Angka Kematian Kasar AKK

21 Sedangkan penyebab kematian terbanyak dari penderita rawat inap di rumah sakit pada tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini. TABEL 3.7 10 PENYAKIT UTAMA PENYEBAB KEMATIAN MENURUT DTD DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005 No DTD Sebab sakit Jumlah Mati [a] 1 155 Stroke tidak menyebut perdarahan atau infark 4.692 4,87 2 153 Perdarahan intrakranial 3.572 3,71 3 17 Septisemia 3.065 3,18 4 214,9 Gagal ginjal lainnya 3.047 3,16 5 278 Cedera intrakranial 3.021 3,13 6 169 Pneumonia 2.765 2,87 7 246 Pertumbuhan janin lamban malnutrisi janin dan gangguan yang berhubungan dengan kehamilan pendek dan berat badan lahir rendah 2.606 2,70 8 152,9 Penyakit jantung lainnya 2.577 2,67 9 104,9 Diabetes melitus YTT 2.086 2,16 10 007,1 Tuberkulosis paru lainnya 2.024 2,10 Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006 Keterangan: [a] persen terhadap total kematian di rumah sakit

5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir UHH

Penurunan AKB sangat berpengaruh pada kenaikan UHH waktu lahir. Angka kematian bayi sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikan UHH pada waktu lahir. Meningkatnya umur harapan hidup ini secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Umur Harapan Hidup waktu lahir penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang bermakna terutama pada periode tahun 1980-1995. Estimasi UHH yang sebesar 52,41 tahun 1980 SP 1980 meningkat menjadi 63,48 tahun 1995 SUPAS 1995, dan diperkirakan menjadi 66,2 tahun pada 2002 SDKI 2002-2003. Pada tahun 2002 provinsi dengan UHH waktu lahir tertinggi adalah DI Yogyakarta 72,4 tahun, DKI Jakarta 72,3 tahun, dan Sulawesi Utara 70,9 tahun. Sedangkan UHH waktu lahir terendah di Nusa Tenggara Barat 59,3 tahun, Kalimantan Selatan 61,3 tahun, dan Banten 62,4 tahun. Gambaran perkembangan umur harapan hidup waktu lahir dalam 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut. 22 TABEL 3.8 UMUR HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR Eo MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 1990 – 2002 Tahun Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan 1992 60,42 64,15 62,34 1993 60,79 64,54 62,72 1994 61,16 64,92 63,1 1995 61,54 65,31 63,48 1996 61,91 65,71 63,86 1997 62,29 65,71 63,86 1998 62,63 66,45 64,59 1999 63,55 67,41 65,54 2000 63,45 67,3 65,43 2002 [a] - - 66,20 Sumber: Indikator Kesejahteraan Anak 2001 hasil SP 1990, 2000 dan estimasi SUPAS 1995 [a] Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI 2002-2003 Tabel di atas menunjukkan bahwa umur harapan hidup waktu lahir untuk kelompok penduduk perempuan dari waktu ke waktu relatif lebih tinggi daripada umur harapan hidup waktu lahir untuk kelompok penduduk laki-laki. Rincian angka kematian bayi, angka kematian balita, dan umur harapan hidup waktu lahir menurut provinsi tahun 2002 – 2003 dapat dilihat pada Lampiran 3.1.

6. Indeks Pembangunan Manusia IPM

Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator gabungan yang memperlihatkan kualitas manusia secara komprehensif dari segi ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Indikator-indikator tersebut adalah keseimbangan daya beli purchasing power parity dan pendapatan ekonomi, angka melek huruf dan partisipasi sekolah di pendidikan dasar dan lanjutan pendidikan serta umur harapan hidup sejak lahir kesehatan. GAMBAR 3.6 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TAHUN 1996-2005

67.7 64.3

65.8 69.6

20 40 60 80 1996 1999 2002 2005 IPM Sumber: BPS, Bappenas, UNDP Gambar 3.6 memperlihatkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia sejak tahun 1996 hingga 2005 cenderung meningkat. Pada tahun 1996 IPM 67,7 menjadi 69,6 pada tahun 2005. Tahun 2005 Indeks Pembangunan Manusia tertinggi dicapai DKI Jakarta 76,1 diikuti Sulawesi Utara 74,2 dan Riau 73,6. Sedangkan Papua, Nusa Tenggara Barat, dan