Tahapan 69. Karakteristik Uraian Materi

Contohnya, peserta didik berpikir operasional formal ketika menghadapi soal aljabar, tetapi tidak demikian ketika memecahkan persoalan verbal. Remaja cenderung menggunakan pemikiran operasional formal di bidang-bidang yang mereka memiliki pengalaman dan pengetahuan paling banyak. 85. Proses berpikir peserta didik SMP sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal seperti asosiasi, diferensiasi, komparasi, termasuk abstrak meskipun masih relatif terbatas. Kecakapan dasar intelektual umum general intelligence mengalami perkembangan yang paling pesat terutama bagi remaja yang bersekolah sedangkan kecakapan khusus atau bakat aptitude mulai menunjukkan kecenderunan-kecenderungan secara lebih jelas. Dengan demikian pendidikan menjadi faktor yang sangat menentukan dalam perkembangan kognisi dan kematangan kemampuan intelektual peserta didik. 86. Banyak peserta didik SMP masih melakukan konsolidasi terhadap pemikiran konkretnya atau baru mencapai tahap awal dalam kemampuan berpikir operasional formal, dan karakteristik menonjol pada periode ini adalah asimilasi. Oleh karena ketika akan mengajar materi pembelajaran yang agak kompleks, maka sebaiknya menggunakan alat-alat peraga dan media visual serta contoh-contoh yang sesuai dengan taraf pemahaman dan pengalamannya.

2. Kecerdasan Majemuk

87. Menurut Gardner Sukmadinata, 2011:95, tingkat inteligensi atau IQ bukan satu-satunya yang dapat meramalkan keberhasilan seseorang tetapi ada kecerdasan dalam spektrum yang lebih luas, yaitu kecerdasan majemuk multiple intelligent. Setiap anak memiliki kecenderungan dari delapan kecerdasan, meskipun memiliki tingkat penguasaan yang berbeda, yaitu: a. Kecerdasan bahasa verbal-linguistic intelligence, kecakapan berpikir melalui kata-kata, menggunakan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks penulis, ahli bahasa, sastrawan, jurnalis, orator, penyiar. Kegiatan Pembelajaran 2 b. Kecerdasan matematika – logis logical-mathematical intelligence, kecakapan untuk menyelesaikan operasi ilmuwan,ahli matematis, akuntan. c. Kecerdasan spasial–visual visual-spatial intelligence, kecakapan berpikir dalam ruang tiga dimensi pilot, nakhoda, astronot, pelukis, perupa, arsitek. d. Kecerdasan kinestetis atau gerakan fisik kinesthetic intelligence. Kecakapan melakukan gerakan dan keterampilan-kecekatan fisik. olahragawan, penari, pencipta tari, perajin profesional, dokter bedah, dll. e. Kecerdasan musik musical intelligence. Kecakapan untuk menghasilkan dan menghargai musik, sensitivitas terhadap melodi, ritme, nada, tangga nada. komposer, musisi, penyanyi, kritikus dan pengamat music, dll. f. Kecerdasan hubungan sosial interpersonal intelligence. Kecakapan memahami dan merespon serta berinteraksi dengan orang lain secara efektif 88. guru, konselor, pekerja sosial, aktor,pimpinan masyarakat, politikus, dll.. g. Kecerdasan intrapersonal intrapersonal intelligence. Kecakapan memahami diri dan menata kehidupannya sendiri agamawan, psikolog, psikiater, filosof, adalah mereka yang memilki inteligensi pribadi yang tinggi. h. Kecerdasan naturalis hakekatnya adalah kecakapan manusia untuk mengenali tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta petani, ahli botani, ahli ekologi, ahli tanah, dll. 89. 90. Konsep kecerdasan majemuk bukanlah hal baru, ahli-ahli lain menyebutnya sebagai bakat atau aptitude. Dalam pandangan Gardner tidak ada manusia bodoh, terutama jika individu diberikan rangsangan yang tepat. Apabila lingkungan orangtua dan guru memberikan rangsangan yang tepat, maka setiap kecerdasannya akan menjadi suatu kemampuan yang luar biasa.

3. Bakat

91. Bakat merupakan kecakapan dasar atau suatu potensi yang merupakan pembawaan untuk memperoleh suatu pengetahuan atau keterampilan pada bidang tertentu. Setiap individu memiliki bakat hanya berbeda baik dalam derajat maupun jenisnya. Bakat dapat dikelompokkan menjadi bakat bilangan, bakat bahasa, bakat tilikan ruang, tilikan hubungan sosial, dan bakat gerak motoris Makmun, 2009:55. Pembagian jenis bakat mungkin dikaitkan dengan bidang studi atau bakat sekolah scholastic aptitude atau bidang pekerjaan vocational aptitude. Bakat sekolah berkaitan dengan kemampuan penguasaan ilmu, penguasaan mata