KEADAAN PENDIDIKAN I GAM BARAN U M U M DAN PERI LAK U PEN DU DU K

8 umur, semakin rendah APS, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan wilayah, APS penduduk perkotaan lebih besar dibandingkan APS penduduk perdesaan. Layaknya APS, Angka Partisipasi Murni yang menunjukkan banyaknya penduduk usia sekolah yang masih bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya bervariasi berdasarkan golongan umur maupun tipe daerah. APM SD di daerah perkotaan sebesar 92,76, lebih kecil dibandingkan angka di perdesaan yang sebesar 93,58. APM SLTP di perkotaan sebesar 72,74, lebih besar dibandingkan angka di perdesaan sebesar 60,17. Sedangkan APM SMU di perkotaan sebesar 56,81 dan di perdesaan hanya 32,75. Secara nasional APM SD sebesar 93,25, APM SLTP sebesar 65,37, dan APM SMU 43,50. TABEL 2.1 ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH PENDUDUK UMUR 7-18 TAHUN MENURUT TIPE DAERAH, JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR TAHUN 2005 Kelompok Umur Tahun DaerahJenis Kelamin 7-12 13-15 16-18 Perkotaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan Perkotaan + Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan 97,82 98,14 97,98 96,38 96,75 96,56 96,96 97,32 97,14 90,07 89,08 89,59 79,27 80,98 80,09 83,70 84,37 84,02 66,48 64,33 65,41 44,24 44,84 44,52 53,96 53,75 53,86 TABEL 2.2 ANGKA PARTISIPASI MURNI MENURUT TIPE DAERAH , JENIS KELAMIN DAN JENJANG PENDIDIKAN TAHUN 2005 Kelompok Umur Tahun DaerahJenis Kelamin SD SLTP SMU Perkotaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan Perkotaan + Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan 92,95 92,59 92,76 93,57 93,59 93,58 93,31 93,18 93,25 72,13 73,39 72,74 58,94 61,50 60,17 64,34 66,47 65,37 57,86 55,77 56,81 32,48 33,04 32,75 43,57 43,43 43,50 Sumber : Statistik Kesra, 2005 9 Di Indonesia pada tahun 2005, persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang tidak memiliki ijazahSTTB sebanyak 29,28. Sedangkan yang sudah memiliki ijazahSTTB yang dimiliki yakni SDMI sebanyak 32,34, tamat SLTPMTs sebanyak 17,06, tamat SMUMASMK sebanyak 17,07, dan tamat Diploma I sampai dengan Universitas sebesar 4,25. Dengan demikian maka persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang memiliki ijazah SMUSMK atau pendidikan yang lebih tinggi sebesar 21,32. Provinsi dengan persentase tertinggi penduduknya berpendidikan SMUSMK atau lebih tinggi adalah DKI Jakarta 44,15, Kepulauan Riau 41,20 dan DI Yogyakarta 33,60. Sedangkan yang terendah di Provinsi Nusa Tenggara Timur 12,83, Kalimantan Barat 14,96, dan Gorontalo 15,67. Persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas menurut ijazahSTTB tertinggi yang dimiliki per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 2.10. TABEL 2.3 PERSENTASE PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MENURUT TIPE DAERAH , JENIS KELAMIN DAN STATUS PENDIDIKAN TAHUN 2005 IjazahSTTB Tertinggi yang Dimiliki DaerahJenis Kelamin Tidak Memiliki SD MI SLTP MTs SMU MA SMU Kejuruan Dipl I Dipl II Akademi Dipl III Dipl IV S1S2 S3 Jumlah Perkotaan Laki-laki Perempuan L + P Perdesaan Laki-laki Perempuan L + P Perkotaan + Perdesaan Laki-laki Perempuan L + P 17,09 22,62 19,88 32,82 40,82 36,82 25,86 32,68 29,28 25,37 27,26 26,32 37,86 36,45 37,16 32,33 32,34 32,34 19,43 19,23 19,33 16,63 13,86 15,24 17,87 16,26 17,06 21,53 18,76 20,13 8,08 5,83 6,96 14,03 11,61 12,82 8,18 5,36 6,76 2,84 1,64 2,24 5,20 3,30 4,25 0,95 1,34 1,15 0,53 0,60 0,57 0,72 0,93 0,82 1,94 1,76 1,85 0,31 0,26 0,29 1,03 0,93 0,98 5,51 3,64 4,59 0,93 0,55 0,74 2,96 1,95 2,45 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Pada Tabel 2.3 di atas kita diketahui bahwa persentase penduduk 10 tahun ke atas yang tidak memiliki ijazahSTTB di perdesaan 36,82 lebih besar dibandingkan perkotaan 19,88. Perbedaan signifikan juga terjadi pada persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang memiliki ijazahSTTB SMUMASMK hingga Universitas. Pada perkotaan sebesar 34,48, sedangkan perdesaan hanya sebesar 10,08. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin persentase penduduk 10 tahun ke atas yang memiliki ijazahSTTB SMUMASMK hingga Universitas pada laki-laki 23,94 lebih besar dibandingkan pada kelompok perempuan 18,72. Sumber : Statistik Kesra, 2005 Sumber : Statistik Kesra, 2005 10

