123
bahwa manfaat dari kegiatan wisata belum mampu menjadi alternatif ekonomi bagi masyarakat sekitar kawasan, sehingga masyarakat masih memilih untuk
memanfaatkan hasil alam. Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya upaya yang serius dari stakeholder untuk mengembangkan TWA Gunung Meja sebagai
kawasan wisata alam berkelanjutan yang nantinya akan memberikan manfaat yang jauh lebih besar dibanding dengan pemanfaatan hasil alam dalam kawasan
lindung, sehingga dapat menekan interaksi atau pelanggaran dalam kawasan. Pengembangan wisata alam ke depan untuk kawasan ini pada akhirnya akan
menjadi alternatif utama dalam membantu perekonomian masyarakat di sekitar kawasan, karena dengan adanya kegiatan wisata alam yang berkembang di
kawasan ini akan meningkatkan penerimaan masyarakat melalui pengeluaran wisatawan yang pada akhirnya juga akan memberikan multiplier effect bagi
pelaku usaha lainnya, termasuk memberikan kontribusi bagi penerimaan daerah. Selain itu juga terlihat bahwa masyarakat sangat mendukung program tersebut dan
bersedia menyumbangkan sejumlah uang bagi pengembangan wisata alam.
7.2.2. Analisis Sosial a. Kearifan Lokal Masyarakat
Kawasan Gunung Meja berdasarkan filosofi budaya masyarakat Arfak, yaitu kelompok Suku Hatam dan Suku Sough yang bermukim di sekitar kawasan,
memandang Hutan Gunung Meja sebagai AYAMFOS yang artinya Dapur Hidup. Ayamfos yang berarti Hutan Gunung Meja baik berupa tanah, air dan hutan yang
terkandung dalam kawasan adalah sumber penghidupan masyarakat yang perlu dijaga, dilindungi dan dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat dalam
kehidupannya. Hutan Gunung Meja “AYAMFOS” berfungsi sebagai tempat berkebun, sumber protein nabati dan hewani dalam pemenuhan kehidupan
masyarakat sehari-hari, sumber air bersih bagi kehidupan masyarakat, tempat melakukan usaha-usaha ekonomi pertanian dan juga situs budaya “tanah
larangantempat pamali” bagi masyarakat. Masyarakat yang bermukim di wilayah pemukiman Ayambori dan Fanindi
sudah sangat paham dan sadar akan pentingnya Hutan Gunung Meja sebagai sumber mata air bagi kehidupannya. Berdasarkan filosofi budaya pada sumber
124
mata air, terutama daerah hulu merupakan “tanah larangantempat pamali” yang tidak boleh dimasuki oleh masyarakat.
Perkembangan jaman dan juga kebutuhan lahan pertanian mayarakat urban di sekitar wilayah perkotaan menyebabkan kawasan ini telah diarambah, sehingga
filosofi budaya Hutan Gunung Meja tetlah terpolarisasi. Tanah larangan yang tidak boleh diggangu telah dimasuki oleh masyarakat luar, penebangan dan
pemanfaatan lahan secara berlebihan dilakukan secara besar-besaran. Hutan Gunung Meja sebagai Ayamfos mulai tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Apabila upaya penyelamatan kawasan tidak dilakukan dengan baik, maka Hutan Gunung Meja tidak akan menjadi AYAMFOS. Hutan Gunung Meja tidak akan
lagi memberikan penghidupan berupa sumber air dan hasil hutannya kepada masyarakat.
Sejak dijadikannya Gunung Meja sebagai kawasan konservasi dan pemberian kompensasi hak ulayat kepada masyarakat pemilik ulayat dalam TWA
Gunung Meja sebesar Rp. 4,6 milyar pada tahun anggara 20002001 dan 20012002, maka kegiatan seperti perladangan, perkebunan dalam kawasan dan
pemanfaatan hasil hutan dilarang Gunung Meja, sehingga secara langsung Gunung Meja hanya menjadi sumber mata air bagi kehidupan masyarakat di
sekitar kawasan dan masyarakat Kota Manokwari pada umumnya. Namun hingga kini masih ada masyarakat yang memandang kawasan ini sebagai milik ulayat
mereka, sehingga mereka masih memanfaatkan sumberdaya secara tidak lestari serta membangun lahan perladangan atau kebun dalam kawasan ini.
b. Persepsi Masyarakat terhadap Pengembangan Wisata Alam di TWA
Gunung Meja Masyarakat sekitar TWA Gunung Meja memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang baik terhadap fungsi TWA Gunung Meja sebagai objek wisata wisata alam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 120 responden,
100 menyatakan bahwa mereka mengetahui fungsi TWA sebagai tempat wisata alam. Selain TWA Gunung Meja sebagai daerah wisata alam, masyarakat pun
memiliki pemahaman terhadap manfaat lain dari TWA Gunung Meja yaitu sebagai sumber air, paru-paru kota, habitat flora dan fauna serta tempat penelitian.