Status Sosial Teman Sebaya

muncul yang menunjukkan bahwa anak yang diabaikan menunjukkan kecemasan sosial, kecerobohan sosial yang ekstrem extreme social wairness, atau sangat menarik diri dalam pergaulan Coie Dodge, 1988 3 Anak yang ditolak rejected chidren jarang dinominasikan sebagai teman terbaik dan sering dibenci oleh teman sebayanya. Anak menunjukkan agresi tinggi, menarik diri, serta kemampuan sosial dan kognitif yang rendah. Anak yang ditolak, menurut Buke Ladd Santrock, 2010:100 mengalami masalah penyesuaian diri yang serius dibanding anak yang diabaikan. 4 Anak kontrovesial sering dinominasikan sebagai teman terbaik, tetapi sering tidak disukai. Anak kontroversial tinggi dalam penerimaan dan penolakan. Penolakan oleh teman sebaya mempengaruhi prestasi belajar, munculnya masalah emosi, dan cenderung meningkatnya risiko kenakalan remaja. 183.Guru seyogyanya membantu peserta didik yang ditolak dan diabaikan agar mendapat penerimaan sosial dari teman sebayanya, karena masalah penolakan sosial dari teman sebaya berpengaruh terhadap kepribadian. Menurut Duck Santrock, 2010:102 memberikan bimbingan kepada anak yang diabaikan neglected children, dengan cara diberi latihan untuk membantu mereka menarik perhatian teman-temannya dengan cara yang positif dan mempertahankan perhatian dengan mengajukan pertanyaan, mendengarkan dengan cara yang hangat dan bersahabat, memilih topik pembicaraan yang menarik teman-teman sebaya atau yang disukai teman- temannya. 5 Murphy Schneider Santrock,2010:103 berpendapat bahwa membantu peserta didik yang ditolak agar bisa menarik perhatian teman sebayanya secara positif dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan, mendengar dengan penuh perhatian dan hangat, atau menceritakan hal-hal yang menarik. Anak yang ditolak perlu dibantu untuk masuk ke dalam kelompok yang lebih efektif. Mereka juga perlu dieri pengetahuan cara meningkatkan keterampilan sosial

c. Kecerdasan Emosi dan Keterampilan Sosial

184. Setiap anak ingin mendapatkan penerimaan sosial dari teman sebayanya, oleh karena itu diperlukan keterampilan sosial, yaitu keterampilan membina hubungan dengan orang lain teman sebaya. Menurut Goleman 1997:59 Kegiatan Pembelajaran 4 keterampilan sosial merupakan keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antarpribadi. Orang-orang yang memiliki keterampilan yang tinggi dalam hubungan antar pribadi, akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan dengan orang lain. Jadi keterampilan sosial merupakan aspek perilaku sosial yang berkaitan dengan membina hubungan sosial dengan orang lain. 185. Remaja yang memiliki keterampilan sosial yang tinggi akan disenangi oleh teman-temannya dan cenderung menjadi anak yang populer. Contohnya anak yang ramah, suka bergaul, bersahabat, suka menolong, dan sangat mudah bekerjasama dengan orang lain, cenderung riang. Sedangkan yang keterampilan sosial rendah cenderung ditolak atau diabaikan. Contohnya anak yang agresif, jarang bergaul, dan menarik diri. 186. Penolakan oleh teman sebaya akan memberikan pengaruh terhadap masalah emosi, kepribadian peserta didik, dan prestasi belajar. Kecerdasan emosi dan keterampilan sosial akan membentuk karakter, berdasarkan beberapa hasil penelitian bahwa kecerdasan emosi dan keterampilan sosial lebih penting dari inteligensi IQ dalam mencapai keberhasilan hidup. Kecerdasan emosi EQ membuat anak memiliki semangat yang tinggi dalam belajar atau disukai oleh teman-temannya dalam kegiatan bermain. Hal itu akan membawa keberhasilan ketika memasuki dunia kerja atau berkeluarga. Menurut Shapiro 1997:1975 bahwa kecerdasan emosi dan keterampilan sosial dapat diajarkan kepada anak sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya. Disarikan dari penjelasan Shapiro cara mengajarkan kecerdasan emosi dan keterampilan sosial antara lain bagaimana 1 membina hubungan persahabatan; 2 tata karma; 3 bekerja dalam kelompok; 4 berbicara dan mendengarkan secara efektif; 5 mengatasi masalah dengan teman yang nakal; 6 berempati terhadap orang lain; 7 mencapai prestasi tinggi; 8 memecahkan masalah; 9 memotivasi diri bila menghadapi masa-masa yang sulit; 10 percaya diri saat menghadapi situasi yang sulit; 11 menjalin keakraban.

3. Identifikasi Kecerdasan Emosi atau Perilaku Sosial Peserta Didik

187. Guru dapat melakukan identifikasi kecerdasan emosi dan keterampilan sosial peserta didik dengan cara membandingkan ciri-ciri