Anak 2-4 Tahun yang Pernah Disusui

14 sebesar 42,80 yang kemudian disusul oleh bayi 12-17 bulan 21,86, dan bayi 18-23 bulan 21,21. Wilayah dengan persentase anak yang pernah disusui selama 24 bulan tertinggi adalah Provinsi DI Yogyakarta sebesar 57,87, disusul oleh Jawa Tengah 52,37 dan Kalimantan Selatan 50,01. Sedangkan persentase terendah adalah Provinsi Maluku 14,12, disusul oleh Sumatera Utara 21,59 dan Kepulauan Riau 23,39. Secara nasional, persentase bayi yang disusui selama 24 bulan mengalami fluktuasi selama 3 tahun terakhir. Pada tahun 2003, persentase mencapai 43,08, angka ini turun menjadi 41,36 pada tahun 2004 yang kemudian kembali naik pada tahun 2005 mencapai 42,80. Rincian per provinsi dan wilayah dapat dilihat pada Lampiran 2.19, 2.19.a, dan 2.19.b. Uraian di atas merupakan penjelasan secara umum tentang Indonesia tahun 2005 secara ringkas. Penjelasan yang diberikan melingkupi berbagai aspek, seperti kependudukan, perekonomian, pendidikan, kesehatan lingkungan, dan beberapa perilaku penduduk yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor kesehatan. 15

BAB I I I SI T U ASI DERAJ AT K ESEH AT AN

Untuk menggambarkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia berikut ini disajikan situasi mortalitas, morbiditas, dan status gizi masyarakat.

A. MORTALITAS

Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survei dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab utama kematian yang terjadi pada periode terakhir akan diuraikan di bawah ini.

1. Angka Kematian Bayi AKB

Data kematian yang terdapat pada suatu komunitas dapat diperoleh melalui survei, karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. AKB di Indonesia berasal dari berbagai sumber, yaitu Sensus Penduduk, SurkesnasSusenas, dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI. Gambaran perkembangan terakhir mengenai estimasi AKB dari beberapa sumber dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini. GAMBAR 3.1 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP TAHUN 1995 S.D TAHUN 2003 55 54 52 50 44 47 50 35 10 20 30 40 50 60 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002-2003 E s ti m a si AKB Sumber: Indikator Kesejahteraan Anak 2001 estimasi SUPAS 1995, Estimasi Susenas 2002-2003, dan SDKI 2002-2003 Dalam beberapa tahun terakhir AKB telah banyak mengalami penurunan yang cukup besar meskipun pada tahun 2000 dan 2001 meningkat kembali sebagai dampak dari berbagai krisis yang melanda Indonesia. Pada tahun 1995 AKB diperkirakan sebesar 55 per 1.000 16 kelahiran hidup, kemudian turun menjadi 52 pada tahun 1997, dan turun lagi menjadi 44 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1999, kemudian naik menjadi menjadi 47 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. AKB menurut hasil SurkesnasSusenas berturut-turut pada tahun 2001 sebesar 50 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB menurut hasil SDKI 2002- 2003 terjadi penurunan yang cukup besar dari tahun 1997 sebesar 52 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-2003. Provinsi dengan AKB terendah adalah Bali 14 per 1.000 kelahiran hidup, DI Yogyakarta 20 per 1.000 kelahiran hidup, dan Sulawesi Utara 25 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB tertinggi di Provinsi Gorontalo 77 per 1.000 kelahiran hidup, Nusa Tenggara Barat 74 per 1.000 kelahiran hidup, dan Sulawesi Tenggara 67 per 1.000 kelahiran hidup. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003 dinyatakan pula AKB menurut berbagai karakteristik latar belakang, yaitu menurut tempat tinggal di perkotaan dan di perdesaan, tingkat pendidikan, dan menurut indeks kekayaan. AKB menurut ketiga karakteristik latar belakang tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini. GAMBAR 3.2 ANGKA KEMATIAN BAYI AKB MENURUT LATAR BELAKANG TEMPAT TINGGAL, 2002-2003 GAMBAR 3.3 ANGKA KEMATIAN BAYI AKB MENURUT LATAR BELAKANG PENDIDIKAN, 2002-2003 32 52 10 20 30 40 50 60 Perkotaan Perdesaan 67 65 43 36 23 20 40 60 80 Tidak sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMP SMP+ GAMBAR 3.4 ANGKA KEMATIAN BAYI AKB MENURUT LATAR BELAKANG INDEKS KEKAYAAN, 2002-2003 61 50 44 36 17 10 20 30 40 50 60 70 Terendah Tengah bawah Tengah Tengah atas Atas Pada tahun 2000, AKB di rumah sakit adalah 15,8 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian meningkat tajam pada tahun 2001 dan 2002 menjadi 42,9 dan 40,6 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2003, AKB di rumah sakit mengalami penurunan berarti yaitu sebesar 22,9 per 1.000 kelahiran hidup, kemudian pada tahun 2004 mengalami sedikit kenaikan menjadi 29,4 per 1.000 kelahiran hidup. Tahun 2005 mengalami penurunan kembali menjadi 23,7 per 1.000 kelahiran hidup. Akan tetapi selama kurun waktu 5 tahun 2001-2005 angka kematian bayi tidak bisa menurun seperti pada tahun 2000 15,8. Tabel 3.1 di bawah ini merupakan data kematian bayi di rumah sakit selama tahun 2000–2005.