Langkah Project Based Learning PjBL

Ketiga, improved library research skills. Keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat karena pembelajaran berbasis proyek mempersyaratkan siswa harus mampu secara cepat memperoleh informasi melalui sumber-sumber informasi. Keempat, increased collaboration. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek membuat siswa perlu untuk mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi secara online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Kelima, increased resource management skills.Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasikan proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas. Selain kelebihan, pembelajaran berbasis proyek juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan yang dimaksud antara lain: 59 Pertama, penggunaan waktu yang relatif panjang. Pembuatan proyek terdiri dari tahap persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Ketiga tahapan tersebut tidak dapat diselesaikan dalam waktu satu pertemuan sehingga siswa dan guru perlu bekerja sama di luar jam pelajaran untuk menyelesaikan proyek yang dibuat. Kedua, biaya yang cukup besar. Proyek yang dibuat membutuhkan alat dan bahan yang tidak sedikit sehingga siswa akan mengeluarkan uangnya untuk satu pelajaran tertentu. Penting bagi guru dan siswa untuk meminimalisir pengeluaran dengan cara menggunakan bahan-bahan bekas yang masih digunakan. Ketiga, diperlukan tingkat pengetahuan siswa yang lebih advance. Siswa sering dilibatkan pada kemampuan analisis, evaluasi, dan kreasi selama membuat proyek. Ia harus memikirkan apakah proyek ini sesuai dengan 59 Supraptomo dan Yusrin Sanusi Baso, Panduan Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek, 2015, www.unhas.ac.id tujuan yang diharapkan, bagaimana cara membuatnya, dan berapa besar kemungkinan keberhasilannya. Dengan begitu, guru perlu mengecek kemampuan siswanya apakah siswanya bisa diajak berpikir ke arah yang lebih tinggi. Jika kemampuan siswa masih rendah, sebaiknya guru mencari alternatif pembelajaran lain sebelum memberikan kegiatan proyek kepada siswa. Proyek akan lebih mudah dilaksanakan jika siswa sudah memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi. Keempat, ada kemungkinan proyek yang direncanakan tidak selesai tepat pada waktunya atau bahkan gagal. Terkadang, persiapan yang sudah dilaksanakan ternyata tidak mendukung proses pelaksanaan. Ketika melaksanakan proyek, terkadang ditemukan beberapa hal yang kurang baik itu berupa alat, bahan, ataupun kajian teoritis terkait pembuatan proyek. Akibatnya, perlu melakukan persiapan ulang. Hal ini bisa saja menyebabkan waktu penyelesaian proyek mundur dri tanggal yang sudah ditetapkan. Bahkan, jika kesalahan tersebut tidak disadari, maka proyek yang dibuat bisa saja gagal. Kegagalan ini baru diketahui ketika proyek diuji coba karena tidak sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

4. Tinjauan Konsep Fungi

a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Konsep Fungi

Konsep Fungi yang dipelajari ditingkat SMAMA memiliki kompetensi inti KI dan kompetensi dasar KD sebagai berikut: 60 Tabel 2.3 KI dan KD Konsep Fungi Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli gotong royong, kerjasama, toleran, damai, santun, responsif, dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif denga lingkungan sosial dan alam serta dalam 60 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013, Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas SMAMadrasah Aliyah MA, tersedia melalui http:staff.uny.ac.idsitesdefaultfilespendidikandrs-sudarmaji-mpd03-kompetensi-dasar-sma- 2013.pdf diunduh pada tanggal 5 Februari 2015. menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 3 : Memahami, menerapkan, mengaalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural. KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan. Kompetensi Dasar 3. 6 : Mengelompokkan jenis-jenis jamur berdasarkan ciri-ciri dan peranannya bagi kehidupan melalui percobaan 4.7 : Mengamati berbagai jenis jamur melalui pengamatan langsung atau gambar dan mengelompokkannya berdasarkan ciri atau perannya bagi kehidupan

