departemen dari berbagai tingkat administratif; dan 4 dalam suatu departemen sektoral itu sendiri.
Pendekatan yang mengacu pada aspek sektoral dan spasial tersebut mendorong lahirnya berbagai konsep pengembangan wilayah. Berbagai konsep
pengembangan wilayah yang pernah diterapkan adalah Bappenas 2003: 1. Konsep pengembangan wilayah berbasis karakter sumber daya, yaitu: 1
pengembangan wilayah berbasis sumber daya; 2 pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan; 3 pengembangan wilayah berbasis efisiensi;
dan 4 pengembangan wilayah berbasis pelaku pembangunan. 2. Konsep pengembangan wilayah berbasis penataan ruang, yang membagi
wilayah ke dalam: 1 pusat pertumbuhan; 2 integrasi fungsional; dan 3 desentralisasi. Alkadri 2001 mengemukakan bahwa konsep pusat
pertumbuhan menekankan pada perlunya melakukan investasi secara besar- besaran pada suatu pusat pertumbuhan atau wilayahkota yang telah
mempunyai infrastruktur yang baik. Pengembangan wilayah di sekitar pusat pertumbuhan diharapkan melalui proses tetesan ke bawah trickle down effect.
Penerapan konsep ini di Indonesia telah melahirkan adanya 111 kawasan andalan dalam RTRWN. Konsep integrasi fungsional mengutamakan adanya
integrasi yang diciptakan secara sengaja di antara berbagai pusat pertumbuhan karena adanya fungsi yang komplementer. Konsep ini menempatkan suatu kota
atau wilayah mempunyai hierarki sebagai pusat pelayanan relatif terhadap kota atau wilayah yang lain. Sedangkan konsep desentralisasi dimaksudkan untuk
mencegah tidak terjadinya aliran keluar dari sumberdana dan sumber daya manusia.
3. Konsep pengembangan wilayah terpadu. Konsep ini menekankan kerja sama antarsektor untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan di daerah-daerah tertinggal. 4. Konsep pengembangan wilayah berdasarkan cluster. Konsep ini terfokus pada
keterkaitan dan ketergantungan antara pelaku dalam jaringan kerja produksi sampai jasa pelayanan, dan upaya-upaya inovasi pengembangannya. Cluster
yang berhasil adalah cluster yang terspesialisasi, memiliki daya saing dan keunggulan komparatif, dan berorientasi eksternal. Rosenfeld 2002
mengidentifikasi karakteristik cluster wilayah yang berhasil, yaitu adanya spesialisasi, jaringan lokal, akses yang baik pada permodalan, institusi
penelitian dan pengembangan dan serta pendidikan, mempunyai tenaga kerja yang berkualitas, melakukan kerja sama yang baik antara perusahaan dan
lembaga lainnya, mengikuti perkembangan teknologi, dan adanya tingkat inovasi yang tinggi.
2.1.3 Prinsip-Prinsip Pengembangan Wilayah
Dalam rangka menjawab berbagai tantangan pengaruh globalisasi, pasar bebas dan regionalisasi yang menyebabkan terjadinya perubahan dan dinamika
spasial, sosial, dan ekonomi antarnegara, antardaerah kotakabupaten, kecamatan hingga perdesaan, perlu dikembangkan prinsip-prinsip pengembangan
wilayah. Bappenas 2006 mengemukakan prinsip-prinsip pengembangan wilayah sebagai berikut:
1. Pengembangan wilayah harus berbasis pada sektor unggulan. Prioritas pada sektor unggulan akan mengarahkan sumber daya pada sektor yang
diunggulkan melalui pemetaan antara sektor unggulan dengan sektor yang pendukungnya.
2. Pengembangan wilayah dilakukan atas dasar karakteristik daerah yang bersangkutan, baik aspek ekonomi, sosial, budaya, dan politik. Suatu program
hanya dapat tepat dilakukan pada suatu daerah tertentu dan tidak pada daerah dengan karakteristik berbeda lainnya.
