kesempatan bagi siswa untuk bertanggung jawab dalam mengendalikan isi pikirannya sehingga ketika ia sudah dewasa diharapkan ia mampu
menyelesaikan berbagai persoalan yang ada karena sudah berpengalaman bekerja atau berpikir secara mandiri. Ada lima belas langkah untuk
mengembangkan HOT:
26
Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah mencari potensi atau kekuatan apa yang ada dalam diri sendiri. Potensi tersebut harus
dimanfaatkan secara maksimal untuk memecahkan masalah yang ada. Kedua, ketika menghadapi konsep atau masalah baru, anda perlu
membandingkan dan menghubungkan konsep baru tersebut dengan konsep yang sudah ada di dalam memori otak. Contohnya ketika belajar materi sel
di kelas XI, siswa harus memutar kembali ingatan di otak terhadap materi sel yang pernah dipelajari di SMP, kemudian mencari informasi baru dari
konsep sel di kelas XI dan menghubungkan dengan konsep sebelumnya. Ketiga, buatlah skema skema visual dari materi yang sedang anda
pelajari. Satu gambar yang simple untuk satu konsep. Keempat,
melakukan identifikasi
konsep-konsep penting
dan menentukan jenis konsepnya konkret,abstrak, verbal, nonverbal , atau
proses. Identifikasi konsep penting dilakukan supaya siswa dapat menentukan strategi pemecahan masalah.
Kelima, membuat peta pikiran untuk memudahkan mengingat konsep. Konsep-konsep yang ada dibuat skemanya sesuai dengan yang ada dalam
pikiran dan dipahami. Ketika siswa lupa materi, ia tidak perlu membuka buku catatan dan buku pelajarannya yang cukup tebal, cukup melihat peta
pikiran yang dibuatnya maka konsep yang sebelumnya lupa akan mudah diingat kembali.
Keenam, anggaplah anda sedang menonton film ketika anda menghadapi konsep yang lebih kompleks dan luas. Maksudnya, jangan dianggap itu
26
Alice Thomas, Glenda Thorne and Bob Small, “Higher Order Thinking–It’s HOT”,The
Newsletter for the Center for Development and Learning, Louisiana, March 2000, Vol. 1, No. 4, p.10
adalah hal yang sulit. Ketika anda menonton film, anda akan terbawa pada rasa penasaran mengenai akhir film tersebut dan sabar dalam menontonnya.
Perasaan emosional inilah yang juga sebaiknya anda gunakan ketika ingin melatih HOT.
Ketujuh, mencari apa saja yang sudah dipahami dan apa yang belum dipahami. Kemudian bekerja pada konsep-konsep yang belum anda
dipahami. Ajukan pertanyaan tentang konsep itu, telusuri konsep tersebut dengan banyak membaca dan diskusi dengan orang yang lebih mengerti.
Kedelapan, dalam memecahan suatu masalah, buatlah tahapan perencanaan yang matang. Pikirkan tentang apa yang ingin ada capai.
Kembangkan beberapa cara untuk menemukan jawabannya dan pilih solusi yang palingbaik.
Kesembilan, bekerjalah dengan orang yang sudah dikenal baik sebagai problem solver. Contohnya teman anda yang cerdas, guru anda, atau pekerja
professional. Lihat bagaimana cara mereka bekerja menyelesaikan masalah. Pikirkan bagaimana cara ia bekerja dan bagaimana cara anda mencari
alternatif pemecahan masalah. Kesepuluh, gunakan beberapa langkah yang runut dalam menyelesaikan
masalah seperti menentukan permasalahan. Pahamilah apa yang ditanyakan, identifikasi apa yang ingin kamu cari tahu. Ada banyak solusi yang dapat
diambil dan pikirkanlah solusi mana yang paling efektif. Cari sumber informasi yang dapat membantu kamu dan jelaskan informasi tersebut
dengan benar. Jangan lupa untuk selalu melakukan pengecekan terhadap kinerja anda. Jadilah orang yang flexible. Jangan takut untuk mengubah
rencana jika memang dibutuhkan. Evaluasi solusi yang anda pilih. Jika solusi tersebut tidak bekerja, carilah solusi lain.