b. Kajian Konsep Fungi

Kajian konsep fungi ditinjau dari tiga buku. Buku kesatu yaitu buku biologi untuk mahasiswa, buku kedua dan buku ketiga adalah buku biologi SMA berdasarkan Kurikulum 2013. Buku kesatu karangan Campbell, Reece, dan Mitchell, buku kedua karanagn Irnaningtyas, dan buku ketiga karangan Sri Pujiyanto. Fungi memiliki beberapa definisi ditinjau dari ketiga buku tersebut. Pertama, fungi adalah organisme unik yang umumnya berbeda dari organisme eukariotik lainnya ditinjau dari cara memperoleh makanan, organisasi struktural, serta pertumbuhan dan reproduksinya. 61 Jamur merupakan organisme eukariotik, memiliki inti sel, memiliki dinding sel dari kitin, heterotorf, dan berukuran mikroskopis atau makroskopis. 62 Jamur merupakan organisme uniseluler atau multiseluler, dengan dinding sel 61 Neil A. Campbell, Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell, Biologi, Jilid II, Jakarta: Erlangga, 2010, h.185 62 Irnaningtyas, Biologi Untuk SMAMA Kelas X Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam, Jakarta: Erlangga, 2014, h. 251 tersusun dari kitin, tidak memiliki klorofil, dan memiliki keturunan haploid yang singkat. 63 Campbell, Reece dan Mitchell membagi materi Fungi ke dalam empat bahasan. Keempat bahasan itu adalah pengantar fungi, keanekaragaman fungi, dampak ekologis fungi, dan hubungan filogenetik fungi. 64 Pengantar fungi menjelaskan pengertian, cara hidup, struktur tubuh dan reproduksi fungi. Keanekaragaman fungi berisi tentang divisi-divisi fungi. Dampak ekologis fungi menjelaskan tentang peranan fungi dalam ekosistem sebagai pengurai, simbion, dan patogen serta fungi yang dijadikan sumber makanan oleh banyak hewan. Hubungan filogenetik fungi menjelaskan tentang evolusi fungi dari protista. Irnaningtyas membagi materi Fungi ke dalam tujuh bahasan. Tujuh bahasan itu adalah ciri-ciri tubuh jamur, cara hidup dan habitat jamur, reproduksi jamur,klasifikasi jamur, simbiosis jamur dengan organisme lainnya, peranan jamur dalam kehidupan manusa, dan pembiakan jamur. 65 Sementara itu, Sri Pujiyanto membagi konsep Fungi ke dalam tiga bahasan. Tiga bahasan tersebut antara lain ciri-ciri jamur, klasifikasi jamur, dan peran jamur dalam kehidupan. 66

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Barak Miri, Ben Chaim David, dan Zoller Uri dalam penelitian mereka yang berjudul Purposely Teaching for the Promotion of Higher-order Thinking Skills: A Case of Critical Thinking disimpulkan bahwa siswa yang diajarkan dengan strategi pembelajaran yang didesign untuk meningkatkan berpikir tingkat tinggi berhasil mengalami peningkatan nilai berpikir tingkat tinggi yang lebih signifikan dibandingkan dengan kelas kontrol yang diajarkan dengan strategi konvensional. Berpikir tingkat tinggi melatih siswa menjadi problem solver yang baik. Oleh 63 Sri Pujiyanto, Menjelajah Dunia Biologi 1: Untuk Kelas X SMA dan MA Kelompok Peminata Matematika dan Ilmu Alam, Solo: Platinum, 2014, h. 159 64 Campbell, Reece, Mitchell, op. cit., h. 199 65 Irnaningtyas, op. cit., h. 226-250 66 Sri Pujiyanto, op.cit., h. 147-156 sebab itu, guru perlu menyediakan soal yang memungkinkan siswa menggunakan keterampilan berpikir tingkat tingginya. 67 Tri Widodo dan Sri Kadarwati dalam penelitiannya yang berjudul Higher order thinking berbasis pemecahan masalah untuk meningkatkan hasil belajar berorientasi pembentukan karakter siswa hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa meningkat menjadi 73,84 melebihi target minimal yaitu 70. Siswa yang telah menguasai materi ada sebanyak 96,87. Skor aktivitas adalah 83,81 melebihi target minimal yaitu 70. Karakter dan respon siswa terhadap pembelajaran termasuk pada kategori baik. 68 Muchamad Afcariono dalam penelitiannya yang berjudulPenerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologihasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir diperoleh pada saat siswa mengajukan pertanyaan dan jawaban pada saat presentasi laporan. Pertanyaan dengan tingkat kognitifrendah C1,C2,C3 mengalami penurunan dan meningkat pada tingkat kognitif tinggi yaitu C4, C5, dan C6 selama pembelajaran siklus I dan siklus II. Hal serupa juga terjadi pada jawaban siswa yang mengalami penurunan pada C1 dan C3, untuk C2 tidak mengalami perubahan. Pada siklus I pola pertanyaan masih pada kemampuan rendah dan meningkat pada siklus ke II yaitu mampu mengajukan pertanyaan tingkat tinggi. 69 Sandra Atikasari, Wiwi Isnaeni, Andreas Priyono Budi Susetyo dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Pendekatan Problem Based Learning dalam Materi Pencemaran Lingkungan Terhadap Kemampuan Analisis, menyimpulkan bahwa PBL berpengaruh nyata pada kemampuan analisis siswa. Ini dikarenakan siswa yang belajar dengan model PBL sering bertukar pikiran dan berargumentasi dalam kelompok. Dalam kegiatan diskusi tersbut, masalah yang menjadi pusat 67 Barak Miri, “Purposely Teaching for The Promotion of Higher Order Thinking Skills: A Case of Critical Thinking”, Journal Res Sci Educ, 12 Januari 2007, vol 37, p. 353 68 Tri Widodo dan Sri Kadarwati, op.cit., h. 161 69 Muchamad Afcariono, “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Biologi”, Jurnal Pendidikan Inovatif, 2008, Vol. 3, No. 2, h. 66-67