63
perladangan liar oleh masyarakat Anggi. Selain itu juga mereka telah mendirikan rumah pada daerah penyangga yang menurut mereka telah
mendapat ijin dari pemilik hak ulayat. g. RT 2, RW III, Kelurahan Manokwari Barat Kampung Toraja
RT ini mayoritas dihuni oleh masyarakat Toraja dan sebagian besar bermata pencaharian di sektor swasta terutama sebagai tukang kayu.
Tingkat ketergantungan utama masyarakat di RT ini terhadap kawasan Hutan Gunung Meja adalah air tanah. Penebangan pohon-pohon juga
masih terjadi di RT ini untuk kebutuhan kayu bakar dan pembukaan lahan untuk kegiatan perladangan. Pembukaan lahan menjadi ladang
dilakukan oleh masyarakat Anggi dan terus terjadi setelah era reformasi dimulai.
h. RT 3, RW III, Kelurahan Manokwari Barat Penduduk di RT ini umumnya adalah Pegawai Negeri Sipil PNS. Pada
RT ini terdapat hak tanah ulayat dalam kawasan Hutan Gunung Meja. Kondisi kawasan yang berbatasan dengan RT ini pun telah mengalami
degradasi, baik berupa pembukaan lahan maupun pengambilan kayu bakar. Kegiatan pembangunan juga terjadi di wilayah ini, yaitu
pembangunan tempat ibadah dan rumah penduduk di daerah penyangga. Indikasi lain di kawasan ini yang menunjukkan bahwa kondisi kawasan
Hutan Gunung Meja telah mengalami degradasi adalah mengeringnya sebuah kali sungai yang berada dalam kawasan
c. Kepemilikan Lahan
Kepemilikan lahan dalam kawasan TWA Gunung Meja sangat ditentukan oleh kebijakan dan legimitasi dua tokoh besar pemuda Arfak, yaitu Bapak
Almarhum Loudwjik Mandacan dan Barent Mandacan serta kerabatnya. Wilayah kepemilikan lahan kawasan dibagi menjadi berikut : wilayah Ayambori, Kampung
Ambon dan Brawijaya dimiliki oleh Bapak Barent Mandacan serta kerabatnya Meidogda dan Saroy. Lahan kepemilikan marga Mandacan dan kerabatnya
dibatasi oleh Sungai Wosi ke arah barat sampai Maripi dimiliki oleh marga Ulo dann Mansim.
64
Sejalan dengan perkembangan status kawasan dan upaya pelestarian kawasan serta pembangunan daerah, maka hak kepemilikan lahan dalam kawasan
telah diserahkan oleh masyarakat pemilik ulayat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Manokwari pada tahun 20002001 dan 20012002 melalui pembayaran
kompensasi kepada 64 orang dari kelompok marga Mandacan, Meidogda dan Saroy selaku pemilik ulayat. Dengan demikian, hak guna pengelolaan kawasan
TWA Gunung Meja saat ini berada pada Pemerintah Daerah Manokwari.
5.2. Profil Umum Responden
Ada 2 kelompok responden dalam penelitian ini yaitu Kelompok Masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan TWA Gunung Meja masyarakat
Brawijaya, Sarinah, Kampung Ambon Atas, Ayambori, Aipri, Susweni, Anggori, Manggoapi dan Fanindi untuk mengetahui kesediaan membayar willingness to
pay terhadap pengembangan Ekowisata dan dampak langsung dari kegiatan wisata. Sedangkan kelompok lainnya adalah Kelompok Wisatawan untuk
mengetahui Biaya Perjalanan Travel Cost yang merupakan Nilai ekonomi wisata TWA Gunung Meja dan kesediaan membayar wisatawan terhadap pengembangan
ekowisata.
5.2.1. Kelompok Masyarakat Setempat
Responden masyarakat sekitar kawasan TWA Gunung Meja terdiri dari masyarakat asli yaitu masyarakat Arfak yang berasal dari Suku Mole, Hatam,
Sough dan Meyakh. Sedangkan Masyarakat pendatang adalah masyarakat Papua non Arfak dan masyarakat luar Papua. Masyarakat Papua adalah masyarakat yang
berasal dari Wamena, Biak, Serui, Nabire, Jayapura, Merauke, Sorong, dan Kebar, sedangkan masyarakat luar Papua adalah masyarakat yang berasal dari Medan,
Padang, Jawa, Makassar, Bugis, Toraja, Ambon, Manado, Bali, Ternate, NTT, Buton. Distribusi responden masyarakat berdasarkan suku disajikan pada gambar
3 berikut.
