Pembahasan Hasil Penelitian Perbedaan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi antara Siswa yang Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) pada Konsep Fungi.

statistik yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari nilai Gain siswa. Nilai ini mengukur selisih nilai posttest dan pretest masing-masing siswa. Hasil uji normalitas Gain keterampilan berpikir tingkat tinggi kelas eksperimen I yaitu tidak normal sedangkan data berdistribusi normal di kelas eksperimen II. Oleh karena distribusi data yang beragam tersebut data berdistribusi normal dan tidak normal, maka uji statistik lanjutan sebagai uji beda adalah uji non parametrik jenis uji Mann Whitney U. Data uji beda berdasarkan hasil uji Mann Whitney diperoleh hasil bahwa nilai probabilitas uji Mann Whitney U pada hasil belajar kemampuan berpikir tingkat tinggi H a ditolak, yang artinya tidak ada perbedaan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang menggunakanmodel PBL Problem Based Learning dan PjBL Project Based Learning. Berdasarkan uji Mann Whitney U, secara umum keterampilan berpikir tingkat tinggi kelas eksperimen I dan II adalah sama. Tetapi, keterampilan berpikir tingkat tinggi pada kelas eksperimen I dan eksperimen II dapat dilihat beberapa perbedaannya berdasarkan nilai ketercapaian ranah pengetahuan dan jenjang kognitif. Kelas eksperimen I unggul 19 dari kelas eksperimen IIpada kemampuan metakognitif jenjang C4 71 dan 52. Berdasarkan uji beda Mann Whitney U untuk pengetahuan metakognitif jenjang C4 diperoleh data Ho ditolak karena nilai Sig l ebih kecil dari harga α 0,000 0,05 artinya terdapat perbedaan pengetahuan metakognitif jenjang C4 antara kelas eksperimen I Problem Based Learning dan kelas eksperimen II Project Based Learning. 13 Nilai N-Gain pengetahuan metakognitif jenjang C4 kelas eksperimen I lebih besar dibandingkan kelas eksperimen II 0,69 0,48. Nilai kelas eksperimen I pada ranah pengetahuan metakognitif jenjang C4 lebih baik karena mereka lebih mempunyai banyak waktu untuk untuk menganalisis suatu kondisi yang terjadi sedangkan kelas eksperimen II mereka lebih terfokus kepada pembuatan proyek. Walaupun begitu, nilai N-Gain metakognitif jenjang C4 kelas eksperimen II berada direntangan yang sama dengan nilai kelas eksperimen I yaitu termasuk kategori sedang artinya baik model PBL dan PjBL keduanya sama-sama 13 Lampiran 23 dapat meningkatkan keterampilan metakognitif analisis siswa dengan standar yang cukup atau sedang. Sejauh ini belum banyak penelitian yang lebih mendalam terkait dengan perbedaan pengetahuan metakognitifantara model Problem Based Learning PBL dan Project Based Learning PjBL. Oleh sebab itu diperlukan beberapa penelitian untuk membuktikannya pada masing-masing model pembelajaran.Beberapa penelitian di bawah ini membahas mengenai kemampuan metakognitif pada model Problem Based Learning PBL dan Project Based Learning PjBL. Penelitian mengenai metakognitif dilakukan oleh Lina Gassner yang menghasilkan data bahwa pembelajaran PBL memberikan pengaruh secara langsung bagi siswa untuk membangkitkan kesadaran metakognitifnya karena model PBL mengharuskan siswa berpikir mengenai apa dan mengapa untuk dapat memecahkan masalah. 14 Penelitian lainnya dilakukan oleh Brian Wicaksono dkk, kesimpulan yang dihasilkan yaitumodel pembelajaran PBL Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan metakognitif siswa di siklus ke I dan ke II sehingga meningkatkan hasil belajar siswa 15 . Sementara itu, penelitian mengenai PjBL terhadap kemampuan metakognitif pernah dilakukan oleh Milyarda Shadaika, Murni Ramli, dan Nurmiyati, kesimpulan yang dihasilkan yaitu model pembelajaran PjBL berbasis potensi Makroalga daerah pesisir dapat meningkatkan pengetahuan metakognitif siswa lebih baik dari kelas kontrol yang menggunakan model konvensional. 