Kesebelas, anda perlu memikirkan tentang apakah anda cenderung menggunakan berpikir analitis,praktis atau kreatif. Berani mengambil risiko
dan mencoba menggunakan duajenis kemampuan berpikir yang cenderung mendukung anda. Untuk studi sosial, coba kembangkan kemampuan
berpikir kreatif, untuk tes ilmu pengetahuan, berpikir aalitis mungkin lebih
baik, dan ketika memilih formula untuk memecahkan masalah matematik, gunakan kecerdasan praktis anda.
Kedua belas, cocokan permasalahan yang ada dengan kemampuan berpikir yang ingin digunakan. Jika anda ingin membuat poster, gunakan
berpikir kreatif, jika ada ingin memecahakan soal ulangan IPA, gunakan berpikir analisis, jika ada ingin mencari rumus untuk memecahkan soal
matematika gunakan kecerdasan praktis. Ketiga belas, perhatikan cara anda menggunakan kemampuan berpikir
yang berbeda. Pahami bagaimana anda berpikir adalah langkah pertama untuk meningkatkan proses berpikir.
Keempat belas, pantau dan aturlah pemikiran anda. Hal ini dapat membantu anda dalam menyesuaikan dan meningkatkan kemampuan
berpikir. Kelima belas, yang paling penting, ingatlah bahwa ada banyak cara
untuk berpikir dan memecahkan masalah. Jangan lupa untuk perluas relasi dengan orang-orang yang dapatmendukung kinerja anda.
f. Kegunaan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi tentunya memberikan banyakmanfaat diantaranya siswa lebih mudah memahamikonsep yang
kompleks dan abstrak, dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas, dapat berargumen dengan baik dan mengkonstruksi penjelasan, membantu
siswa untuk menganalisis dan mengevaluasi informasi, melatih kemampuan berpikir secara induktif dan deduktif, melatih siswa untuk menghasilkan ide
yang berkualitas, melatih siswa menjadi pemikir yang mandiri, dan pembelajaran dikelas terasa lebih produktif.
Berpikir induktif seperti mengenal hubungan, menganalisis masalah yang bersifat terbuka, menentukan sebab dan akibat, membuat kesimpulan
dan memperhitungkan data yang relevan. Sedangkan keahlian berpikir
deduktif melibatkan kemampuan memecahkan masalah yang bersifat spasial, logis, silogisme, dan membedakan antara fakta dan opini.
27
Penggunaan HOT sebagai salah satu pendekatan pembelajaran menghasilkan aktivitas belajar yang produktif misalnya dalam hal memberi
dan menerima bantuan; mengubah dan melengkapi sumber informasi; mengelaborasi dan menjelaskan konsep; berbagi pengetahuan dengan teman;
saling memberi dan menerima balikan; menyelesaikan tugas dalam bentuk
kolaboratif, dan berkontribusi dalam menghadapi tantangan.
2. Kajian Teoritis Teori Belajar Konstruktivisme
a. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme
Teori konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif yang barudalam psikologi pendidikan. Pandangan klasik yang selama ini
berkembang adalah pengetahuan secara utuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran anak. Kemudian,seiring dengan berkembangnya penelitian
pendidikan sains, terungkaplah bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran seseorang. Pandangan terakhir inilah yang dianut di dunia
pendidikan. Belajar menurut pandangan konstruktivistik artinya membangun yaitu
siswa dapat mengkonstruksi sendiri pemahamannya dengan melakukan aktifitas aktif dalam pembelajaran.
28
Menurut pandangan konstruktivisme anak secara aktif membangun pengetahuan dengan cara terus menerus
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru, dengan kata lain konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang menekankan
peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita Slavin, 1994: 225.
