Karakteristik Perilaku Sosial Remaja

Remaja yang memiliki konformitas negatif berperilaku negatif diantaranya seperti, menggunakan bahasa kasar, jorok, merusak, mengolok-olok orangtua atau guru, bahkan perilaku kenakalan remaja seperti menjadi pecandu narkoba, meminum minuman keras, free sex, melakukan tindak kriminal, karena meniru atau mengikuti perilaku teman sepergaulannya. Pergaulan remaja diwujudkan dalam bentuk kelompok, baik kelompok kelompok kecil maupun besar. Dasar remaja dalam memilih kelompok adalah moral, status sosial ekonomi, kesamaan minat dan bakat, dan kemampuan. Kelompok memiliki tekanan yang besar kepada remaja peer pressure untuk berperilaku sesuai dengan norma kelompok. Sikap konformitas berubah seiring dengan bertambahnya usia dan berkembangnya kemampuan berpikir yang lebih matang Yusuf, 2006:10. Orang tua dan guru serta orang dewasa lainnya seyogyanya membimbing peserta didik agar memiliki kemampuan dalam memilih teman sebaya dan melakukan konformitas yang positif 179. Perubahan perilaku sosial yang paling menonjol pada masa remaja adalah menyukai lawan jenis. Remaja senang mengikuti berbagai kegiatan sosial, semakin banyak kesempatan untuk melakukan aktivitas sosial yang baik, maka wawasan sosialnya lebih luas, penyesuaian diri yang lebih baik, dan meningkatnya kompetensi sosial seperti kemampuan berkomunikasi. 180. Remaja diharapkan mampu mencapai kematangan sosial dalam arti memiliki penyesuaian sosial social adjustment yang tepat. Penyesuaian sosial adalah kemampuan untuk memberikan reaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi, dan relasi. Remaja dituntut harus memiliki kemampuan penyesuaian sosial terhadap lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Menurut Schneiders Yusuf, 2012:199, karakteristik penyesuaian sosial remaja di tiga lingkungan tersebut, adalah sebagai berikut: 1 Di Lingkungan Keluarga a Menjalin hubungan yang baik dengan para anggota keluarga, orangtua dan saudara Kegiatan Pembelajaran 4 b Menerima otoritas orangtua mentaati peraturan yang ditetapkan orangtua c Menerima tanggung jawab dan batasan-batasan norma keluarga d Berusaha untuk membantu anggota keluarga, sebagai individu atau kelompok dalam mencapai tujuannya. 2 Di Lingkungan Sekolah a Bersikap respek dan mau menerima peraturan sekolah b Berpartisipasi dalam kegiatan sekolah c Menjalin persahabatan dengan teman-teman di sekolah d Bersikap hormat terhadap guru, pemimpin sekolah, dan staf lainnya. e Membantu sekolah dalam merealisasikan tujuan-tujuannya 3 Di Lingkungan Masyarakat a Mengakui dan respek terhadap hak-hak orang lain b Memelihara jalinan persahabatan dengan orang lain c Bersikap simpati dan altruis terhadap kesejahteraan orang lain 181. Bersiskap respek terhadap nilai-nilai, hukum, tradisi, dan kebijakan-kebijakan masyarakat.

b. Status Sosial Teman Sebaya

182. Penerimaan sosial berkaitan dengan kualitas pribadi, yaitu banyaknya sifat-sifat baik, menarik dan keterampilan sosial. Berdasarkan hubungan sosial di antara peserta didik ada empat status teman sebaya menurut Rubin, Bukowski Parker, Wentzel Asker, Wentzel Battle Santrock,2010:100, yaitu: 1 Anak popular disukai oleh teman sebayanya dan seringkali dinominasikan sebagai teman yang terbaik karena memiliki keterampilan sosial yang tinggi. ramah, suka bergaul, bersahabat, sangat peka secara sosial, suka menolong, dan sangat mudah bekerjasama dengan orang lain, mandiri, cenderung riang, demikian menurut Hartuf Santrock, 2010:100. 2 Anak yang diabaikan neglected children jarang dinominasikan sebagai teman terbaik, tetapi bukan karena tidak disukai oleh teman sebayanya. Ciri-ciri perilaku anak yang diabaikan adalah, cenderung menarik diri, jarang bergaul, temannya sedikit, jarang dibutuhkan oleh temannya. Jarang berinteraksi dengan teman sebayanya, tidak ada bukti yang konsisten yang muncul yang menunjukkan bahwa anak yang diabaikan menunjukkan kecemasan sosial, kecerobohan sosial yang ekstrem extreme social wairness, atau sangat menarik diri dalam pergaulan Coie Dodge, 1988 3 Anak yang ditolak rejected chidren jarang dinominasikan sebagai teman terbaik dan sering dibenci oleh teman sebayanya. Anak menunjukkan agresi tinggi, menarik diri, serta kemampuan sosial dan kognitif yang rendah. Anak yang ditolak, menurut Buke Ladd Santrock, 2010:100 mengalami masalah penyesuaian diri yang serius dibanding anak yang diabaikan. 4 Anak kontrovesial sering dinominasikan sebagai teman terbaik, tetapi sering tidak disukai. Anak kontroversial tinggi dalam penerimaan dan penolakan. Penolakan oleh teman sebaya mempengaruhi prestasi belajar, munculnya masalah emosi, dan cenderung meningkatnya risiko kenakalan remaja. 183.Guru seyogyanya membantu peserta didik yang ditolak dan diabaikan agar mendapat penerimaan sosial dari teman sebayanya, karena masalah penolakan sosial dari teman sebaya berpengaruh terhadap kepribadian. Menurut Duck Santrock, 2010:102 memberikan bimbingan kepada anak yang diabaikan neglected children, dengan cara diberi latihan untuk membantu mereka menarik perhatian teman-temannya dengan cara yang positif dan mempertahankan perhatian dengan mengajukan pertanyaan, mendengarkan dengan cara yang hangat dan bersahabat, memilih topik pembicaraan yang menarik teman-teman sebaya atau yang disukai teman- temannya. 5 Murphy Schneider Santrock,2010:103 berpendapat bahwa membantu peserta didik yang ditolak agar bisa menarik perhatian teman sebayanya secara positif dapat dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan, mendengar dengan penuh perhatian dan hangat, atau menceritakan hal-hal yang menarik. Anak yang ditolak perlu dibantu untuk masuk ke dalam kelompok yang lebih efektif. Mereka juga perlu dieri pengetahuan cara meningkatkan keterampilan sosial

c. Kecerdasan Emosi dan Keterampilan Sosial

184. Setiap anak ingin mendapatkan penerimaan sosial dari teman sebayanya, oleh karena itu diperlukan keterampilan sosial, yaitu keterampilan membina hubungan dengan orang lain teman sebaya. Menurut Goleman 1997:59