendapat perhatian. Transmigran sebaiknya adalah
orang-orang  yang  memiliki  semangat  keja  dan  modal.  Calon  transmigran sebaiknya  juga  memiliki  latar  belakang  pendidikan  yang  cukup,  minimal  SMP
atau  sederajat.  Mereka  juga  perlu  dibekali  keterampilan  berusaha  mandiri disamping  pengetahuan  tentang  pertanian.  Transmigran  yang  telah  menunjukkan
kemampuan  mengembangkan  usaha  produktif,  perlu  segera  mendapat  dukungan permodalan  untuk  mempercepat  perkembangan  usahanya.  Dalam  memanfaatkan
dan  mengembangkan  potensi  yang  ada  di  lokasi  transmigrasi,  diperlukan  tenaga pendamping guna memotivasi dan membantu masyarakat.
Pada  tingkatan  UPT,  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  keberhasilan transmigrasi adalah 1 kesuburan tanah, 2 infrastruktur pertanian, 3 aksesibilitas
akses  ke  pusat  ekonomi,  4  kelembagaan  sosial,  5  kelembagaan  ekonomi,  6 investor, pendamping dan penggerak swadaya masyarakat. Selanjutnya pada skala
kawasan,  berkembangnya  kawasan  transmigrasi  sebagai  pusat  pertumbuhan dipengaruhi  oleh:  1  luas  wilayah  kawasan  skala  ekonomi,  2  dikembangkan
berdasarkan  perencanaan  yang  berbasis  feasibility  study,  3  kegiatan pengembangan  bersifat  multi  years dan  dalam  jangka  panjang  15–20  tahun, 4
terdapat tenaga pendamping  yang terjamin  keberadaannya di  lokasi, serta 5 ada kebijakan dan regulasi untuk penetapan dan pengaturan ruang kawasan.