mendefinisikan keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam hal pemecahan masalah.
11
Berdasarkan definisi di atas, muara keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah keterampilan pemecahan masalah. Menurut Woolfook dalam Eka
Sastrawati keterampilan pemecahan masalah adalah suatu keterampilan seorang siswa dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memecahkan
masalah melalui pengumpulan fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang paling
efektif.
12
Dapat disimpulkan keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah keterampilan seseorang untuk mengkritisi, menyelesaikan masalah yang
sifatnya kompleks dan mampu memberikan berbagai solusi alternatif dari pemecahan masalah dengan memanipulasi berbagai informasi yang ia
dapatkan. Manusia bukan satu-satunya makhluk yang dapat memecahkan masalah, namun pemecahan masalah diidentifikasikan sebagai hal yang
paling khas dari aktivitas manusia.
13
c. Taksonomi Bloom
Pada tahun 1956, Benyamin S Bloom membagi domain belajar kognitif ke dalam enam jenjang yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi. Kemudian pada tahun 2001, Anderson dan Krathwohl merasa perlu melakukan revisi pada kawasan kognitif karena menurut
pendapat mereka proses berpikir itu dinamis sehingga harus dinyatakan menggunakan kata kerja dan terdapat kerancuan sehingga sulit membedakan
11
Susan M. Brookhart, How to Assess Higher-Order Thinking Skills in Your Classroom, Alexandria: ASCD, 2010, p. 3
12
Eka Sastrawati., Muhammad Rusdi, dan Syamsurizal , “Problem-Based Learning, Strategi
Metakognisi, dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa ”. Tekno-Pedagogi. Vol. 1, No. 2,
September 2011, ISSN: 2088-205X, h. 5.
13
Stephen K. Reed, Kognisi: Teori dan Aplikasi, Terj dari Cognition: Theory and Applications oleh Aliya Tusyani, Jakarta: Salemba Humanika, 2011, h. 306.
setiap levelnya.
14
Menurut mereka terdapat dua kategori yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan.
1 Dimensi Proses Kognitif
Dimensi proses
kognitif merupakan
pengklasifikasian proses-
proseskognitif siswa yang terdapat dalam tujuan bidang pendidikan. Pada dimensi proses kognitif ada enam jenjang tujuan belajar yaitu mengingat,
mengerti, mengaplikasikan, menganalisis, menilai, dan mencipta.
15
Level pertama adalahremembering mengingat. Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik untuk mengingat kembali recall apa yang
disampaikan oleh gurunya. Peserta didik menyampaikan informasi sederhana secara lisan atau tulisan. Misalnya tentang tanggal lahir suatu
tokoh, nama-nama ilmuwan, nama-nama presiden, menghafal puisi, dll. Jadi sifatnya ingatan semata tanpa ada interpretasi atau manipulasi dari peserta
didik sebab yang diingat dan disampaikan adalah data dan fakta belaka.
Level kedua adalah understanding memahami. Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik untuk memahami, menjabarka atau menegaska
informasi yang masuk seperti menafsirkan dengan bahasa sendiri, member contoh, menjelaskan ide, membuat rangkuman, dan melakukan interpretasi
sederhana terhadap data serta memperkirakan kecenderungan masa depan. Contohnya, peserta didik diminta untuk menafsirkan informasi yang
diberikan dari satu media ke media lain atau memberikan penjelasan sesuatu
dengan kata-kata mereka sendiri.
Level ketiga adalahapplying menerapkan.Aplikasi memerlukan informasi yang dipelajari untuk digunakan dalam mencapai solusi atau
menyelesaikan tugas. Contohnya, peserta didik menerapkan aturan tata bahasa ketika menulis makalah atau menerapkan teorema geometris ketika
memecahkan masalah geometri. Untuk dikategorikan sebagai kegiatan mengaplikasikan, soal yang disajikan harus unik. Dalam level ini, peserta
14
Ibrahim, loc. cit
15
Y uli Kwartolo, “Multiple Intelligences dan Implementasinya dalam Taksonomi Bloom”,
Jurnal Pendidikan Penabur, No. 18, Tahun ke 11, Juni 2012, h. 71
didik dapat
melakukan aktivitas
belajar dengan
melaksanakan, menggunakan,
menjalankan, melakukan,
mempraktikan, memilih,
menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi, dsb.
Level keempat adalah analysis menganalisis. Level ini merujuk pada kemampuan
anak didik
dalam menguraikan,
membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, membuat kerangka,
menyusun outline,
mengintegrasikan, membedakan,
menyamakan, mengelompokka, menjelaskan cara kerja sesuatu, menganalisis hubungan
antara bagian-bagian, mengenali motif, dsb. Seorang guru sains misalnya bertanya bagaimana sistem peredaran darah manusia bekerja. Seorang guru
kelas VIII meminta gagasan tentang cara menggunakan sebuah kata dalam sebuah kalimat. Sedangkan seorang guru IPS meminta peserta didik untuk
menjelaskan sikap yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Level kelima adalah evaluating mengevaluasi. Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik memberikan penilaian terhadap sesuatu yang
dievalusi. Peserta didik dengan sendirinya memiliki berbagai bahan pertimbangan yang diperlukan untuk member nilai. Selain itu, peserta didik
mampu menyusun
hipotesis, mengkritik,
menguji, membenarkan,
menyalahkan, dsb. Contoh, peserta didik diminta menentukan sumber energi terbaik bagi Indonesia. Intinya, peserta didik diminta memutuskan yang
terbaik maupun yang terburuk; mengidentifikasi paling tidak atau paling
penting yang membutuhkan pemikiran dan penalaran tingkat tinggi.
Level keenam adalah creating berkreasi. Level ini merujuk pada kemampuan peserta didik memadukan berbagai macam informasi dan
mengembangkannya sehingga terjadi suatu bentuk baru. Selain itu juga ditunjukkan
dengan kemampuan
dalam merancang,
membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan,
memperkuat, memperindah, menggubah, dsb.