Permintaan Wisata Alam KERANGKA PEMIKIRAN

31 E = Δ Jumlah kunjungan Q Δ jumlah Biaya Perjalanan P Permintaan dikatakan inelastis jika permintaan itu tidak memberikan respon terhadap perubahan harga yang terjadi. Dalam hal ini, jika terjadi perubahan harga naik atau turun, maka permintaan tetap saja sama dan tidak mengalami perubahan. Berikut beberapa jenis elastis menurut Yoeti 2008 : a. Inelastis sempurna Permintaan dimana kuantitas yang diminta sama sekali tidak memberikan tanggapan terhadap perubahan harga nilai elastis = 0 b. Inelatis Permintaan yang memberikan sedikit saja tanggapan terhadap perubahan harga. Permintaan yang inelastis selalu memiliki nilai numeri antara 0 dan 1 c. Elastisitas Uniter Hubungan permintaan dimana persentase perubahan kuantitas produk yang diminta adalah sebesar persentase perubahan harga, dalam nilai absolutnya elastisitas permintaan sebesar 1. d. Elastis Hubungan permintaan dimana persentase perubahan kuantitas yang diminta lebih besar dalam nilai absolut dibandingkan persentase perubahan harga elastisitas permintaan dengan nilai absolut yang lebih besar dari 1 atau nilai elastis 1∞ e. Elastisitas permintaan sempurna Permintaan dimana kuantitasnya jatuh ke nol jika terjadi sedikit perubahan harga.

3.1.2 Nilai Ekonomi Wisata Alam

Nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan jasa lainnya Fauzi, 2006. Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar willingness to pay seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis ekosistem bisa “diterjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan 32 mengukur nilai moneter barang dan jasa. Sebagai contoh, jika ekosistem pantai mengalami kerusakan akibat polusi, nilai yang hilang akibat degradasi lingkungan bisa diukur dari keinginan seseorang untuk membayar agar lingkungan tersebut kembali ke aslinya atau mendekati aslinya. Nilai ekonomi wisata alam merupakan bagian dari nilai guna langsung dan untuk memperoleh nilai wisata pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Travel Cost Method TCM dari sisi permintaan untuk mengetahui surplus konsumen dan manfaat ekonomi dari sisi penawaran.

a. Travel Cost Method TCM

Menurut Fauzi 2006, Travel Cost Method TCM barangkali dapat dikatakan sebagai metode yang tertua untuk pengukuran nilai ekonomi tidak langsung. Lebih lanjut menurut Fauzi 2006, metode ini diturunkan dari pemikiran yang dikembangkan oleh Hotelling pada tahun 1931, yang kemudian secar formal diperkenalkan oleh Wood dan Trice 1958 serta Clawson dan Knetsch 1996. Metode ini kebanyakan digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka outdoor recreation, seperti memancing, berburu, hiking, dan sebagainya. Secara prinsip, metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi. Metode travel cost ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat : • Perubahan biaya akses tiket masuk bagi suatu tempat rekreasi. • Penambahan tempat rekreasi baru. • Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi. • Penutupan tempat rekreasi yang ada. Pada dasarnya, prinsip kerja TCM cukup sederhana. Misalnya, kita ingin mengetahui nilai sumberdaya alam yang atraktif untuk rekreasi misalnya pantai yang terletak dalam suatu radius tertentu. Tujuan dasar TCM adalah ingin mengetahui nilai kegunaan use value dari sumberdaya alam ini melalui pendekatan proxy. Dengan kata lain, biaya yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi jasa dari sumberdaya alam digunakan sebagai proxy untuk menentukan harga dari sumberdaya tersebut. Asumsi mendasar yang digunakan pada pendekatan TCM adalah bahwa utilitas dari setiap konsumen terhadap aktivitas, misalnya rekreasi,

Dokumen yang terkait

Penilaian Dan Pengembangan Potensi Objek Dan Daya Tarik Wisata Alam Di Taman Wisata Alam (Twa) Sibolangit

44 191 105

Karo Cultural Tourism Park (Taman Wisata Budaya Karo) Arsitektur Neo-Vernakular

6 61 105

Persepsi Masyarakat Terhadap Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh-cikeh (Studi Kasus Di Dusun Pancur Nauli, Desa Lae Hole II, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara)

15 176 63

Faktor-Faktor Pendukung Pengembangan Wisata Alam Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh

1 35 7

Pengaruh Pemanfaatan Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk Sebagai Sumber Belajar IPS Pada Siswa MTs N 3 Pondok Pinang Jakarta Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

0 11 186

Kelembagaan Land Temre Taman Wisata Alam Gunung Meje Dalam Kaitannya Dengan Pembangunan Wilayah Kota Manokwari Provinsi Papua Barat

3 72 157

Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat

0 10 109

Pengembangan Taman Wisata Alam Telogo Warno Telogo Pengilon Berdasarkan Prinsip Sustainable Tourism

1 11 34

STRUKTUR, KERAGAMAN DAN ASOSIASI KOMUNITAS TUMBUHAN PEMANJAT DENGAN POPULASI ALAM MERBAU DI TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI-PAPUA BARAT (Structure, Diversity and Association of Climbing Plants Communities with Merbau Population in Gunung Meja) | S

0 3 10

MODEL PENGELOLAAN LINGKUNGAN TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI PAPUA BARAT (Model Environmental Management of Meja Mountain Natural Manokwari West Papua) (Model Environmental Management of Meja Mountain Natural Manokwari West Papua) | Basna | Jurnal

0 1 12