Kecerdasan Spiritual Uraian Materi 1. Perkembangan Moral

menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Sedangkan menurut Agustian kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia seutuhnya dan memiliki pola pemikiran integralistik serta berprinsip “hanya karena Allah” Dengan demikian, ia akan mengawali segala sesuatunya dengan nama Tuhan, menjalaninya sesuai dengan perintah Tuhan dan mengembalikan apapun hasilnya kepada Tuhan. Zohar dan Marshal menyatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi yang dimiliki manusia, karena paling berperan dalam kehidupan manusia Agustian, 2001:57. Kecerdasan spiritual merupakan aspek yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian manusia, dan merupakan landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Seorang yang cerdas secara spiritual maka akan cerdas pula secara emosional dan mampu berprestasi secara optimal sesuai intelegensinya, sehingga akan mencapai kesuksesan dan kebahagiaan. 267. Manusia adalah makhluk spiritual, karena dalam hidup kita selalu terdorong oleh kebutuhan untuk mencari makna. Misalnya Apa makna hidup saya? mengapa saya dilahirkan ? apa yang dapat membuat semua itu berharga ? mengapa saya harus belajar? untuk apa saya belajar? kita diarahkan untuk menemukan makna dan nilai dari apa yang kita perbuat dan alami?. Manusia mengharapkan hidup yang lebih bermakna. Sebagai contoh penjaga pintu kereta api dengan gajinya yang sedikit, namun bekerja dengan senang hati dan penuh tanggung jawab. Penjaga memaknai pekerjaannya untuk menyelamatkan manusia. 268. Istilah spiritual yang digunakan oleh Zohar dan Marshall tidak berhubungan dengan agama atau sistem keyakinan yang terorganisasi. Kecerdasan spiritual belum menjangkau aspek ke-Tuhanan. Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan jiwa manusia untuk menemukan makna, dan mnggunakannya dalam pemecahan masalah... Kecerdasan spiritual Kegiatan Pembelajaran 5 tidak harus berhubungan dengan agama. Bagi sebagian orang mencari pemenuhan spiritual tanpa melihat hubungannya dengan agama, Namun sebagian orang mungkin menemukan makna melalui agama. Agama tidak menjamin kecerdasan spiritual tinggi. banyak orang humanis atau orang yang tidak terikat oleh agama formal kecerdasan spiritualnya tinggi, sebaliknya banyak orang yang aktif beragama memiliki SQ yang rendah. Contoh: orang yang tampaknya rajin beribadah tapi melakukan korupsi, sebaliknya orang yang tidak melakukan ritual ibadah tetapi jujur. 269. Istilah spiritual dan agama religius seringkali dianggap sama , tapi banyak para ahli yang keberatan apabila istilah itu disamakan. Namun untuk pemenuhan makna hidup yang sejati perlu ada upaya untuk memadukan antara spiritualitas dengan agama. Agama tidak sama dengan spiritualitas, namun menurut Mikley Desmita, 2014:208 agama merupakan salah satu dimensi dari spiritualitas disamping dimensi eksistensial. Dimensi eksistesial dari spiritualitas berfokus pada tujuan dan makna hidup, sedangkan dimensi agama dari spiritualitas berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Agama dapat dikatakan tidak sama dengan spiritual, namun tidak bisa dipisahkan. Agama tanpa spiritualitas kering, sedangkan spiritualitas tanpa agama lumpuh. Hal ini sejalan dengan pengertian kecerdasan spiritual yang diungkapkan oleh Ginanjar berhubungan dengan agama, berkaitan dengan ibadah, keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Memberi makna kepada setiap perilaku dan kegiatan hanya berprinsip karena Allah. Agama dapat memberikan berbagai jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tentang makna, tujuan dan arah hidup. Contoh: seorang guru honorer dengan penghasilan yang sedikit, tapi mengajar dengan sepenuh hati, rajin, tanggung jawab dan ikhlas. Dia memaknai bahwa mengajar itu adalah ibadah untuk mencerdaskan peserta didik, ia bahagia ketika siswa asuhnya berhasil. Contoh lain, peserta didik memiliki motivasi belajar yang tinggi, rajin, tekun, sungguh-sungguh, tidak mengeluh karena memaknai belajar sebagai ibadah. 270. Spiritualitas memiliki ruang lingkup yang luas, maka seperti telah dijelaskan sebelumnya supaya mudah dipahami, maka pembahasan kecerdasan spiritual adalah sebagai dimensi agama yang berkaitan dengan penghayatan keagamaan. Berkaitan dengan fitrah beragama, maka setiap orang pernah mengalami penghayatan keagamaan bahwa di luar dirinya ada kekuatan yang Maha Agung yang melebihi apapun. Penghayatan keagamaan menurut Brightman Makmun, 2009:108 tidak hanya mengakui atas keberadaan-Nya melainkan juga mengakui-Nya sebagai sumber nilai-nilai luhur yang eksternal abadi yang mengatur tata hidup manusia dan alam semesta. Karena itu manusia mematuhi aturan itu dengan penuh kesadaran, ikhlas disertai penyerahan diri dalam bentuk ritual ibadah . Kecerdasan spiritual yang dibahas pada materi pembelajaran ini adalah spiritualitas sebagai dimensi agama yang berkaitan dengan penghayatan keagamaan.

