V. GAMBARAN UMUM
5.1. Profil Kawasan Taman Wisata Alam TWA Gunung Meja
Gambaran umum TWA Gunung Meja diperoleh dari Potret TWA Gunung Meja 2004 dan Rencana Pengelolaan Jangka Panjang RPJP TWA Gunung
Meja 2009-2028 dan data monografi dari masing-masing kelurahan.
5.1.1. Sejarah
Kawasan TWA Gunung Meja ditetapkan sebagai kawasan konservasi sejak jaman Pemerintahan Hindia Belanda. Gagasan itu berawal pada bulan Agustus
1953, yaitu saat kunjungan Tim Kehutanan Pemerintahan Hindia Belanda, yang terdiri dari : Ir. J.F.V. Zieck Kepala Seksi Inventarisasi Hutan; Ir. J. Fokkinga
Ketua Komisi Pertanian dan H. Schrijn Kepala Pemangkuhan Hutan ke Gunung Meja. Pada saat itu, disepakati bahwa areal hutan primer seluas 100 ha
dan huta sekunder seluas 360 ha termasuk jurang dan tebing-tebing karang yang ada diusulkan sebagai hutan lindung dengan fungsi utama sebagai pengatur tata
air hidrologi. Untuk mendukung kesepakatan tersebut pada tahun 1954 dilakukan
inventarisasi hutan primer seluas 100 ha, pada tahun 1956 dan 1957 mencapai 360 ha. Selain itu juga dilakukan survey tanah dan analisa vegetasi untuk jenis-jenis
pohon yang mencapai diameter 35 cm dengan intensitas sampling 10 oleh Jance Ainusi pengenal jenis lokal dan Ir. Faber ahli botani Belanda.
5.1.2. Proses Pengukuhan
Perlindungan Kawasan Hutan Gunung Meja berawal sejak tahun 1950, saat Kepala Pemangkuan Hutan Manokwari mengeluarkan instruksi larangan
melakukan penebangan di kawasan tersebut. Kemudian pada tahun 1953, Tim Kehutanan Pemerintah Hindia Belanda waktu berkunjung ke kawasan Hutan
Gunung Meja, bersepakat untuk mengusulkan 100 ha hutan primer dan 360 ha hutan sekunder pada kawasan tersebut sebagai hutan lindung dengan fungsi
hidroologi. Selanjutnya pada tahun 1954, pemerintah Hindia Belanda mendaftarkan
kawasan Hutan Gunung Meja pada Ordonasi Perlindungan Tanah Lembar Negara 73 tahun 1954.Pada tahun 1956 Kantor Agraria Manokwari,
56
menindaklanjuti langkah ini dengan kegiataan pemetaan Kawasan Hutan Gunung Meja. Pada tahun yang sama Kantor Boswezen di Manokwari melakukan
pembayaran ganti rugi Hutan Lindung Gunung Meja kepada 6 orang masyarakat pemilik adat sebesar 3.075 Golden Belanda kwitansi pembayaran tanggal 18
Oktober 1956. Kemudian pada tanggal 25 Mei 1957 Pemerintah Hindia Belanda menerbitkan Surat Keputusan Gubernur Nederland Neuw Guinea nomor 158
menetapkan hasil pemetaan Kawasan Hutan Gunung Meja seluas 358,5 ha sebagai hutan lindung dengan fungsi hidroologi.
Setelah beralih ke Pemerintahan Republik Indonesia, pada tahun 1963 Gubernur Irian Barat memperluas kawasan Hutan Lindung Gunung Meja menjadi
460,5 ha berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Irian Barat nomor 44GIB1963 tanggal 10 September 1963. Gagasan perluasan itu sendiri telah muncul sejak
tahun 19581959, waktu masih dikelola oleh Kantor Boswezen Manokwari Surat Kepala Dinas Pemangkuan Hutan Kabupaten Papua Barat kepada Kepala Seksi
Pemangkuan Hutan nomor 103799 tanggal 1 Oktober 1959, tentang perluasan Gunung Meja.
Pada tahun 1980, Menteri Pertanian dengan pertimbangan rekomendasi dari Pemerintahan Daerah antara lain kawasan hutan ini letaknya strategis dekat pusat
Kota Manokwari dan mudah dijangkau, memiliki nilai keindahan alam yang artisitik dan situs sejarah perang dunia II, menerbitkan Surat Keputusan nomor
19KptsUm.11980 tanggal 12 Januari 1980, untuk menunjuk kawasan Hutan Gunung Meja seluas 500 ha termasuk Hutan Lindung Gunung Meja sebagai
Kawasan Taman Wisata dengan nama Taman Wisata Gunung Meja. Kemudian pada tahun 1990, berdasarkan Undang-undang nomor 5 tahun 1990, nama Taman
Wisata Gunung Meja menjadi Taman Wisata Alam Gunung Meja TWA Gunung Meja.