VI. ANALISIS EKONOMI TAMAN WISATA ALAM TWA GUNUNG MEJA
6.1. Pasar Wisata Alam dan Elastisitas Permintaan
Untuk menganalisis kesesuaian dan pengembangan kegiatan wisata alam berkelanjutan di TWA Gunung Meja, diperlukan analisis pasar yaitu analisis
supply dan analisi demand. Analisis Supply penawaran adalah inventarisasi informasi mengenai potensi wisata yang dapat dikembangkan serta faktor
pendukungnya. Sedangkan Analisis Demand Permintaan adalah inventarisasi informasi mengenai permintaan yang diperoleh dari para wisatawan dan
masyarakat setempat baik berupa materiil maupun non materiil.
6.1.1. Penawaran Wisata Alam
Penawaran wisata alam TWA Gunung Meja terdiri dari Estetika, Sumberdaya hayati berupa potensi flora dan fauna, Situs Bersejarah berupa Tugu
Jepang dan Goa Jepang serta didukung oleh fasilitas penunjang berupa aksesibilitas yang mudah dan akomodasi yang tersedia.
a. Estetika Kawasan TWA Gunung Meja
Kota Manokwari memiliki keunggulan alami karena secara geografis mempunyai panorama dengan keindahan alam yang sangat unik.Terletak
sepanjang pantai Teluk Doreri dan dihiasi dua pulau kecil yaitu Pulau Mansinam dan Pulau Lemon didepannya. Estetika kawasan TWA Gunung Meja terbentuk
atas perpaduan antara posisi kawasan terhadap kota Manokwari yang menjadi latar belakang kota yang nampak dipagari hijauan pepohonan, tebing yang terjal
dan curam membentuk suatu gugusan bukit yang indah dan gagah perkasa. Kawasan TWA Gunung Meja yang berbatasan langsung dengan wilayah
Kota Manokwari merupakan salah satu objek wisata pegunungan Manokwari yang potensial untuk dikembangkan. Keunggulan dan keunikan ini semakin
diperkuat oleh karakteristik fisiografi lahan Gunung Meja yang melatarbelakangi kota, merupakan jajaran pegunungan elevasi tertinggi 117 meter di atas
permukaan laut yang di beberapa sisinya terbing yang terjal dan lereng yang curam menampakkan panorama alam yang indah. Panorama yang sama jika kita
berada salah satu sisi tertinggi di kawasan sejauh mata memandang tampak
76
panorama laut dengan pantai pasir putih dan pantai karang dipadu hijaunya pegunungan yang mengelilinginya. Nilai estetika tersebut akan lebih
mengagumkan lagi bila dinilai dari tepi hutan, keanekaragaman serta keendemikan flora-fauna yang merupakan keterwakilan tipe hutan tropis dataran
rendah yang hampir dijumpai di sepanjang pantai utara pulau New Guinea. Keunikan-keunikan tersebut menjadi daya tarik bagi penjelajah alam dan
pemerhati lingkungan untuk menguak rahasia alam ini. Daya tarik ini akan semakin tinggi jika dipadukan dengan nilai sejarah yang terkandung dalam
kawasan ini, karena Gunung Meja merupakan saksi sejarah dari jaman Belanda, Jepang dan Sekutu dalam masa penjajahan di Tanah Papua Potret TWA Gunung
Meja, 2004. Potensi estetika tersebut menjadi dasar utama dalam menetapkan Gunung
Meja sebagai salah satu kawasan pelestarian alam di Manokwari dengan fungsi utama Wisata Alam. Keunggulan dan keunikan potensi alam inilah yang perlu
ditumbuhkembangkan untuk memperkaya nilai kepariwisataan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pendapatan daerah serta penunjuang kebutuhan hidup
masyarakat.
b. Potensi Kawasan 1. Potensi Hayati
Flora
Flora yang terdapat di kawasan TWA Gunung Meja cukup beragam baik jenis maupun jumlahnya. Komposisi flora pada kawasan ini berdasarkan hasil
kompilasi dari berbagai sumber data dalam Potret TWA Gunung Meja 2004, maka dapat dikelompokkan sebagai berikut :
• Tumbuhan Semak, Perdu dan Herba • Tumbuhan Liana dan Rotan
• Tumbuhan Anggrek • Tumbuhan Paku-pakuan
• Tumbuhan Bambu dan Palem • Tumbuhan berkayu alami dan binaan