271. Proses Perkembangan Kecerdasan Spiritual

272. Potensi kecerdasan spiritual bersifat dinamis, responsif terhadap pengaruh lingkungan sekitar, sehingga dalam perkembangannya dipengaruhi oleh interaksi antara fitrah dengan lingkungan sekitar sampai akhir hayatnya. Menurut Daradjat 2010:75 bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan penghayatan keagamaan adalah orangtua, guru dan dan lingkungan. Anak-anak dilahirkan dengan fitrah beragama, namun perlakuan yang tidak tepat dari orang tua, sekolah, dan lingkungan seringkali merusak apa yang mereka miliki. Yusuf 2014;139 menjelaskan lebih lanjut, orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam mengembangkan fitrah beragama karena orangtua merupakan pembina pribadi yang pertama dan utama memberi keteladanan, memperlakukan anak dengan baik, membina hubungan yang harmonis dengan anggota keluarga, membimbing dan mengajarkan ajaran agama, Sekolah dalam hal ini guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan wawasan pemahaman agama, pembiasaan mengamalkan ibadah atau akhlak mulia, menumbuhkan apresiasi terhadap agama. Oleh karena itu guru harus menjadi teladan bagi peserta didik, memiliki akhlak yang mulia, seperti jujur, bertanggung Kegiatan Pembelajaran 5 jawab, disiplin, dan memperlakukan peserta didik dengan baik. Lingkungan masyarakat atau lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap perkembangan penghayatan keagamaan adalah teman sebaya dan anggota masyarakat lainnya. Jika teman sepergaulan rajin beribadah, berakhlak mulia, maka anak akan cenderung berakhlak baik. 273. Pemahaman tentang penghayatan keagamaan sejalan dengan dengan perkembangan kognitifnya Oleh karena itu, menurut Desmita 2014:282 meskipun pada masa awal anak-anak, mereka telah diajarkan agama tetapi pada masa remaja mereka mempertanyakan kebenaran keyakinan agama mereka sendiri. Remaja juga memperlihatkan pemahaman agama yang lebih abstrak dan logis. 274. Menurut Daradjat bahwa penghayatan keagamaan berkaitan dengan kematangan intelektual., maka selain melalui pembiasaan juga memberikan pemahaman agama sesuai dengan tahap kemampuan berpikirnya. Dalam menanamkan nilai-nilai keagamaan guru seyogyanya menjadi teladan dan menciptakan iklim belajar mengajar yang religius dan demokratis yang diarahkan untuk mencapai kematangan keagamaan. Kematangan beragama adalah salah satu tugas perkembangan yang harus dicapai oleh remaja. 275. Menurut Kay dalam Pikunas Yusuf, 2006:13 bahwa dalam perkembangan kesadaran beragama pada masa remaja. Tugas utamanya adalah mencapai kematangan sistem moral untuk membimbing perilakunya. Kematangan remaja belum dikatakan sempurna, apabila belum menunjukkan kode moral yang dapat diterima secara universal. Yusuf 2014:145 menjelaskan bahwa anak yang sejak kecil dibimbing dengan penanaman nilai-nilai agama dan mengembangkan diri secara terus menerus dalam lingkungan keluarga yang religius, maka akan cenderung mencapai kematangan beragama pada masa remaja. Kematangan beragama berkaitan dengan kualitas pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari baik yang menyangkut hubungan dengan Tuhan maupun dengan manusia. Secara umum kriteria kematangan dalam kehidupan beragama di antaranya::