16
1. Kegiatan ekowisata harus bersifat ramah lingkungan, secara ekonomis dapat berkelanjutan dan serasi dengan kondisi sosial dan kebudayaan Daerah
Tujuan Ekowisata DTE. 2. Untuk menjamin konservasi alam dan keanekaragaman hayati sebagai
sumberdaya kepariwisataan utama, segenap upaya penting harus dilaksanakan untuk menjamin fungsi dan daya lingkungan agar tetap terjaga.
3. Kegiatan ekowisata yang secara langsung mendukung pada upaya perlindungan alam dan kelestarian keanekaragaman hayati harus
dipromosikan. 4. Harus ada tindakan pencegahan untuk menghindari dan meminimalkan
dampak negatif keanekaragaman hayati yang disebabkan kegiatan ekowisata. 5. Pengembangan kegaiatan ekowisata hendaknya selalu menggunakan
teknologi ramah lingkungan. 6. Semua yang terlibat dalam pengelolaan ekowisata, termasuk pemerintah,
swasta atau LSM harus bertanggung jawab secara bersama untuk mencapai bentuk ekowisata yang berkelanjutan.
7. Konsep dan kriteria ekowisata berkelanjutan harus dikembangkan dan dikaitkan dengan program pendidikan dan pelatihan untuk pekerja di bidang
kepariwisataan. 8. Masyarakat harus diberikan kemudahan untuk memperoleh informasi
sebanyak banyaknya mengenai manfaat perlindungan lingkungan dan konservasi keanekaragaman hayati melalui bentuk ekowisata yang
berkelanjutan. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 tahun 2009 tentang
Pedoman Pengembangan Ekowisata di Daerah, prinsip pengembangan ekowisata meliputi:
1. Kesesuaian antara jenis dan karakteristik ekowisata. 2. Konservasi, yaitu melindungi, mengawetkan, dan memanfaatkan secara
lestari sumberdaya alam yang digunakan untuk ekowisata. 3. Ekonomis, yaitu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan
menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya serta memastikan usaha ekowisata dapat berkelanjutan.
17
4. Edukasi, yaitu mengandung unsur pendidikan untuk mengubah persepsi seseorang agar memiliki kepedulian, tanggung jawab, dan komitmen terhadap
pelestarian lingkungan dan budaya. 5. Memberikan kepuasan dan pengalaman kepada pengunjung.
6. Partisipasi masyarakat, yaitu peran serta masyarakat dalam kegiatan perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ekowisata dengan menghormati
nilai-nilai sosial-budaya dan keagamaan masyarakat di sekitar kawasan. 7. Menampung kearifan lokal.
e. Kriteria Daerah Pengembangan Ekowisata
Penentuan daerah kawasan merupakan salah satu kriteria dalam pengembangan ekowisata. Jenis-jenis ekowisata menurut Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 33 tahun 2009 tentang Pedoman pengembangan ekowisata di daerah, antara lain:
1. ekowisata bahari; 2. ekowisata hutan;
3. ekowisata pegunungan; danatau 4. ekowisata karst.
Adapun daerah-daerah yang biasa dijadikan kawasan ekowisata, antara lain : 1. Daerah atau wilayah yang diperuntukkan sebagai kawasan pemanfaatan
berdasarkan rencana pengelolaan pada kawasan seperti Taman Wisata Alam, Taman Wisata Pegunungan, Taman Wisata Danau, Taman Wisata Pantai atau
Taman Wisata Laut. 2. Daerah atau zona pemanfaatan pada Kawasan Taman Nasional.
3. Daerah pemanfaatan untuk Wisata Berburu berdasarkan rencana pengelolaan Kawasan Taman Perburuan
Masyarakat Ekowisata Indonesia MEI memberi kriteria pemilihan lokasi pengembangan ekowisata berdasarkanhal-hal berikut :
1. Daerah itu harus memiliki keunikan yang khusus dan tidak terdapat di tempat lain.
2. Memiliki atraksi seni budaya yang unik dan berbeda. 3. Adanya kesiapan masyarakat setempat untuk berpartisipasi dalam
pengembangan ekowisata.
18
4. Peruntukkan kawasan tidak meragukan. 5. Tersedia sarana akomodasi, rumah makan dan sarana pendukung lainnya.
6. Tersedia aksesibilitas yang memadai dan dapat membawa wisatawan dari dan ke kawasan yang akan dikembangkan.
2.1.2. Berkelanjutan Sustainability
Menurt Fauzi 2006, perhatian terhadap keberlanjutan sudah dimulai sejak Malthus pada tahun 1798 mengkhawatirkan ketersediaan lahan di Inggris akibat
ledakan penduduk yang pesat. Satu setengah abad kemudian, perhatian terhadap keberlanjutan ini semakin mengental setelah Meadow dan kawan-kawan pada
tahun 1972 menerbitkan publikasi yang berjudul The Limit to Growth. Dalam kesimpulannya, Meadow mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi akan sangat
dibatasi oleh ketersediaan sumberdaya alam. Dengan ketersediaan sumberdaya alam yang terbatas, arus barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam
tidak akan bisa dilakukan secara terus-menerus on sustainable basis. Lebih lanjut Fauzi 2006 menyatakan bahwa konsep keberlanjutan
merupakan konsep yang sederhana namun kompleks, sehingga pengertian keberlanjutan pun sangat multidimensi dan multi-interpretasi. Karena itu, para ahli
sepakat untuk mengadopsi pengertian yang telah disepakati oleh Komisi Bruntland yang menyatakan bahwa “Pembangunan berkelanjutan adalah
pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka”.
Ada dua hal yang secara implisit menjadi perhatian dalam konsep Brutland tersebut. Pertama, menyangkut pentingnya memperhatikan kendala sumberdaya
alam dan lingkungan terhadap pola pembangunan dan konsumsi.Kedua, menyangkut perhatian dan kesejahteraan generasi mendatang. Ada 3 tiga aspek
dalam pemahaman keberlanjutan, yaitu : 1. Keberlanjutan ekonomi yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu
menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan pemerintahan dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang
dapat merusak produksi pertanian dan industri. 2. Keberlanjutan lingkungan : Sistem yang berkelanjutan secara lingkungan
harus mampu memelihara sumberdaya yang stabil, menghindari eksploitasi