26
dengan rincian sebagai berikut: biaya transportasi: Rp 4.520.000,-; biaya konsumsi: Rp. 2.655.000,-; biaya Tiket Masuk: Rp. 29.000,-; biaya lain-lain Rp.
1.505.000,-, dan besarnya surplus konsumen sebesar Rp. 126.053,21 serta nilai ekonomi wisata sebesar Rp. 3.775.293.639,50,-.
Purnamasari 2004 melakukan penelitian dengan judul “Kajian Pengembangan Produk Wisata Alam berbasis Ekologi di Wilayah Wana Wisata
Curug Cilember WWCC Kabupaten Bogor”. Kriteria yang digunakan untuk menentukan produk wisata alam berbasis ekologi yang dipilih ditentukan
berdasarkan aspek sumberdaya alam, karakteristik pengunjung, dukungan stakeholder dan masyarakat serta sarana dan prasarana, dilihat dari kegiatan
menikmati produk wisata air terjun, pengobatan dengan air terjun, tracking, menikmati pemandangan alam, kamping, outbond serta pengamantan flora, fauna
dan kupu-kupu. Dari kegiatan-kegiatan menikmati produk wisata yang diidentifikasi selanjutnya dianalisis berdasarkan AHP Analytical Hierarci
Process, maka produk wisata alam berbasis ekologi dari yang tertinggi hingga terendah adalah sebagai berikut :
1. Menikmati air terjun 0,2766 2. Menikmati pemandangan alam 0,1623
3. Camping 0,1405 4. Tracking 0,1073
5. Pengobatan dengan air terjun 0,0885 6. Pengamatan flora 0,0665
7. Pengamatan kupu-kupu 0,0563 8. Pengamatan fauna lainnya 0,0525
9. Outbond 0,0380 Penelitian pengembangan ekowisata dianalisis dari daya dukung lingkungan
dilakukan oleh Bahar tahun 2004 dengan judul “Kajian Kesesuaian dan Daya Dukung Ekosistem Mangrove untuk Pengembangan Ekowisata di Gugus Pulau
Tanateke Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan”. Hasil penelitian menunjukkan daya dukung kawasan dari aktivitas mengamati burung 10m
2
orang, memandang alam 10m
2
orang, jalan-jalan 10m
2
orang, pemotretan 10m
2
orang dan interpretasi alama 20m
2
orang.
27
Untuk lebih ringkas, penelitian-penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. Matriks Penelitian Terdahulu
Judul Penulis
Tahun Alat
Analisis Hasil Penelitian
Valuation of Ecotourism Resources using a Contingent
Valuation Method : The Case of the Korean DMZ
Choong-Ki Lee dan James W.
Mjelde 2007
CVM total nilai ekowisatanya adalah
sebesar 152,8 Million.
Analisis Nilai Ekonomi TWA Laut Pulau Weh di Kota
Sabang Muhammad
Iqbal 2008
TCM nilai ekonomi wisata dari
surplus konsumen sebesar Rp. 3.775.293.639,50,-
dengan besarnya surplus konsumen
adalah sebesar Rp. 126.053,21,-.
Kajian Pengembangan Produk Wisata Alam berbasis Ekologi
di Wilayah Wana Wisata Curug Cilember WWCC
Kabupaten Bogor Gune
Purnamasari 2004
THP 1. Menikmati air terjun
0,2766 2. Menikmati pemandangan
alam 0,1623 3. Kemping 0,1405
4. Tracking 0,1073 5. Pengobatan dengan air
terjun 0,0885 6. Pengamatan flora 0,0665
7. Pengamatan kupu-kupu 0,0563
8. Pengamatan fauna lainnya 0,0525
9. Outbond 0,0380 Kajian Kesesuaian dan Daya
Dukung Ekosistem Mangrove untuk Pengembangan
Ekowisata di Gugus Pulau Tanateke Kabupaten Takalar,
Sulawesi Selatan Ahmad Bahar
2004 Carrying
capacity mengamati burung 10m
2
orang, memandang alam 10m
2
orang, jalan-jalan 10m
2
orang, pemotretan 10m
2
orang dan interpretasi alam 20m
2
orang.
Beberapa penelitian terdahulu di atas bermanfaat bagi penelitian ini yakni bagaimana melakukan penilaian terhadap objek wisata serta bagaimana aspek-
aspek penting dan tahapan yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan ekowisata. Namun, dalam penelitian-penelitian tersebut belum ada pengkajian
yang menyeluruh terhadap ekonomi, lingkungan dan sosial. Dalam penelitian ini akan dikaji ketiga aspek sekaligus yaitu aspek ekonomi, lingkungan dan sosial,
dalam pengembangan wisata alam yang berkelanjutan.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Pasar Wisata Alam
Langkah awal dalam melakukan analisis pengembangan wisata alam berkelanjutan adalah analisis pasar wisata alam yaitu analisis penawaran, analisis
permintaan dan elastisitas permintaan.
a. Penawaran Wisata Alam
Menurut Damanik dan Weber 2006, penawaran dalam wisata meliputi semua bentuk daya tarik wisata, semua bentuk kemudahan untuk memperlancar
perjalanan dan semua bentuk fasilitas dan pelayanan yang tersedia pada suatu daerah tujuan wisata, yang dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan wisatawan
selama berkunjung. Komponen penawaran dalam industri pariwisata dapat bersumber dari alam natural amenities dan buatan atau kreasi manusia man-
made, serta fasilitas pelayanan di daerah tujuan wisata seperti akomodasi, restoran, transportasi serta aksesibilitas.