Selanjutnya Balai Planologi Kehutanan VI Maluku-Papua menindaklanjuti Surat Keputusan Menteri Pertanian tersebut dengan melakukan penataan batas
kawasan pada tahun 1982. Hasil dari kegiatan penataan batas ini diperoleh luas definitif TWA Gunung Meja adalah 420,25 ha dengan panjang jalur batas
kawasan 10,97 km dan telah dipasang pal batas yang terbuat dari beton berulang sebanyak 240 buah. Kemudian pada tahun 1990 Sub Balai Inventarisasi dan
57
Perpetaan Hutan Manokwari melakukan rekonstruksi batas dengan hasil luasan dan panjang jalur batas kawasan TWA Gunung Meja yang sama dengan hasil
penataan batas. Untuk menetapkan status kawasan TWA Gunung Meja pada tahun 2001 dan
2002 Pemerintah Kabupaten Manokwari melakukan ganti rugi atas tanah kawasan TWA Gunung Meja kepada 64 orang masyarakat pemegang hak ulayat yang
terbagi dalam 7 kelompok sebesar 4,6 milyar. Kemudian pada tahun 2007 Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam BKSDA melakukan pemeliharaan jalur
batas kawasan TWA Gunung Meja dan diketahui ada 19 pal batas yang telah hilang, dan ada beberapa bangunan yang masuk dalam kawasan.
5.1.3. Letak dan Luas
Taman Wisata Alam Gunung Meja secara geografis terletak pada koordinat 134°03’17” sampai 134°04’05” Bujur Timur dan 0°52”59” Lintang Selatan
dengan luas kawasan adalah 460,25 ha. Kawasan ini terletak pada bagian utara pusat Kota Manokwari dengan jarak ± 3 km, untuk mencapai kawasan ini dapat
ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Jalan yang terdapat dalam kawasan adalah jalan beraspal sepanjang 7 km yang
membelah kawasan dari arah Barat Asrama Mahasiswa UNIPA kea rah timur tenggara kawasan Sarinah dan jalan lingkar Anggori-Pasir Putih-Amban sejauh
24 km. Secara administrasi TWA Gunung Meja terletak di Distrik Manokwari, Distrik Manokwari Timur hasil pemekaran, Kabupaten Manokwari, Provinsi
Papua Barat. Batas kawasan TWA Gunung Meja secara administrasi berbatasan dengan 4
kelurahan, sebagi berikut : Sebelah Barat
: berbatasan dengan Kelurahan Amban Sebelah Utara
: berbatasan dengan Kelurahan Pasir Putih Sebelah Timur
: berbatasan dengan Kelurahan Manokwari Timur Sebelah Selatan
: berbatasan dengan Kelurahan Padarni
5.1.4. Geologi dan Tanah
Kawasan TWA Gunung Meja berada pada ketinggian antara 16 -1177 m dpl dengan topografi lapangan bervariasi dari datar hingga bergelombang ringan ke
58
arah timur dan bergelombang berat dari timur dan bergelombang berat dari timur kea rah barat dengan puncak tertinggi ± 177 meter dpl. Sedangkan, pada sisi
bagian selatan dan utara terdapat beberapa puncak terdapat daerah yang relief hampir datar menyerupai permukaan meja.
Karena bentuk fisiografi lahan yang demikian, sehingga kawasan ini dinamakan Gunung Meja. Fisiografi lahan dengan tebing karang terjal dan
berteras pada sisi sebelah selatan ke barat laut kawasan merupakan wilayah penyebaran mata air. Kondisi topografi areal TWA Gunung Meja memiliki kelas
lerengan datar 0-8 sampai landai 8-15. Kawasan Gunung Meja secara Lithostratigarfi termasuk dalam strata
formasi Manokwari formasi befoor. Formasi ini terdiri dari batu gamping terumbu, sedikit biomikrit, kasidurit dan kalkarenit mengandung ganggang dan
foraminitera. Jenis tanah yang dominan pada kawasan ini adalah tanah kapur kemerahan dan tanah endapan aluvial.
5.1.5. Hidrologi
Kawasan TWA Gunung Meja memiliki ±30 mata air berupa gua-gua dan mata air yang tersebar di dalam dan sekitar kawasan. Perusahaan Daerah Air
Minum PDAM Kabupaten Manokwari melaporkan bahwa sebanyak 12 mata air yang dijadikan sumber pasokan air bagi masyarakat Kota Manokwari dan 7
diantaranya terdapat di dalam dan sekitar TWA Gunung Meja. Mata air ini sebagian besar dberada di kaki lereng sisi sebelah selatan kawasan.
Tabel 8. Lokasi Sumber Air dan Debit Air dalam Kawasan TWA Gunung Meja
Lokasi Sumber Air Elevasi m
Kapasitas literdetik
Mata air Kwawi I 99
2 Mata air Kwawi II
89 1
Mata air Kwawi III 89
1 Mata air Indoki I
34 1,5
Mata air Indoki II 23
1 Mata air Indoki III
70 1
Mata air Kampung Ambon 41
1
Total Kapasitas 8,5 ltrdetik
Sumber : RPJP TWA Gunung Meja 2009-2028
Pasokan air yang bersumber dari mata air Gunung Meja tersebut menyumbang 10,30 dari total pasokan sumber air yang dimanfaatkan oleh