29
Seseorang dikatakan mengasimilasikan informasi ketika ia sudah menggabungkan informasi baru yang didapatkan ke dalam
pengetahuannya yang sudah ada. Sedangkan mengakomodasikan infornasi
27
Adi, W. Gunawan., op. cit. 177
28
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, Cet. 1., h. 119
29
Trianto, op. cit., h. 74.
adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru atau melakukan modifikasi pengetahuan yang ada untuk mencocokkannya denga
informasi yang baru. Guru semata-mata bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan
kepada siswa, tetapi siswa harus mampu membangun pengetahuan dalam benaknya. Peranan guru pada pendekatan konstruktivisme adalah sebagai
fasilitator. Tugas guru sebagai fasilitator yaitu menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab, memberikan tugas
yang dapat merangsang siswa berpikir aktif dengan membangun pengetahuannya dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasannya
serta memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa dapat diberlakukan untuk menghadapi persoalan baru yang berkaitan atau
tidak.
30
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran yang menekankan proses
pembentukan pengetahuan terjadi di dalam diri peserta didik bukan dari
seorang pendidik ke peserta didiknya.
b. Prinsip-Prinsip Teori Belajar Konstruktivisme
Winataputra dalam Putrayasa mengemukakan beberapa karakteristik yang juga merupakan prinsip dasar konstruktivisme dalam pembelajaran.
Prinsip tersebut antara lain mengembangkan strategi alternatif untuk memperoleh dan menganalisis informasi, dimungkinkannya perspektif
jamak dalam proses belajar, student center, penggunaan scaffolding, peran guru sebagai fasilitator, mementingkan kegiatan belajar dan evaluasi belajar
yang otentik.
31
Berikut penjelasan lebih rinci dari setiap butir prinsip yang telah disebutkan.
30
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, h.41
31
Ida Bagus Putrayasa, Buku Ajar Landasan Pembelajaran, 2013, Singaraja: Undiksha Press, 2013, Cet ke 1, h. 88-89
Tujuan dari prinsip pertama yaitu siswa perlu dibiasakan untuk dapat mengakses informasi dari berbagai sumber, seperti buku, majalah, koran,
pengamatan, wawancara, dan dengan menggunakan internet. Sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir siswa, mereka perlu belajar bagaimana
memproses informasi seperti menganalisis informasi, sejauh mana kebenarannya, asumsi yang melandasi informasi tersebut, bagaimana
mengklasifikasikan informasi tersebut, dan menyederhanakan informasi yang banyak.
Maksud dari prinsip kedua yaitu selama kegiatan belajar mengajar akan muncul pendapat, pandangan, dan pengalaman yang beragam. Dalam
menjelaskan suatu fenomena, di antara siswa pun akan terjadi perbedaan pendapat yang dipengaruhi oleh pengalaman, budaya dan struktur berpikir
yang dimiliki. Student center artinya siswa aktif dalam kegiatan belajar bersama supaya
ia paham dengan pengetahuan yang didapatnya. Siswa perlu terlatih untuk mendengarkan dan mencerna dengan baik pendapat siswa lain dan guru.
Sesuai dengan tahap perkembangan emosi dan berpikirnya, dia perlu dapat menganalisis pendapat tersebut dikaitkan dengan pengetahuan yang
dimilikinya. Scaffolding adalah proses memberikan bimbingan kepada siswa untuk
mencapai apa yang harus dipahami dari apa yang sekarang sudah diketahui siswa. Siswa dilatih secara perlahan dengan intensitas bimbingan yang
semakin berkurang. Dengan cara ini, kemampuan berpikir siswa akan semakin berkembang.
Peranan pendidikguru lebih sebagai tutor, fasilitator, dan mentor untuk mendukung kelancaran dan keberhasilan proses belajar siswa. Halini
menandai telah terjadi perubahan paradigmdari pembelajaran berorientasi gurumenjadi pembelajaran berorientasi siswa. Siswa diharapkan mampu
secara sadar dan aktif mengelola belajarnya sendiri. Kegiatan belajar yang otentik yaitu seberapa dekat kegiatan belajar yang
dilakukan dengan kehidupan dan permasalahan nyata yang terjadi dalam