Nilai Ekonomi Wisata Alam

33 bersifat dapat dipisahkan. Artinya, fungsi permintaan kegiatan rekreasi seperti memancing tersebut tidak dipengaruhi oleh permintaan kegiatan rileks lainnya, seperti menonton TV, belanja, dan lain-lain. Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM ini, yaitu : • Pendekatan sederhana melalui zonasi, dan • Pendekatan individual TCM dengan menggunakan data sebagian besar dari survei. Pendekatan TCM melalui zonasi adalah pendekatan yang relatif simpel dan murah karena data yang diperlukan relatif banyak mengandalkan data sekunder dan beberapa data sederhana dari responden pada saat survei. Dalam teknik ini, tempat rekreasi dibagi ke dalam beberapa zona kunjungan dan diperlukan data jumlah pengunjung per tahun. Dari sini kemudian diperoleh data jumlah kunjungan per 1.000 penduduk. Dengan memperoleh data ini dan data jarak, waktu perjalanan, serta biaya setiap perjalanan per satuan jarak per km, akan diperoleh biaya perjalanan secara keseluruhan dan kurva permintaan untuk kunjungan ke tempat wisata. Metodologi pendekatan individual TCM secara prinsip sama dengan sistem zonasi, namun pada pendekatan ini analisis lebih didasarkan pada data primer yang diperoleh malaui survei dan teknik statistika yang bersifat kompleks. Kelebihan dari metode ini adalah hasil yang relatif lebih akurat dari pada metode zonasi. Dalam melakukan valuasi dengan metode TCM, ada dua tahap kritis yang harus dilakukan. Pertama, menentukan perilaku model itu sendiri, dan kedua, menentukan pilihan lokasi. Perhatian pertama menyangkut apakah TCM yang dibangun harus ditentukan dulu fungsi preferensinya secara hipotesis, kemudian membangun model perilakunya, atau apakah langsung membangun model perilaku. Perhatian yang kedua menyangkut apakah kita harus melakukan pemodelan untuk semua atau beberapa tempat sebagai suatu model. Dalam menentukan fungsi permintaan untuk kunjungan ke tempat wisata, pendekatan individual TCM menggunakan teknik ekonometrik seperti regresi sederhana OLS. Hipotesis yang dibangun adalah bahwa kunjungan ke tempat 34 wisata akan sangat dipengaruhi oleh biaya perjalanan dan diasumsikan berkorelasi negatif, sehingga diperoleh kurva permintaan yang memiliki kemiringan negatif. Secara sederhana fungsi permintaan dapat ditulis sebagai berikut : Q ij = f C ij , J, M, A, P, E, P1 ij , P2 ij , P3 ij …………………. 1 Di mana : Q ij = Jumlah kunjungan individu i ke tempat j C ij = Biaya perjalanan yang dikeluarkan individu i ke tempat j J = Jarak M = Pendapatan A = Umur individu P = Pekerjaan E = Tingkat pendidikan P1 = Persepsi individu i terhadap kondisi fisik tempat j P2 = Persepsi inividu i terhadap pemandangan alam di tempat j P3 = Persepsi responden i terhadap keamanan di tempat j Selanjutnya agar lebih operasional, maka persamaan 1 di atas dibuat dalam fungsi logaritma yaitu : LnQ = α + α 1 lnc …………….. 2 atau Q = α c α1 ……………… 3 Setelah mengetahui fungsi permintaan, selanjutnya dapat diukur surplus konsumen yang merupakan proxy dari nilai WTP terhadap lokasi rekreasi. Surplus konsumen tersebut merupakan luas wilayah di bawah kurva permintaan yang dibatasi oleh biaya perjalanan tertinggi c 1 pada batas atas dan biaya perjalanan terendah c pada batas bawah, sehingga surplus konsumen diukur melalui formula : � ≈ � = ∫ � � ………………………….. 4 dimana : c 1 =jumlah biaya tertinggi c = jumlah biaya terendah

Dokumen yang terkait

Penilaian Dan Pengembangan Potensi Objek Dan Daya Tarik Wisata Alam Di Taman Wisata Alam (Twa) Sibolangit

44 191 105

Karo Cultural Tourism Park (Taman Wisata Budaya Karo) Arsitektur Neo-Vernakular

6 61 105

Persepsi Masyarakat Terhadap Taman Wisata Alam (TWA) Sicikeh-cikeh (Studi Kasus Di Dusun Pancur Nauli, Desa Lae Hole II, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara)

15 176 63

Faktor-Faktor Pendukung Pengembangan Wisata Alam Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh

1 35 7

Pengaruh Pemanfaatan Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk Sebagai Sumber Belajar IPS Pada Siswa MTs N 3 Pondok Pinang Jakarta Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

0 11 186

Kelembagaan Land Temre Taman Wisata Alam Gunung Meje Dalam Kaitannya Dengan Pembangunan Wilayah Kota Manokwari Provinsi Papua Barat

3 72 157

Komunitas Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat

0 10 109

Pengembangan Taman Wisata Alam Telogo Warno Telogo Pengilon Berdasarkan Prinsip Sustainable Tourism

1 11 34

STRUKTUR, KERAGAMAN DAN ASOSIASI KOMUNITAS TUMBUHAN PEMANJAT DENGAN POPULASI ALAM MERBAU DI TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI-PAPUA BARAT (Structure, Diversity and Association of Climbing Plants Communities with Merbau Population in Gunung Meja) | S

0 3 10

MODEL PENGELOLAAN LINGKUNGAN TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA MANOKWARI PAPUA BARAT (Model Environmental Management of Meja Mountain Natural Manokwari West Papua) (Model Environmental Management of Meja Mountain Natural Manokwari West Papua) | Basna | Jurnal

0 1 12