b. Permintaan Wisata Alam
Menurut Damanik dan Weber 2006, berdasarkan konsep permintaan wisata, produsen dalam hal ini adalah wisatawan bertindak sesuai dengan
kehendak hatinya dan bebas memilih daerah tujuan wisata yang akan dikunjunginya, objek dan atraksi wisata yang akan dilihatnya atau fasilitas atau
produk apa yang dibutuhkan atau dinginkannya. Permintaan dalam industri pariwisata terdiri dari beberapa fasilitas atau produk yang berbeda bukan saja
dalam hal sifat, tetapi juga manfaat dan kebutuhan wisatawan. Permintaan dalam kepariwisataan dapat dibagi atas dua yaitu permintaan
potensial dan permintaan aktual. Permintaan potensial adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata karena memiliki waktu luang
dan punya tabungan relatif cukup, sedangkan permintaan aktual adalah orang- orang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tujuan wisata
tertentu.
30
c. Elastisitas Permintaan
Menurut Case dan Fair 2003, suatu permintaan disebut elastis jika permintaan terhadap produk sangat peka terhadap perubahan harga. Perubahan
harga sedikit saja dapat meningkatkan permintaan terhadap produk yang ditawarkan. Sebaliknya, kalau permintaan terhadap produk itu tidak peka terhadap
perubahan harga maka disebut perubahannya tidak elastis. Elasitisitas permintaan terhadap produk wisata dikatakan elastis atau tidak elastis sangat tergantung pada
kondisi calon wisatawan yang akan melakukan perjalanan wisata, apakah perjalanan wisata yang akan dilakukan lebih emosional atau rasional. Kedua hal
tersebut akan menentukan elastis atau tidak elastisnya permintaan terhadap produk wisata.
Menurut Yoeti 2008, dilihat dari sudut pandang ekonomi, elastis permintaan sangat penting bagi pemasok produk industri pariwisata, karena akan
sangat berpengaruh terhadap permintaan keseluruhan. Total Pendapatan TR para penjual pada suatu pasar sama dengan harga produk P dikalikan dengan jumlah
produk yang diminta Q atau dengan rumus keseimbangan sebagai berikut : TR = P Price X Q Quantity
Jika suatu produk atau jasa tertentu permintaannya elastis terhadap harga nilainya lebih dari 1 Satu, maka total pendapatan TR akan meningkat jika harga
P diturunkan. Hal seperti ini dapat terjadi kalau persentase permintaan terhadap produk Q lebih besar dibandingkan dengan penurunan harga P. Berdasarkan
pengertian ini, bila nilai elastisitas permintaan terhadap harga diketahui, maka pemasok produk industri pariwisata dapat meningkatkan pendapatan totalnya
dengan cara mengadakan penyesuaian secepat mungkin atas perubahan harga yang terjadi.
Pada permintaan wisata harga P digambarkan dengan Biaya perjalanan sedangkan jumlah Q digambarkan dengan jumlah kunjungan ke tempat wisata
tersebut dalam jangka waktu tertentu. Adapun rumus dari elastisitas menurut Yoeti 2008 dapat ditulis sebagai berikut :
E = Δ jumlah permintaan Q
Δ jumlah Harga P Atau pada permintaan wisata ditulis sebagai berikut:
31
E = Δ Jumlah kunjungan Q
Δ jumlah Biaya Perjalanan P Permintaan dikatakan inelastis jika permintaan itu tidak memberikan respon
terhadap perubahan harga yang terjadi. Dalam hal ini, jika terjadi perubahan harga naik atau turun, maka permintaan tetap saja sama dan tidak mengalami
perubahan. Berikut beberapa jenis elastis menurut Yoeti 2008 : a. Inelastis sempurna
Permintaan dimana kuantitas yang diminta sama sekali tidak memberikan tanggapan terhadap perubahan harga nilai elastis = 0
b. Inelatis Permintaan yang memberikan sedikit saja tanggapan terhadap
perubahan harga. Permintaan yang inelastis selalu memiliki nilai numeri antara 0 dan 1
c. Elastisitas Uniter Hubungan permintaan dimana persentase perubahan kuantitas produk
yang diminta adalah sebesar persentase perubahan harga, dalam nilai absolutnya elastisitas permintaan sebesar 1.
d. Elastis Hubungan permintaan dimana persentase perubahan kuantitas yang
diminta lebih besar dalam nilai absolut dibandingkan persentase perubahan harga elastisitas permintaan dengan nilai absolut yang lebih
besar dari 1 atau nilai elastis 1∞ e. Elastisitas permintaan sempurna
Permintaan dimana kuantitasnya jatuh ke nol jika terjadi sedikit perubahan harga.
3.1.2 Nilai Ekonomi Wisata Alam
Nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh barang dan
jasa lainnya Fauzi, 2006. Secara formal, konsep ini disebut keinginan membayar willingness to pay seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan pengukuran ini, nilai ekologis ekosistem bisa “diterjemahkan” ke dalam bahasa ekonomi dengan