3. Pengembangan wilayah harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu. Pengembangan wilayah tidak dapat didasarkan pada satu sektor saja, atau
pengembangan masing-masing sektor tidak dapat dilakukan secara terpisah. 4. Pengembangan wilayah mutlak harus mempunyai keterkaitan ke depan dan
ke belakang secara kuat. Pengembangan kawasan di hinterland harus dikaitkan dengan pengembangan kawasan industri pengolahan di perkotaan,
untuk memberikan nilai tambah lebih tinggi pada pertumbuhan perekonomian wilayah.
5. Pengembangan wilayah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi dan desentralisasi. Pemerintah daerah harus mempunyai wewenang penuh
dalam mengembangkan kelembagaan ekonomi di daerah, mengembangkan sumber daya manusianya, menciptakan iklim usaha yang dapat menarik.
Menurut Direktorat Pengembangan Kawasan Strategis, Ditjen Penataan Ruang, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah 2002 prinsip-prinsip
dasar pengembangan wilayah adalah : 1. Sebagai pusat pertumbuhan. Pengembangan wilayah tidak hanya bersifat
internal wilayah, namun harus diperhatikan sebaran pertumbuhan yang dapat ditimbulkan pada wilayah sekitarnya, bahkan secara nasional.
2. Pengembangan wilayah memerlukan upaya kerja sama pengembangan antardaerah dan menjadi persyaratan utama keberhasilan pengembangan
wilayah. 3. Pola pengembangan wilayah bersifat integral yang merupakan integrasi
dari daerah-daerah yang tercakup dalam wilayah melalui pendekatan kesetaraan.
4. Dalam pengembangan wilayah, mekanisme pasar harus juga menjadi prasyarat bagi perencanaan pengembangan kawasan.
Dengan demikian, pengembangan suatu wilayah atau kawasan harus didekati berdasarkan pengamatan terhadap kondisi internal dan sekaligus
mengantisipasi perkembangan eksternal. Faktor-faktor kunci yang menjadi syarat perkembangan kawasan dari sisi internal adalah pada pola-pola pengembangan :
1 sumber daya manusia; 2 informasi; 3 sumber daya modal dan investasi; 4 kebijakan dalam investasi; 5 pengembangan infrastruktur; 6 pengembangan
kemampuan kelembagaan lokal dan kepemerintahan; dan 7 berbagai kerja sama dan kemitraan yang harus digalang untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
Di lain pihak, faktor-faktor kunci yang menjadi syarat perkembangan kawasan dari sisi eksternal adalah perhatian pada: 1 masalah kesenjangan
wilayah dan pengembangan kapasitas otonomi daerah; 2 perdagangan bebas terutama masalah pengembangan produk dalam pasar bebas untuk meningkatkan
daya saing seperti peningkatan kualitas unsur-unsur sumber daya manusia, 3 pengembangan riset dan teknologi termasuk teknologi informasi, 4
pengembangan sumber daya modal untuk membiayai investasi berbagai inovasi pengembangan produk; dan 5 otonomi daerah dengan fokus berbagai kebijakan
yang mendukung iklim usaha investasi, kerja sama dan kemitraan dalam pengembangan produk antar berbagai pelaku, daerah, secara vertikal dan
horisontal, serta pengembangan kemampuan kelembagaan pengelolaan ekonomi di daerah secara profesional.
Suatu wilayah dapat dianggap sebagai sebuah organisasi bisnis. Wilayah tersebut menjaga kelestariannya, bersaing dengan wilayah lainnya untuk merebut
investasi maupun pangsa pasar produk unggulannya, serta berupaya untuk tumbuh dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Wilayah tersebut mempunyai
berbagai kepentingan yang dinyatakan dalam tujuan, namun tetap memperhatikan batasan dan pengaruh-pengaruh berbagai kepentingan di luar kepentingan
wilayahnya. Orientasi kepada lingkungan eksternal dan internal ditunjukkan melalui kemampuan atau ketidakmampuannya menjadi wilayah yang diandalkan
dan menghasilkan produk unggulan, daya saing dan produktivitas dari semua sumber daya yang dimiliki, dan unit dasar sektor industri yang dapat didorong
untuk bersaing. Sebuah wilayah yang berdayasaing adalah wilayah yang mampu mengalahkan dan memimpin pasar setelah melakukan penyesuaian strategis yang
tergantung pada kekuatan pendorong, kapabilitas, serta kompetensi inti kawasan dan produk yang diunggulkan Boar 1993.
