KEADAAN PENDUDUK I GAM BARAN U M U M DAN PERI LAK U PEN DU DU K

4 tinggal di wilayah perkotaan sebesar 43,12. Provinsi dengan persentase penduduk tinggal di kota tertinggi adalah DKI Jakarta 100 disusul oleh Kepulauan Riau 79,39 dan DI Yogyakarta 59,14. Sedangkan provinsi dengan persentase penduduk yang tinggal di perkotaan terendah adalah Nusa Tenggara Timur 15,60 disusul oleh Sulawesi Tengah 19,97, dan Lampung 20,97. Jumlah penduduk laki-laki relatif seimbang dibandingkan penduduk perempuan, yaitu masing-masing sebesar 107.274.528 jiwa penduduk laki-laki dan 106.100.759 jiwa penduduk perempuan. Dengan demikian rasio penduduk menurut jenis kelamin sebesar 101,11. Rasio penduduk menurut jenis kelamin yang tertinggi di Provinsi Papua, yaitu sebesar 112,34, Kalimantan Timur 109,71 dan Kepulauan Bangka Belitung 109,00. Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Barat yaitu sebesar 93,49, Sulawesi Selatan sebesar 94,78 dan Sumatera Barat sebesar 97,49. Jumlah penduduk menurut provinsi, daerah perkotaanperdesaan dan jenis kelamin terdapat pada Lampiran 2.2, 2.3 dan 2.3.a. Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia muda 0-14 tahun sebesar 29,04, yang berusia produktif 15-64 tahun sebesar 66,31, dan yang berusia tua 65 tahun sebesar 4,65. Dengan demikian maka Angka Beban Tanggungan Dependency Ratio penduduk Indonesia pada tahun 2005 sebesar 50,81. Angka ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2004 sebesar 52,26. Provinsi dengan persentase beban tanggungan tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur sebesar 71,67, disusul oleh Sulawesi Tenggara sebesar 61,98, dan Maluku Utara sebesar 61,44. Sedangkan provinsi dengan Angka Beban Tanggungan terendah yaitu DKI Jakarta sebesar 37,22, disusul oleh Kepulauan Riau sebesar 40,92 dan DI Yogyakarta sebesar 43,77. Berdasarkan wilayah, angka beban tanggungan di perdesaan lebih besar dibandingkan perkotaan, yaitu 54,89 berbanding 45,73. Rincian jumlah penduduk menurut kelompok umur, provinsi, wilayah dan angka beban tanggungan tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 2.4, 2.4.a, dan 2.4.b. Komposisi penduduk Indonesia dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin, menunjukkan penduduk laki-laki maupun perempuan proporsi terbesar berada pada kelompok umur 15 – 49 tahun dan umur 50 – 64 tahun. Gambaran komposisi penduduk secara lebih rinci dapat dilihat dari gambar berikut. GAMBAR 2.1 PIRAMIDA PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2005 6 4 2 2 4 6 0 - 4 5 - 9 10 - 14 15 -19 20 - 24 25 - 29 30 - 34 35 - 39 40 - 44 45 - 49 50 - 54 55 -59 60 - 64 65 - 69 70 - 74 75 + Us ia Persentase Laki-Laki Perempuan Sumber : BPS, SUPAS 2005 5

