40
Tabel 5. Klasifikasi Douglas: Area Wisata Berdasarkan Kemampuan Area dalam Menampung Jumlah Pengunjung
No. Area Wisata
Kemampuan untuk wisatawan Hari orang kunjunganAcre
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Area yang dikelola secara intensif dipergunakan untuk pengunjung rombongan
Area yang dikelola secara ekstensif untuk wisata alam
Area pada lingkungan alam belum dikembangkan atau tidak dikembangkan
Lingkungan alam yang sudah dikenal Lingkungan alam masyarakat tradisional
Lingkungan peninggalan sejarah candi, monument, bangunan kuno, dll
2.000 750
20 70
20 2.000
Sumber : Douglas 1978 dalam Hakim 2004
Berdasarkan Libosada 1998, daya dukung lingkungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
� � �� =
area yang digunakan wisatawan rata
− rata kebutuhan area per individu
Daya tampung wisatawan per hari = CC X koefisien rotasi
Di mana koefisien rotasinya dapat dirumuskan sebagai berikut :
� � = Jumlah jam area terbuka untuk wisatawan
rata − rata waktu satu kunjungan
41
3.2. Kerangka Operasional
Gambar 1. Kerangka Penelitian Keterangan :
CVM = Contingent Valuation Method TCM = Travel Cost Method
SP = Surplus Produsen
SK = Surplus Konsumen
= Analisis Data = Tujan Penelitian
Potensi Wisata Alam
• Kriteria utama : Keindahan alam Topografi, Keragaman flora dan
fauna serta Wisata sejarah; Kriteria penunjang : Aksesibilitas dan
Akomodasi • TWA Gunung Meja : Kawasan
pengembangan wisata kabupaten dan provinsi
• Rencana Jangka Panjang 2009-2028 : TWAGM sebagai objek wisata alam,
pendidkan dan penelitian
Masalah Pengelolaan
• Belum adanya pengelolaan yang berbasis wisata
• Pola interaksi masyarakat • Pembuangan sampah dalam
kawasan
Taman Wisata Alam Gunung Meja
Kebijakan Stakeholders Pengembangan
Wisata Alam Berkelanjutan Ekonomi
Sosial Lingkungan
Nilai Pengembangan Wisata
Pasar Wisata
Persepsi Masyarakat
• Carrying Capacity
• Daya Tampung wisatawan
• Koefisien rotasi Nilai Ekonomi Wisata
Manfaat Ekonomi CVM
Penawaran, permintaan
dan elastisitas permintaan
TCM
5 3
4 2
1
Daya Dukung Lingkungan
Deskriptif SP
SK
42
Taman Wisata Alam TWA Gunung Meja yang termasuk tipe hutan hujan tropis dataran rendah, merupakan salah satu kawasan konservasi di Manokwari,
dengan keragaman flora dan fauna endemik Papua serta memiliki keunikan ditinjau dari struktur geologi, fisiografi lahan serta formasi hutannya.Pengelolaan
kawasan ini berada di bawah Balai Konservasi Sumber Daya Alam Papua II Sorong – Seksi Konservasi Wilayah I Manokwari. Kegiatan yang dilakukan masih
terbatas pada pengamanan kawasan sedangkan kegiatan yang mengarah kepada pelestarian fungsi kawasan belum dilakukan secara optimal.
Pada era desentralisasi sektor kehutanan dan sejalan dengan diberlakukannya Otonomi Khusus bagi Papua, serta implementasi paradigma
pengelolaan hutan berbasis masyarakat, memunculkan dilema baru bagi pengelolaan kawasan konservasi TWA Gunung Meja. Tekanan masyarakat
terhadap sumberdaya hutan semakin gencar bermunculan, baik ditinjau dari segi tuntutan masyarakat pemilik hak ulayat akan haknya terhadap kawasan hutan,
serta kegiatan pemanfaatan sumberdaya di dalam kawasan yang semakin tidak terkendali. Berdasarkan hal tersebut perlu adanya sebuah upaya konservasi untuk
menyelamatkan TWA Gunung Meja dari ancaman degradasi yang semakin parah serta mengembalikannya ke fungsi semestinya yaitu sebagai kawasan
wisatarekreasi, yaitu melalui pengembangan wisata alam yang berkelanjutan. Wisata alam yang berkelanjutan sebagai bagian dari ekowista merupakan
alternatif ekonomi yang berbasis konservasi serta dianggap sebagai upaya yang berkelanjutan secara ekonomi, lingkungan dan sosial bagi masyarakat yang
tinggal di dalam dan di sekitar kawasan konservasi. Dengan pola wisata berkelanjutan, masyarakat maupun wisatawan dapat memanfaatkan keindahan
alam yang masih utuh, budaya, sejarah setempat tanpa merusak sumberdaya dan lingkungannya. Dari segi ekonomi, pengembangan wisata alam berkelanjutan
harus memberikan dampak positif bagi masyarakat dan para pelaku usaha. Sedangkan dari segi sosial, dilihat bagaimana persepsi masyarakat terhadap
pengembangan TWA Gunung Meja sebagai kawasan wisata alam. Dari segi lingkungan, kegiatan wisata alam tidak boleh melebihi daya dukung lingkungan.
Pengembangan wisata alam yang berkelanjutan pada akhirnya merupakan sebuah rekomendasi kepada para stakeholders yang terkait dengan pengelolaan TWA
43
Gunung Meja untuk dijadikan sebagai salah satu kebijakan konservasi, sehingga dalam pengelolaannya kawasan ini bukan saja sekedar menjadi suatu kawasan
pelestarian tapi juga kawasan yang berfungsi sesuai dengan peruntukkannya yaitu sebagai kawasan wisata alam.