16 Kelas eksperimen II unggul 9 dari kelas eksperimen I pada kemampuan prosedural jenjang C4 79 dan70. Hasil uji Mann Whitney U untuk pengetahuan prosedural jenjang C6 menunjukkan hasil bahwa Ho ditolak karena nilai Sig lebih kecil dari nilai α 0,029 0,05 yang artinya terdapat perbedaan 14 Lina Gassner, Developing Metacognitive Awareness – a modified model of a PBL Tutorial, Bachelor Thesis of Odontology in Oral Health, 15 ECTS, June 2009, pp. 8-13. 15 Brian Wicaksono, dkk, “Peningkatan Kemampuan Metakognitif Fisika Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada SMK Pancasila 1 Kutoarjo”, Radiasi, Vol. 3 No.2, 2013, h. 184. 16 Milyarda Shadaika, Murni Ramli, dan Nurmiyati, “Pengaruh Model Project Based Learning Berbasis Potensi Makrolga Daerah Pesisir Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa di SMAN 1 Tanjungari Gunung Kidul D.I. Yogyakarta”, Seminar Nasional Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam 2015, 2015, h. 286 keterampilan prosedural jenjang C6 pada kelas eksperimen I Problem Based Learning dan kelas eksperimen II Project Based Learning. 17 Nilai N-Gain pengetahuan metakognitif jenjang C4 kelas eksperimen II lebih besar dibandingkan kelas eksperimen I 0,74 0,61. Perbedaan ini disebabkan karena model Project Based Learning menuntut siswa untuk bekerja secara sistematis sesuai prosedur supaya karya yang dihasilkan sesuai harapan. Mereka dituntut untuk menciptakan suatu hal yang baru dengan pikiran dan tangan mereka sendiri. Sementara itu pada Problem Based Learning, siswa kurang dituntut untuk bekerja melalui serangkaian prosedur karena hasil akhir dari kegiatan pembelajaran PBL bukan suatu produk atau karya melainkan cukup dengan sebuah presentasi atau malakah untuk memecahkan masalah. Model Project Based Learning menghadirkan tugas berupa suatu investigasi ataupenyelidikan sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan danpenyajian data. Dalam penelitian Grant and Branch 2005 melaporkan bahwa benda, laporan penelitian, dan lukisan yang diproduksi dalam kegiatan PjBL menunjukkan bahwa siswa mampu berpindah dari orang baru menjadi ahli dalam ranah pengetahuan dan mereka menyatukan beberapa kemampuan yang diperoleh selama pembelajaran di dalam pembuatan benda-benda terkait proyek yang diberikan. 18 Penelitian Hernandez-Ramosand Pas 2009 menyatakan bahwa siswa yang belajar melalui model PjBL tidak membuat dirinya hanya memiliki kemampuan mengumpulkan fakta saja tetapi siswa dapat menginterpretasikan informasi, memiliki semangat kerja secara kolaborasi yang lebih tinggi dan memiliki sikap yang lebih positif. 19 . Hal ini juga terlihat jelas pada ketercapaian ranah faktual jenjang kognitif C4 87, faktual C5 81 dan ranah prosedural jenjang kognitif C6 79. Sejumlah kasus dan proyek yang dihadirkan dalam kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II diambil berdasarkan peristiwa kehidupan sehari-hari faktual. 17 Lampiran 23 18 Suha R Tamim dan Michael M Grant, Definitions and Uses: Case Study of Teacher Implementary Project Based Learning, Interdisiciplinary journal of Problem Based Learning, May 2013, Vol. 71 2, h. 73 19 Ibid., Melalui kegiatan pembelajaran selama 3 kali pertemuan yang didasarkn pada peristiwa faktual, kemampuan berpikir siswa pada ranah pengetahuan faktual meningkat sangat baik di kedua kelas eskperimen. Pada pengetahuan faktual jenjang kognitif C4, kedua kelas memperoleh pencapaian yang sangat baik 92 dan 87. Begitu juga dengan pengetahuan faktual siswa jenjang C5, ketercapaian kelas eksperimen I termasuk baik 76 dan kelas eksperimen II sangat baik 81. Guru perlu memastikan bahwa siswanya sudah memiliki pengetahuan kerja istilah, fakta, dan konsep yang kuat sebelum mereka dapat mengatasi masalah atau membuat proyek. Pengetahuan tersebut dapat diberikan melalui pembelajaran ekspositori atau instruksi langsung. Setelah siswa memiliki dasar pengetahuan yang cukup, maka melalui pembelajaran PBL dan PjBL kemampuan siswa dalam berpikir bisa meningkat ke ranah prosedural dan metakognitif serta ke jenjang kognitif yang bersifat analisis, evaluasi dan kreasi. Sementara itu, hasil uji normalitas Gain hasil belajarketerampilan berpikir tingkat rendah siswa menunjukkan sebaran data di kedua kelas eksperimen terdistribusi normal. Dengan begitu, untuk uji Gain keterampilan berpikir tingkat rendah, langkah uji statistik selanjutnya yaitu uji statistik parametrik. Uji homogenitas menunjukkan kedua kelas eksperimen memiliki varians yang homogen. Data uji hipotesis berdasarkan hasil uji t diperoleh hasil bahwa nilai probabilitas uji t pada hasil belajar keterampilan berpikir tingkat rendah H a ditolak, yang artinya tidak ada perbedaan kemampuan kognitif siswa yang menggunakan model PBL Problem Based Learning dan PjBL Project Based Learning. