Pengambilan Kayu untuk Kayu bakar, Kayu Bangunan dan non bangunan

121 dilakukan. Hal ini tentunya akan mengurangi daya tarik dan estetika TWA Gunung Meja sebagai objek wisata alam.

7.1.3. Keterbatasan Fasilitas Umum dan Penunjang dalam Kawasan

Fasilitas umum dan penunjang dalam kawasan wisata merupakan salah satu faktor pendukung dalam berkembangnya suatu objek wisata. Salah satu faktor yang menyebabkan kurangnya jumlah pengunjung ke TWA Gunung Meja dibandingkan dengan objek wisata lain seperti Pasir Putih dan Pantai Bakaro adalah tidak tersedianya fasilitas umum dalam kawasan. Berdasarkan hasil survei terhadap wisatawan yang berkunjung ke kawasan tersebut, fasilitas umum yang tidak tersedia dalam kawasan namun sangat dibutuhkan oleh wisatawan adalah fasilitas MCK, tempat parkir, tempat pembuangan sampah, tempat istirahat, pusat informasi dan tempat penjualan makanan. Selain tidak tersedianya fasilitas umum dan penunjang untuk kegiatan ekowisata di kawasan TWA Gunung Meja, ada beberapa fasilitas yang sudah tersedia namun tidak dijaga dan dipelihara keberadaannya. Tugu Jepang sebagai objek wisata dan situs bersejarah yang merupakan salah satu daya tarik kegiatan wisata di kawasan ini, saat ini dalam keadaan memprihatinkan karena tidak dirawan dengan alasan kekurangan anggaran oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan anggaran untuk pemeliharaan dan pengembangan wisata di Manokwari sebagian besar dialokasikan untuk objek wisata Pasir Putih. Selain itu, jalan setapak dalam kawasan, yaitu jalan yang menghubungi pintu masuk dari daerah Sarinah menuju situs bersejarah Tugu Jepang dalam keadaan sangat parah. Hal ini menyebabkan beberapa masyarakat yang berniat mengunjungi Tugu Jepang melalui daerah Sarinah harus melalui daerah Amban yang jaraknya jauh dari situs bersejarah, bahkan ada beberapa yang akhirnya mengurungkan niat untuk mengunjungi situs bersejarah Tugu Jepang. Tidak adanya petugas yang berjaga dan memberikan informasi bagi pengunjung di pintu masuk, merupakan salah satu kendala bagi wisatawan terutama bagi wisatawan asing atau wisatawan dari luar Manokwari serta wisatawan yang baru pertama kali mengunjungi kawasan tersebut untuk melakukan perjalanan wisata dalam kawasan. Bahkan pusat informasi yang terletak disamping pintu masuk kawasan saat ini dalam keadaan rusak karena 122 tidak dimanfaatkan. Hal ini menunjukkan tidak adanya perhatian dari pemerintah untuk melakukan fungsinya sebagai pihak yang harus menjaga kawasan dan memberikan pelayanan terhadap para pengunjung.

7.2. Wisata Alam Berkelanjutan di TWA Gunung Meja

Wisata alam berkelanjutan yang dikembangkan di kawasan konservasi adalah kegiatan wisata yang dikembangkan bertujuan untuk menyediakan alternatif ekonomi secara berkelanjutan bagi masyarakat di kawasan yang dilindungi, sesuai dengan kearifan lokal masyarakat serta berkontribusi pada konservasi dengan meningkatkan kepedulian dan dukungan terhadap perlindungan bentang lahan yang memiliki nilai biologis, ekologis dan nilai sejarah yang tinggi.

7.2.1. Analisis Ekonomi

Berdasarkan identifikasi pasar ekowisata, TWA Gunung Meja menawarkan keindahan, potensi hayati dan non hayati serta didukung oleh aksesibilitas dan akomodasi yang mudah. Selain itu kegiatan wisata alam yang menarik dilakukan dan dapat dikembangkan di kawasan ini adalah hiking, camping, caving, photo hunting, penelitianpendidikan, pengamatan flora dan fauna serta kunjungan ke situs bersejarah. Analisis ekonomi yang dilakukan berupa analisis pasar, perhitungan nilai ekonomi wisata alam dan nilai pengembangan wisata alam, maka diperoleh nilai ekonomi wisata alam TWA Gunung Meja saat ini adalah sebesar Rp. 592.154.197,- per tahun dan nilai pengembangan wisata alam TWA Gunung Meja adalah Rp. 271.940.375,- yaitu besarnya nilai atau sejumlah uang yang bersedia dibayarkan oleh wisatawan dan masyarakat untuk membiayai pengembangan wisata alam ke depan. Sedangkan nilai bukan wisata yaitu dari pemanfaatan hasil alam dalam kawasan TWA Gunung Meja adalah sebesar Rp. 692.225.000,- per tahun. Terlihat bahwa nilai ekonomi non wisata masih lebih besar dari nilai ekonomi wisata di TWA Gunung Meja, meskipun pemanfaatan hasil alam tersebut bersifat ilegal karena TWA Gunung Meja merupakan kawasan konservasi yang dilindungi, namun karena desakan ekonomi dari masyarakat sekitar kawasan menyebabkan kegiatan tersebut masih terus berlangsung. Hal ini menunjukkan

Dokumen yang terkait

Penilaian Dan Pengembangan Potensi Objek Dan Daya Tarik Wisata Alam Di Taman Wisata Alam (Twa) Sibolangit

44 191 105

Karo Cultural Tourism Park (Taman Wisata Budaya Karo) Arsitektur Neo-Vernakular

6 61 105

Persepsi Masyarakat Terhadap Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh-cikeh (Studi Kasus Di Dusun Pancur Nauli, Desa Lae Hole II, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara)

15 176 63

Faktor-Faktor Pendukung Pengembangan Wisata Alam Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh

1 35 7

Pengaruh Pemanfaatan Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk Sebagai Sumber Belajar IPS Pada Siswa MTs N 3 Pondok Pinang Jakarta Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

0 11 186

Kelembagaan Land Temre Taman Wisata Alam Gunung Meje Dalam Kaitannya Dengan Pembangunan Wilayah Kota Manokwari Provinsi Papua Barat

3 72 157

Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat

0 10 109

Pengembangan Taman Wisata Alam Telogo Warno Telogo Pengilon Berdasarkan Prinsip Sustainable Tourism

1 11 34

STRUKTUR, KERAGAMAN DAN ASOSIASI KOMUNITAS TUMBUHAN PEMANJAT DENGAN POPULASI ALAM MERBAU DI TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI-PAPUA BARAT (Structure, Diversity and Association of Climbing Plants Communities with Merbau Population in Gunung Meja) | S

0 3 10

MODEL PENGELOLAAN LINGKUNGAN TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI PAPUA BARAT (Model Environmental Management of Meja Mountain Natural Manokwari West Papua) (Model Environmental Management of Meja Mountain Natural Manokwari West Papua) | Basna | Jurnal

0 1 12