D. KEADAAN LINGKUNGAN

Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator persentase rumah sehat dan persentase Tempat-tempat Umum dan Pengelolaan Makanan TUPM sehat. Selain itu disajikan pula beberapa indikator tambahan yang dianggap masih relevan, yaitu persentase rumah tangga menurut sumber air minum, persentase rumah tangga menurut Sarana Pembuangan Air Besar, dan persentase rumah tangga menurut Tempat Penampungan Akhir KotoranTinja. 1. Rumah Sehat Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah. Rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan berisiko menjadi sumber penularan berbagai jenis penyakit. Cakupan rumah sehat pada tahun 2005 mencapai 69, sedikit mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya walaupun masih di bawah target yang ditetapkan 75, dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini. GAMBAR 2.5 TARGET DAN REALISASI CAKUPAN RUMAH SEHAT TAHUN 2000 – 2005 10 20 30 40 50 60 70 80 2000 2001 2002 2004 2005 Target Realisasi Sumber : Profil Ditjen PP-PL, 2005

2. Akses Terhadap Air Minum

Berdasarkan Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2005, sumber air minum yang digunakan rumah tangga dikategorikan menjadi 2 kelompok besar, yaitu sumber air minum terlindung dan tidak terlindung. Sumber air minum terlindung terdiri dari air kemasan, ledeng, pompa, mata air terlindung, sumur terlindung, dan air hujan. Sedangkan sumber air minum tak terlindung terdiri dari sumur tak terlindung, mata air tak terlindung, air sungai, dan lainnya. Statistik Kesra BPS Tahun 2005 menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung sebesar 82,67, sedangkan persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum tak terlindung sebesar 17,37. DKI Jakarta merupakan provinsi dengan persentase terbesar untuk rumah tangga yang memiliki sumber air minum 11 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Tahun Ca kupa n Cakupan 74,11 64,87 79,91 79 79,8 2001 2002 2003 2004 2005 terlindung, yaitu 98,45, disusul oleh Bali 92,33 dan DI Yogyakarta 90,62. Persentase rumah tangga yang memiliki sumber air minum terlindung yang paling rendah berada di Provinsi Kalimantan Tengah, yaitu sebesar 53,86, disusul oleh Bengkulu 56,92 dan Papua 57,94. Pada kelompok sumber air minum terlindung, rumah tangga di Indonesia sebagian besar memiliki sumur terlindung dengan persentase 35,63. Persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air minum ledeng menempati urutan ke-2 yaitu 17,99, kemudian pompa 13,73, mata air terlindung 8,52, air kemasan 4,06 dan air hujan 2,70. Sedangkan pada kelompok air minum tak terlindung, rumah tangga di Indonesia, sebagian besar memanfaatkan sumur tak terlindung dengan persentase 9,75, disusul oleh mata air tak terlindung sebesar 3,96, air sungai sebesar 3,21 dan lainnya sebesar 0,45. Persentase rumah tangga menurut sumber air minum, provinsi dan wilayah secara lebih rinci disajikan pada Lampiran 2.12, 2.12.a, dan Lampiran 2.12.b. GAMBAR 2.6 PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT SUMBER AIR MINUM TAHUN 2005 T e rlindung 8 2 .6 7 T a k T e rlindung 1 7 .3 7 Kualitas air minum merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan, sehingga aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satu indikator kualitas air minum yang sering digunakan adalah kualitas bakteriologi yang terdiri dari unsur E.Coli dan Total Coliform. Pada tahun 2003 kualitas bakteriologi air minum sebesar 79,91, angka ini sedikit menurun pada tahun 2004 menjadi 79, kemudian mengalami peningkatan menjadi 79,8 pada tahun 2005. GAMBAR 2.7 CAKUPAN AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KUALITAS BAKTERIOLOGI TAHUN 2001 - 2005 Sumber : Statistik Kesra, 2005