C. Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran di sekolah tujuannya adalah membentuk kemampuan berpikir seseorang. Proses berpikir digunakan untuk mengoptimalkan potensi akal
yang sudah diberikan oleh Allah SWT. Dengan berpikir, kita bisa belajar kemudian bisa memperoleh banyak ilmu.
Ilmu yang diperoleh melalui hafalan saja tidak akan bertahan lama dan tidak berguna. Sebaliknya jika ilmu itu terus diolah dan dikaitkan dengan berbagai
masalah, maka otak akan merekam dengan jelas ilmu itu dalam memori jangka panjangnya. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran yang menyuruh siswa
menghafal banyak hal dan hanya menampilkan soal-soal dari C1-C3 tentunya kurang baik. Keterampilan berpikir siswa dipersempit. Terkesan guru malas untuk
membuka gerbang bagi siswa menuju berpikir tingkat tinggi. Permasalahan yang ada di dunia kerja sangatlah kompleks atau disebut juga
ill-structured. Untuk memecahkan masalah tersebut, bukan dengan menggunakan kemampuan hafalan terhadap suatu konsep. Tetapi diperlukan keterampilan untuk
menggabungkan fakta dan ide dalam proses mensintesis, menganalisis sebab- akibat, mengevaluasi, dan berkreasi hingga sampai pada satu pemecahan masalah
yang tepat. Dengan begitu, penting bagi guru untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Untuk mengembangkan kemampuan tersebut, guru
perlu memilih model pembelajaran yang sekiranya sesuai. Contoh model pembelajaran yang dapat mengembangkan high order thinking siswa yaitu
Problem based learning dan Project based learning. Problem based learning adalah menggunakan masalah dalam dunia nyata
sebagai konteks bagi siswa untuk belajar. Model ini dapat melatih kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta membantu siswa untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran Sementara itu, project based learning adalah model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam
proses pembelajaran. Pelaksanaan proyek dilakukan secara kolaboratif, inovatif, dan unik, yang berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan
kehidupan siswa
.
Dalam pembelajaran proyek, kerja tim dan kemampuan berkomunikasi merupakan landasan untuk berkembangnya problem solving skill.
Melalui penggunaan model problem based learning dan project based learning ini, siswa dapat belajar lebih aktif dan serius sehingga dapat
meningkatkan kemampuan berpikir analisis, evaluasi, dan kreasinya. Ketiga kemampuan berpikir itu meningkat maka akan mendorong peningkatan
keterampilan siswa dalam neyelesaikan masalah. Selain itu, dibutuhkan keterampilan lebih dari sekedar memecahkan masalah dalam pembalajaran proyek
yaitu keterampilan dan kedisiplinan dalam melakukan penelitian mulai dari
merancang proses, proses investigasi sampai menghasilkan produk yang nyata. Dengan demikian diduga bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa yang
menggunakan modelpembelajaran berbasis proyek project based learninglebih tinggidibandingkan siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah problem based learning.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan teori dan kerangka berpikir yang dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah keterampilan berpikir tingkat tinggi
siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis proyek project based learning lebih tinggidibandingkan siswa yang menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah problem based learning.
49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 39 Jakarta Jalan R.A Fadillah Komplek Kopassus Cijantung, Kelurahan Baru, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta
Timur. Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah pada semester II tanggal 5Januari sampai 6Februari 2015 tahun pelajaran 20142015. Adapun rangkaian
kegiatan persiapan, uji coba, dan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1 Tahapan Persiapan, Uji Coba, dan Penelitian No.
Waktu Tempat
Jenis Kegiatan
2. Oktober
– Desember 2014
Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pembuatan instrumen penelitian RPP, LKS, dan
soal keterampilan berpikir tingkat tinggi
3. 25 November
Agustus 2014 SMAN 28 Jakarta
Validasi instrumen soal pilihan ganda oleh siswa
SMAN 28 Jakarta 4.
28 Desember 2014
Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Validasi instrumen soal keterampilan berpikir
tingkat tinggi oleh dosen pembimbing I dan II
5. 2 Januari 2014
Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Persiapan akhir penelitian oleh dosen pembimbing
6. 5 Januari - 6
Februari 2015 SMA Negeri 39 Jakarta
Penelitian 7.
Februari-April 2015
Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Analisis data 8.
Mei 2015 Kampus UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Penyerahan laporan
penelitian
Adapun jadwal penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II No.
HariTanggal Kegiatan
1. 5 Januari 2015
Pre Test konsep Fungi kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II
2. 15Januari 2015
Proses pembelajaran
PBL kegiatan
I berkaitan dengan ciri, reproduksi, dan
peranan jamur divisi Zygomycota pada kelas eksperimen I
3. 15Januari 2015
Proses pembelajaran
PjBL kegiatan
I berkaitan dengan ciri, reproduksi, dan
peranan jamur divisi Zygomycota pada kelas eksperimen II
4. 22Januari 2015
Proses pembelajaran PBL kegiatan
II berkaitan dengan ciri, reproduksi, dan
peranan jamur divisi Ascomycota dan Basidiomycota pada kelas eksperimen I
5. 22Januari 2015
Proses pembelajaran PjBL kegiatan II berkaitan dengan ciri, reproduksi, dan
peranan jamur divisi Ascomycota dan Basidiomycota pada kelas eksperimen II
6. 29Januari 2015
Proses pembelajaran PBL kegiatan III berkaitan dengan ciri, reproduksi, dan
peranan jamur divisi Deutromycota, serta simbiosis jamur pada kelas eksperimen I
7. 29Januari 2015
Proses pembelajaran PjBL kegiatan III berkaitan dengan ciri, reproduksi, dan
peranan jamur divisi Deutromycota, serta simbiosis jamur pada kelas eksperimen II
8. 6 Februari 2015
Posttest keterampilan berpikir tingkat tinggi
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen.Penelitian kuasi eksperimen merupakan metode
penelitian yang tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan secara penuh terhadap sampel penelitian. Sampel penelitian ditentukan berdasarkan
pertimbangan guru mata pelajaran Biologi kelas X di SMA N 39 Jakarta. Kelas eksperimen I yang dipilih di SMA Negeri 39 Jakarta adalah kelas X
MIA I dan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning PBL,