B. KEADAAN EKONOMI

Kondisi perekonomian Indonesia pada tiga tahun terakhir relatif stabil dan menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kinerja ekonomi pada tahun 2003 tumbuh sebesar 4,88 dan tahun 2004 meningkat menjadi 5,13. Pada tahun 2005 kondisi perekonomian semakin stabil yang diperlihatkan oleh pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat yang mencapai 5,60. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi selama tiga tahun terakhir, ternyata tidak diimbangi dengan penurunan laju inflasi. Data BPS menyebutkan bahwa tahun 2003 laju inflasi sebesar 5,06 . Angka ini merangkak naik menjadi 6,40 pada tahun 2004, hingga pada tahun 2005 laju inflasi mencapai 17,17 Januari – November 2005. Statistik Kesra Tahun 2005 menampilkan persentase rumah tangga yang memiliki bukti kemiskinan dan memanfaatkannya. Bukti kemiskinan tersebut berupa JPK-MM, Kartu Sehat, JPK-Gakin, Kartu Miskin dan Surat Miskin. Secara nasional persentase rumah tangga yang memiliki bukti kemiskinan sebesar 12,12. Angka tersebut tidak termasuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, karena waktu penghitungan yang tidak bersamaan. Provinsi dengan persentase tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur sebesar 37,44 yang disusul oleh Nusa Tenggara Barat 26,56 dan Gorontalo 24,06. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan GK yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan GKM dan Garis Kemiskinan Non Makanan GKNM. Penentuan GKM berdasarkan pengeluaran penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar, baik makanan maupun non makanan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Februari 2005 sebesar 35,10 juta 15,97 yang kemudian meningkat menjadi 39,05 juta pada bulan Maret 2006 17,75. Dengan demikian terjadi peningkatan penduduk miskin sebesar 3,95 juta. GAMBAR 2.2 JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 2000 - 2005 30 35 40 Tahun Ju m lah Ju ta 10 15 20 P e rsen tase Jumlah Juta 38,7 37,9 38,4 37,3 36,2 35,1 Persentase 19,1 18,4 18,2 17,4 16,7 16 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Sumber : Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2005, BPS 6 Indeks Kedalaman Kemiskinan di Indonesia menurut BPS pada tahun 2005 adalah 2,78. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2004 sebesar 2,89. Penurunan serupa juga terjadi pada Indeks Keparahan Kemiskinan yang pada tahun 2004 sebesar 0,78, kemudian turun menjadi 0,76 pada tahun 2005. Selama periode 1999-2005, baik indeks kedalaman kemiskinan maupun indeks keparahan kemiskinan menunjukkan kecenderungan yang menurun. GAMBAR 2.3 INDEKS KEDALAMAN DAN KEPARAHAN KEMISKINAN TAHUN 1999 - 2005 1 2 3 4 5 6 Indeks P2 1.23 1.02 0.97 0.79 0.85 0.78 0.76 P1 4.33 3.51 3.42 3.01 3.13 2.89 2.78 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Menurut data Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal, hingga tahun 2005 jumlah kabupatenkota tertinggal mencapai 197 dari 440 KabupatenKota di seluruh Indonesia. Jumlah ini mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun 2004 yang sebesar 199. Provinsi dengan persentase kabupatenkota tertinggal tertinggi adalah Sulawesi Barat, yaitu sebesar 100, disusul oleh Papua yang sebesar 95, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 93,75. Jumlah dan persentase kabupatenkota tertinggal menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.6. Pada tahun 2005, dalam rangka membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat miskin pemerintah memberikan Bantuan Langsung Tunai BLT dari dana kompensasi BBM. Berdasarkan Instruksi Presiden No. 12 tahun 2005 dilakukan Pendataan Sosial Ekonomi 2005 oleh BPS dengan tujuan untuk memperoleh daftar nama dan alamat rumah tangga yang layak menerima BLT. Klasifikasi rumah tangga miskin penerima BLT dibagi menurut 3 klasifikasi yaitu sangat miskin, miskin dan hampir miskin. Jumlah rumah tangga miskin tercatat sebesar 12.131.303, terdiri dari 3.894.314 rumah tangga kategori sangat miskin, 8.236.989 rumah tangga kategori miskin dan 6.969.602 kategori hampir miskin. Kemudian dengan mencoba matching 83, kesetaraan terhadap garis kemiskinan, jumlah rumah tangga miskin penerima Bantuan Langsung Tunai BLT 10.068.981 rumah tangga Lampiran 7. Provinsi dengan persentase tertinggi rumah tangga miskin penerima BLT terhadap total rumah tangga penerima BLT adalah Jawa Timur, yaitu sebesar 16,95, Jawa Tengah 16,60, dan Jawa Barat 15,21. Sedangkan yang terendah di Kepulauan Bangka Belitung 0,18, Sumber : Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun 2005, BPS