Daya saing daerah mempunyai arti yang sama dengan daya saing nasional. Suatu daerah yang mampu bersaing dengan daerah lain dalam memproduksi dan
memasarkan barang dan jasanya disebut mempunyai daya saing tinggi. Departemen Perdagangan dan Industri Inggris mendefinisikan daya saing daerah
sebagai kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan domestik
maupun internasional Abdullah et al. 2002. Centre for Regional and Urban Studies
CURDS, Inggris, mendefinisikan daya saing daerah sebagai kemampuan sektor bisnis atau perusahan pada suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan
yang tinggi serta tingkat kekayaan yang lebih merata untuk penduduknya. Upaya untuk meningkatkan keunggulan daya saing menjadi salah satu
strategi dalam pengembangan wilayah. Pendekatan ini mengarah pada konsep pembangunan berkelanjutan sustainable regional competitive advantage. Upaya
ini menuntut perubahan paradigma dalam mengembangkan suatu wilayah
terhadap teknologi yang dikenal dengan istilah pengembangan wilayah berbasis teknologi Technology Based Regional Devepment Alkadri 2001
Keunggulan daya saing suatu wilayah akan tercipta jika wilayah tersebut memiliki kompetensi inti core competence yang berbeda dari wilayah lain.
Kompetensi ini dapat dibangun melalui proses kreatifitas dan inovasi. Kompetensi inti merupakan proses pembelajaran suatu organisasi terkait dengan kegiatan
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan berbagai keahlian dan teknologi .
Dalam konteks pengembangan wilayah perdesaan, kompetensi inti terkait dengan upaya koordinasi dan pengintegrasian sumber daya di bidang pertanian,
kesehatan, perdagangan, peternakan, industri kecil, perikanan dan sebagainya. Boar 1993 menjelaskan empat atribut pengembangan kompetensi inti:
1. Kemampuan untuk memberikan akses pada variasi pasar yang lebih luas. 2. Kemampuan memberikan kontribusi secara signifikan terhadap pelanggan atas
manfaat yang diperoleh dari suatu produk, barang dan jasa yang ditawarkan. 3. Barang jasa yang ditawarkan oleh suatu wilayah sangat sulit untuk ditiru.
4. Kompleksitas dan koordinasi dari beragam teknologi dan keahlian yang dimiliki oleh suatu wilayah
Selanjutnya, dalam pendekatan penataan ruang wilayah, terdapat tiga konsep pengembangan wilayah yang dirinci ke dalam wilayah provinsi dan
kabupaten, yaitu Bappenas 2006: 1. Pusat pertumbuhan. Konsep ini menekankan perlunya melakukan investasi
pada suatu wilayah yang memiliki infrastruktur yang baik. Hal ini dimaksudkan untuk menghemat investasi prasarana dasar dengan harapan
perkembangan sektor unggulan dapat mengembalikan modal dengan cukup cepat. Sementara pengembangan wilayah di sekitarnya diharapkan diperoleh
melalui proses tetesan ke bawah trickle down effect. Di Indonesia, konsep ini diimplementasikan dalam bentuk kawasan andalan. Kawasan andalan adalah
kawasan yang telah berkembang atau potensial untuk dikembangkan, yang memiliki keunggulan geografis dan produk unggulan yang dapat
menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya yang mempunyai orientasi regional atau global, yang dicirikan oleh adanya aglomerasi kegiatan
ekonomi dan sentra-sentra produksidistribusi, adanya potensi sumber daya dan