Uji Homogenitas Gain Keterampilan Berpikir Tingkat Rendah
pada tiap sub-konsep. Nilai ketercapaian paling tinggi di kedua kelas tersebut yaitu pada sub-konsep peranan jamur. Hal ini dikarenakan selama proses
pembelajaran di kedua kelas tersebut lebih mengedepankan aspek peranan jamur dalam kehidupan seperti yang tercantum dalam RPP Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran. Dari hasil data tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL Problem Based Learning dan PjBL Project Based Learning
sama efektifnya dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi biologi siswa.
Hasil ketercapaian keterampilan berpikir tingkat tinggi biologi siswa tiap ranah pengetahuan dan jenjang kognitif secara keseluruhan sudah mencapai
ketuntasan karena 50 pada kelas eksperimen I dan eksperimen II kecuali pada ranah metakognitif jenjang C2. Nilai ketercapaian tertinggi pada kedua kelas yaitu
pada ranah faktual jenjang kognitif C4 dan C5. Dari hasil data tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL Problem Based Learning dan
PjBL Project Based Learning sama efektifnya dalam meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi biologi siswa.
Nilai rata-rata keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa pada kedua kelas eksperimen belum mencapai KKM Biologi sebesar 75 68,44 pada kelas
eksperimen I dan 67,38 pada kelas eksperimen II. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa menghadapi soal ulangan biologi dalam bentuk tes uraian dengan
distribusi soal jenjang kognitif C4-C6. Berdasarkan hasil wawancara dengan Dra. Tri Hardani selaku guru Biologi kelas X MIA 1 dan X MIA 2, diketahui bahwa
soal ulangan yang biasa dibuat oleh guru biologi yaitu dalam bentuk tes pilihan ganda sejumlah 40-50 soal dengan distribusi soal dari C1-C4.
11
Siswa yang tuntas KKMnya pada materi sebelum Fungi dengan bentuk soal tersebut yaitu lebih dari
70 pada materi virus, 90 pada materi Archaebacteria dan Eubacteria serta Protista.
12
Adapun mengenai rata-rata hasil belajarpretest dan posttest mengalami kenaikan baik pada kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II. Kedua model
11
Lampiran 21
12
Lampiran 22
pembelajaran ini dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar kognitif pada kedua kelas sampel penelitian. Hasil N-Gain kelas eksperimen I per sub-konsep
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen II pada sub-konsep ciri umum jamur, klasifikasi jamur, asosiasi jamur, dan peranan jamur. Namun hasil N-Gain
per sub-konsep tertinggi pada kelas eksperimenII dibandingkan dengan kelas eksperimen I terdapat pada sub-konsep reproduksi jamur. Dari hasil ketercapaian
sub-konsep jamur menunjukkan bahwa model pembelajaran PBL Problem Based Learning lebih efektif terhadap seluruh sub-konsep jamur dibandingkan kelas
PjBL ProjectBased Leaning , kecuali pada sub-konsep reproduksi jamur. Ketercapaian suatu sub-konsep, ranah pengetahuan dan jenjang kognitif
keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keteraampilan berpikir tingkat rendahbaik pada kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II ini dipengaruhi oleh kelebihan
dan kekurangan dari masing-masing model dan pendekatan yang diterapkan selama proses pembelajaran. Kelebihan model PBL Problem Based Learning
yakni membantu siswa dalam mengembangkan dan mengaplikasikan pengetahuan dasar yang ia dapatkan untuk menyelesaikan masalah dunia nyata.Sementara itu,
kekurangan dari model PBL Problem Based Learning yakni membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat pembelajaran menjadi bermakna karena
siswa perlu memahami materiterlebih dahulu sebelum mereka berusaha memecahkan masalah. Sedangkan kelebihan PjBL Project Based Learning
adalah melatih siswa untuk memecahkan masalah dunia nyata, melatih cara siswa berpikir kreatif da inovatif melalui pembuatan proyek yang diberikan. Di lain sisi,
PjBL juga memiliki kekurangan yaitu alokasi waktu yang lebih lama dibandingkan PBL karena pembelajaran lebih difokuskan kepada pengerjaan
proyek bukan membangun pengetahuan konten siswa. PjBL juga Ini juga yang menyebabkan nilai rata-rata kognitif kelas eksperimen II lebih rendah dari kelas
eksperimen I. Berdasarkan uji normalitas pretest dan posttest keterampilan berpikir tingkat
tinggi dan keterampilan berpikir tingkat rendah diperoleh beberapa data yang tidak normal. Oleh karena itu, untuk menghindari biasnya penelitian, maka uji