124
mata air, terutama daerah hulu merupakan “tanah larangantempat pamali” yang tidak boleh dimasuki oleh masyarakat.
Perkembangan jaman dan juga kebutuhan lahan pertanian mayarakat urban di sekitar wilayah perkotaan menyebabkan kawasan ini telah diarambah, sehingga
filosofi budaya Hutan Gunung Meja tetlah terpolarisasi. Tanah larangan yang tidak boleh diggangu telah dimasuki oleh masyarakat luar, penebangan dan
pemanfaatan lahan secara berlebihan dilakukan secara besar-besaran. Hutan Gunung Meja sebagai Ayamfos mulai tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
Apabila upaya penyelamatan kawasan tidak dilakukan dengan baik, maka Hutan Gunung Meja tidak akan menjadi AYAMFOS. Hutan Gunung Meja tidak akan
lagi memberikan penghidupan berupa sumber air dan hasil hutannya kepada masyarakat.
Sejak dijadikannya Gunung Meja sebagai kawasan konservasi dan pemberian kompensasi hak ulayat kepada masyarakat pemilik ulayat dalam TWA
Gunung Meja sebesar Rp. 4,6 milyar pada tahun anggara 20002001 dan 20012002, maka kegiatan seperti perladangan, perkebunan dalam kawasan dan
pemanfaatan hasil hutan dilarang Gunung Meja, sehingga secara langsung Gunung Meja hanya menjadi sumber mata air bagi kehidupan masyarakat di
sekitar kawasan dan masyarakat Kota Manokwari pada umumnya. Namun hingga kini masih ada masyarakat yang memandang kawasan ini sebagai milik ulayat
mereka, sehingga mereka masih memanfaatkan sumberdaya secara tidak lestari serta membangun lahan perladangan atau kebun dalam kawasan ini.
b. Persepsi Masyarakat terhadap Pengembangan Wisata Alam di TWA
Gunung Meja Masyarakat sekitar TWA Gunung Meja memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang baik terhadap fungsi TWA Gunung Meja sebagai objek wisata wisata alam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 120 responden,
100 menyatakan bahwa mereka mengetahui fungsi TWA sebagai tempat wisata alam. Selain TWA Gunung Meja sebagai daerah wisata alam, masyarakat pun
memiliki pemahaman terhadap manfaat lain dari TWA Gunung Meja yaitu sebagai sumber air, paru-paru kota, habitat flora dan fauna serta tempat penelitian.
125
Pengetahuan masyarakat terhadap fungsi TWA Gunung Meja selengkapnya disajikan pada gambar berikut.
Gambar 17. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Terhadap Fungsi TWA Gunung Meja
Berdasarkan Gambar 17 di atas, terlihat bahwa seluruh responden mengetahui fungsi TWA Gunung Meja sebagai tempat wisata dan sumber air.
Selanjutnya pengetahuan masyarakat terhadap fungsi TWA Gunung Meja berikutnya adalah sebagai paru-paru kota, diikuti dengan pengetahuan TWA
Gunung Meja sebagai habitat flora dan fauna serta menjadi TWA Gunung Meja sebagai penelitian oleh Perguruan Tinggi dan Badan Penelitian Kehutanan.
Masyarakat sangat mendukung program pengembangan wisata alam di TWA Gunung Meja. Hal ini terlihat dari penelitian yang dilakukan, dimana
seluruh responden 100 setuju dengan program pengembangan wisata alam dan bersedia terlibat dalam kegiatan ini ditandai dengan kesediaan membayar WTP
terhadap pengembangan wisata alam. Ada beberapa alasan sehingga masyarakat mendukung program pengembangan wisata alam di TWA Gunung Meja yang
terlihat jelas pada tabel berikut.
Tabel 28. Persepsi Masyarakat Terhadap Program Pengembangan Wisata Alam di TWA Gunung Meja
Alasan Jumlah
Pemandangan yang Indah 105
87.50 Situs Bersejarah
100 83.33
Meningkatkan ekonomi masyarakat pada waktu yang akan datang
87 72.50
Keanekaragaman Hayati 63
52.50 Udara yang segar
40 33.33
Sumber : Data diolah 2011
20 40
60 80
100 120
Sumber Air
Tempat Wisata
Paru-paru Kota
Habitat Flora dan
Fauna Tempat
Penelitian