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran PBL Problem Based Learning dan PjBL Project Based Learning tidak mempunyai perbedaan terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir tingkat rendahsiswa. Hal ini disebabkan oleh persamaan model PBL Problem Based Learning dan PjBL Project Based Learning memiliki kesamaan yaitu student centered, memberikan tugas-tugas yang bersifat otentik, open ended dan berorientasi pada masalah yang ada dalam dunia nyata supaya dapat memperluas belajar siswa dan merangsang keterampilan berpikir tingkat tinggi. PBL Problem Based Learning dan PjBL Project Based Learning paling baik digunakan guru ketika ingin membantu siswa memahami makna dari konsep materi yang mereka pelajari melalui pembelajaran yang mandiri. 89 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan keterampilan berpikir tingkat tinggi antara siswa yang diajarkan menggunakan Problem Based Learning PBL dengan siswa yang menggunakan Project Based Learning PjBL. Hal ini dapat dilihat dari hasil perbandingan pada nilai rata-rata posttest siswa kelas eksperimen I problem based learning sebesar 68,44 dan kelas eksperimen II project based learning sebesar 67,38. Nilai rata-rata keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada kedua kelas eksperimen masih dibawah 75 sebagai KKM Biologi. Nilai keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada uji Mann Whitney U probabilitas 0,05 0,264 0,05, maka H a ditolak, artinya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II pada konsep Fungi tidak memiliki perbedaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi antara kelas eksperimen I dan II sama kuatnya. Sementara itu, berdasarkan uji Mann Whitney U pada hasil ketercapaian keterampilan berpikir tingkat tinggi ranah pengetahuan dan jenjang kognitif, diperoleh dua data untuk Ho ditolak artinya ada perbedaan antara kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II. Pertama, pada keterampilan metakognitif jenjang C4 diperoleh nilai uji Mann Whitney U probabilitas 0,05 0,000 0,05 dan kedua pada keterampilan procedural jenjang C6 diperoleh nilai uji Mann Whitney U probabilitas 0,05 0,029 0,05. Kelas eksperimen I terlihat lebih baik pada ranah metakognitif jenjang C4 sementara kelas eksperimen II lebih unggul pada ranah prosedural jenjang C6. Permasalahan yang dihadirkan pada kelas ekperimen I dan kelas eksperimen II selama tiga kali pertemuan berdasarkan pada masalah dalam kehidupan sehari- hari. Kedua model yang menghadirkan masalah dalam kehidupan sehari-hari berhasil meningkatkan kemampuan pengetahuan faktual jenjang C4 dan faktual jenjang C5 siswa dengan kategori N-Gain tinggi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, saran-saran yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Guru perlu menerapkan pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Learning PBL dan Project Based Learning PjBL pada konsep-konsep biologi yang lain. 2. Perlu optimaliasi peran guru sebagai fasilitator untuk menggunakan model Problem Based Learning PBL danProject Based Learning PjBLsehingga dapat diketahui perbedaan diantara keduanya secara lebih nyata. 3. Guru perlu mengembangkan keterampilan metakognitif siswa terutama pada model Project Based Learning sebagai bahan self regulation. 4. Peneliti selanjutnya mengungkap semua aspek pengetahuan dan jenjang kognitif lebih lengkap dan proporsional seperti ranah pengetahuan metakognitif dengan jenjangkognitif Bloom yang lebih tinggi C3, C5, dan C6. 