Penyakit Malaria Penyakit Menular

25 2001 angka kesakitan Malaria untuk Pulau Jawa dan Bali sebesar 0,62 per 1.000 penduduk, pada tahun 2002 menjadi 0,47, tahun 2003 menjadi 0,22 per 1.000 penduduk dan tahun 2004 menjadi 0,15 per 1.000 penduduk. Sedangkan untuk luar Jawa-Bali, angka kesakitan Malaria termasuk penderita klinis pada tahun 2001 sebesar 26,20 per 1.000 penduduk menjadi 22,30 pada tahun 2002, 21,80 per 1.000 penduduk pada tahun 2003, 21,20 per 1.000 penduduk pada tahun 2004, 18,94 per 1.000 penduduk pada tahun 2005. Selama tahun 2005 terjadi KLB di Provinsi Kalimantan Barat Kab. Melawi, Maluku Kab. Seram Bagian Timur, Maluku Utara Kab. Halmahera Tengah, Kalimantan Selatan Kab. Hulu Sungai Selatan, Sumatera Utara Kab. Samosir, Banten Bayah, Kepulauan Bangka Belitung Kab. Bangka, Jambi, Sulawesi Utara, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat dengan jumlah penderita sebesar 10.560 penderita dan 97 orang meninggal. sumber: Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2005. Target yang ingin dicapai secara nasional pada tahun 2010, yaitu sebesar 5 per 1.000 penduduk. Untuk wilayah Jawa dan Bali dapat dikatakan target sudah tercapai. Sedangkan untuk wilayah di luar Jawa dan Bali, diperkirakan masih belum mencapai target. Wilayah Indonesia Timur dengan AMI tertinggi antara lain Papua 208,82, Nusa Tenggara Timur 100,49, dan Maluku Utara 67,24. Untuk Kawasan Barat Indonesia, wilayah dengan API tertinggi antara lain Jambi 13,55, Kepulauan Bangka Belitung 11,18, dan Sumatera Utara 7,24. Jumlah kasus dan APIAMI penyakit Malaria menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.4 dan Lampiran 3.5.

b. Penyakit TB Paru

Pelaksanaan penanggulangan penyakit TB Paru telah dapat menurunkan prevalensi dari 122100.000 penduduk pada tahun 2002 menjadi 115100.000 penduduk pada tahun 2003 dan 107100.000 penduduk pada tahun 2005. Tabel 3.11 Proporsi Kasus TBC Menurut Tipe Jenis Tahun 2001-2005 Tahun Tolok UkurKegiatan 2001 2002 2003 2004 2005 BTA Positif 0,51 0,49 0,52 0,60 0,60 BTA Negatif 0,30 0,47 0,43 0,36 0,32 RelapsKambuh 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 Ekstra Paru 0,16 0,02 0,03 0,02 0,06 Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI Pada tahun 2005, jumlah perkiraan kasus menular TB Paru sebanyak 296.381 kasus. Cakupan penemuan semua kasus TB Paru sebanyak 259.969 kasus, dengan 158.640 kasus TB Paru BTA Positif dan Angka Penemuan PenderitaCase Detection Rate CDR sebesar 53,53 . Hasil cakupan penemuan kasus dan evaluasi hasil pengobatan penyakit TB paru tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.6. 26 GAMBAR 3.8 PROPORSI KASUS TB PARU MENURUT TIPE JENIS TAHUN 2005 BTA+, 60 BTA -, 32 Esktra Paru, 6 Kambuh, 2 Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI Pada tahun 2005, jumlah kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin terbanyak pada laki-laki sebesar 58,70 . Provinsi Jawa Barat adalah provinsi paling banyak jumlah kasus BTA positif yaitu sebanyak 28.541 kasus. Laki-laki dengan umur 25-34 tahun paling banyak ditemukan kasus baru BTA Positif yaitu 20.906 kasus, di Provinsi Jawa Barat terbanyak dengan 4.114 kasus. Jumlah kasus baru BTA positif menurut jenis kelamin, kelompok umur, dan provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.7 dan Lampiran 3.8.

c. Penyakit HIVAIDS

Perkembangan penyakit HIVAIDS terus menunjukkan peningkatan, meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Semakin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra-sentra pembangunan ekonomi di Indonesia, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya melalui suntikan, secara simultan telah memperbesar tingkat risiko penyebaran HIVAIDS. Saat ini Indonesia telah digolongkan sebagai negara dengan tingkat epidemi yang terkonsentrasi concentrated level epidemic, yaitu adanya prevalensi lebih dari 5 pada sub populasi tertentu misalnya pada kelompok penjaja seks dan pada para penyalahguna NAPZA. Jumlah penderita HIVAIDS dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es iceberg phenomena, yaitu jumlah penderita yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada jumlah penderita yang sebenarnya. Hal ini berarti bahwa jumlah penderita HIVAIDS di Indonesia yang sebenarnya belum diketahui dengan pasti. Jumlah kumulatif kasus HIVAIDS yang dilaporkan sampai dengan 31 Desember 2005 sebanyak 9.565 kasus terdiri dari 4.244 kasus infeksi HIV dan 5.321 kasus AIDS, 1.332 kasus di antaranya telah meninggal dunia. Rate kumulatif kasus AIDS per 100.000 penduduk secara nasional sebesar 2,65. Rate tertinggi terjadi di Papua sebesar 49,06 18,51 kali angka nasional, DKI Jakarta sebesar 23,15 8,74 kali angka nasional, Bali sebesar 7,19 2,71 kali angka nasional, dan Maluku sebesar 5,75 2,17 kali angka nasional. Kasus yang dilaporkan telah meninggal dunia sebesar 25,03. Cara penularan AIDS pada tahun 2003 adalah melalui hubungan heteroseksual, namun hingga akhir tahun 2005 cara penularan terbanyak yang dilaporkan adalah penularan pada penyalahguna NAPZA suntik Intravenous Drug User = IDU. Penularan yang terkait dengan IDU tahun 2005 terjadi pada 48,9 kasus AIDS disusul penularan melalui hubungan