5. Dengan segala keterbatasan dalam penyajian kasus dan rancangan proyek dalam penelitianini, diharapkan ada penelitian lebih lanjut dengan kasus dan proyek yang lebih kompleks. 91 DAFTAR PUSTAKA Afcariono, Muchamad. “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi. Jurnal Pendidikan Inovatif. Vol. 3. No. 2. 2008. Amir, M. Taufiq. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet II, 2010. Anderson, Lorin Wdan David R. Krathwohl. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Terj. dari A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing; A Revivon of Bloom Taxonomy of Educational Objective oleh Agung Prihantoro.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet I, 2010. Arifin,Zainal. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet V, 2013. Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara, Cet X, 2009. Arikunto, Suharsimi.Manajemen Penelitian Ed. Revisi. Jakarta: Rineka Cipta, Cet VII, 2005. Atikasari, Sandra, Wiwi Isnaeni, Andreas Priyono Budi Susetyo. “Pengaruh Pendekatan Problem Based Learning dalam Materi Pencemaran Lingkungan Terhadap Kemampuan Analisis. Unnes Journal of Biology Education. Vol. 1. No. 3. Desember 2012. Backer, Erica, dkk. Project Based Learning Model: Relevant Learning for the 21st Century. Washington: Pacific Education Institute. 2011. Brookhart, Susan M.How to Assess Higher-Order Thinking Skills in Your Classroom. Alexandria: ASCD, 2010. Campbell, Neil A, Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell.Biologi. Jakarta: Erlangga, Jilid II, 2010. Eterington, Matthew B. “Investigative Primary Science: A Problem-based Learning Approach ”. Australian Journal of Teacher Education. Vol. 36. No. 9. September 2011. Gassner, Lina.“Developing Metacognitive Awareness – a modified model of a PBL Tutorial ”. Bachelor Thesis of Odontology in Oral Health. 15 ECTS. June 2009. Gunawan, Adi W. Genius Learning Strategy: Petunjuk Praktis untuk Menetapkan Accelerated Learning. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004. Haladyna, Thomas M.Writing Test Items to Evaluate Higher Order Thinking. USA: Alyyn and Bacon, 1997. Herlanti,Yanti.Science Education Research, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan SainsUniversitas Islam Negeri Jakartadiaksesdari http:dhetik.weebly.com . 16 Desember 2014. Hunt, R. Read dan Henry C. Ellis. Fundamentals of Cognitive Psychology. New York: McGraw-Hill Higher Education, 2004. Ibrahim, Muslimin, “Berpikir Tingkat Tinggi Higher Order Thinking”, Seminar Pendidikan FMIPA Universitas Negeri Jakarta. Seminar. 2015. Irnaningtyas. Biologi Untuk SMAMA Kelas X Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Jakarta: Erlangga. 2014. Karli, Hilda. “Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir”. Jurnal Pendidikan Penabur. No. 18. Tahun ke 11. Juni 2012. Kemdikbud. Perubahan Pola Pikir Dalam Kurikulum 2013 diakses dari Kemdikbud.go.id .14 April 2015. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013. Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas SMAMadrasah Aliyah MAdiaksesdari http:staff.uny.ac.idsitesdefaultfilespendidikandrs- sudarmaji-mpd03-kompetensi-dasar-sma-2013.pdf . 5 Februari 2015. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Konsep dan Implementasi Kurikul um”. Paparan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Bidang Pendidikan. 2014. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan . “Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas SMAMadrasah Aliyah MA ”. 2013 . Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah diakses dari akmadsudrajat.wordpress.com . 12 Mei 2015. Kertayasa, I Ketut. Indonesia Pisa Center diakses dari http:www.indonesiapisacenter.com201403tentang-website.html . 14 April 2015. Kowiyah. “Kemampuan Berpikir Kritis”. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol. 3. No. 5. Desember 2012. Kubiatko, Milan dan Ivana Vaculova. “Project-based learning:characteristic and the experiences with application in the science subjects ”. Energy Education Science and Technology Part B: Social and Educational Studies.Vol. 3. No. 1. 2011.