Angka Kematian Balita AKABA Angka Kematian Ibu Maternal AKI

19 GAMBAR 3.5 ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL PER 100.000 KELAHIRAN HIDUP HASIL SDKI DAN SKRT, TAHUN 1982 – 2003 450 450 425 390 373 334 307 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 1982 1986 1992 1994 1995 1997 2002-2003 P e rki raan AKI Sumber: SDKI 1982, 1994, 1997, 2002-2003 SKRT 1986, 1992, 1995 AKI yang dihasilkan oleh SKRT dan SDKI hanya menggambarkan angka nasional, tidak dirancang untuk mengukur angka kematian ibu menurut provinsi. Kematian ibu maternal di rumah sakit periode 2001-2005 cenderung menurun dari 7,5 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2001 menjadi 0,9 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2005. Namun tahun 2004, kematian ibu maternal mengalami kenaikan tajam dari sebelumnya 1,1 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 8,6 per 1.000 kelahiran hidup. Data angka kematian ibu maternal tahun 2001 - 2005 di rumah sakit dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut. TABEL 3.4 ANGKA KEMATIAN IBU MATERNAL DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2001 – 2005 Tahun Jumlah Kematian Ibu Jumlah Lahir Hidup Kematian Per 1.000 KH 2001 1.203 161.073 7,5 2002 649 127.053 5,1 2003 153 135.094 1,1 2004 956 109.297 8,6 2005 116 132.745 0,9 Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006 Data angka kematian ibu maternal di rumah sakit yang bersumber dari Ditjen Yanmedik, menggambarkan jumlah kematian maternal di rumah sakit yang terjadi per 1.000 kelahiran hidup dan penyebab kematian maternal tersebut dijelaskan pada Tabel 3.5 di bawah ini. 20 TABEL 3.5 DISTRIBUSI PASIEN KEHAMILAN, PERSALINAN DAN MASA NIFAS KELUAR MATI MENURUT GOLONGAN SEBAB SAKIT DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005 No DTD ICD-10 Golongan sebab sakit Kasus Mati CFR 1 234 - 236.9 O00 - O09 Kehamilan yang berakhir abortus 44.872 26 95 0,21 2 237.0 - .1 O14 - O15 Eklamsia dan preeklamsia 8.379 4,91 197 2,35 3 238 O44 Plasenta previa 4.726 2,77 40 0,85 4 238.9 O46 Perdarahan antepartum 2.346 1,37 16 0,68 5 241 O72 Perdarahan pasca persalinan 8.212 4,81 71 0,86 6 242.1 O60 Persalinan prematur 3.142 1,84 31 0,99 7 242.2 O68 Persalinan dengan penyulit gawat janin 3.280 1,92 8 0,24 8 237.9,238.1, 239.0-240, 242.0, 242.3, 242.9,244 O10-O3,O16,O20- O25, O29-O30,O40- O43, O45,O47,064- O67, O69,074- Penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya 95.768 56,09 214 0,22 Jumlah 170.725 672 0.39 Sumber : Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006 Jika dilihat dari golongan sebab sakit, kasus obstetri terbanyak pada tahun 2005 adalah disebabkan penyulit kehamilan, persalinan dan masa nifas lainnya yaitu 56,09, diikuti dengan kehamilan yanmg berakhir abortus 26. Sedangkan jika dilihat dari nilai CFR Case Fatality Rate, penyebab kematian terbesar adalah eklamsia dan preeklamsia dengan CFR 2,35, walaupun persentase kasusnya tidak tinggi yaitu 4,91 dari keseluruhan kasus obstetri.

4. Angka Kematian Kasar AKK

Estimasi AKK berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus SUPAS 1995 menunjukkan AKK sebesar 7,7 per 1.000 penduduk pada tahun 1995, turun menjadi 7,6 per 1.000 penduduk pada tahun 1996 dan tidak berubah sampai dengan tahun 1998. Kemudian pada tahun 1999 AKK turun menjadi 7,5 per 1.000 penduduk dan turun lagi menjadi 7,4 per 1.000 penduduk pada tahun 2000. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan angka kematian kasar dalam kurun waktu tahun 1995 – 2000 relatif stabil dengan penurunan yang sangat kecil. Sedangkan angka kematian kasar menurut provinsi sangat bervariasi dengan rentangan angka terendah sebesar 4,26 per 1.000 penduduk di Provinsi Riau dan tertinggi sebesar 9,43 di Provinsi DI Yogyakarta. TABEL 3.6 ANGKA KEMATIAN KASAR DI RUMAH SAKIT INDONESIA TAHUN 2005 Tahun Jumlah Kasus Jumlah Mati 2001 2.597.512 82.440 3,2 2002 2.346.136 88.441 3,8 2003 2.270.657 81.943 3,6 2004 2.140.954 99.615 4,6 2005 2.561.106 85.567 3,3 Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006 21 Sedangkan penyebab kematian terbanyak dari penderita rawat inap di rumah sakit pada tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini. TABEL 3.7 10 PENYAKIT UTAMA PENYEBAB KEMATIAN MENURUT DTD DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005 No DTD Sebab sakit Jumlah Mati [a] 1 155 Stroke tidak menyebut perdarahan atau infark 4.692 4,87 2 153 Perdarahan intrakranial 3.572 3,71 3 17 Septisemia 3.065 3,18 4 214,9 Gagal ginjal lainnya 3.047 3,16 5 278 Cedera intrakranial 3.021 3,13 6 169 Pneumonia 2.765 2,87 7 246 Pertumbuhan janin lamban malnutrisi janin dan gangguan yang berhubungan dengan kehamilan pendek dan berat badan lahir rendah 2.606 2,70 8 152,9 Penyakit jantung lainnya 2.577 2,67 9 104,9 Diabetes melitus YTT 2.086 2,16 10 007,1 Tuberkulosis paru lainnya 2.024 2,10 Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006 Keterangan: [a] persen terhadap total kematian di rumah sakit

5. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir UHH

Penurunan AKB sangat berpengaruh pada kenaikan UHH waktu lahir. Angka kematian bayi sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin pada penurunan AKB dan kenaikan UHH pada waktu lahir. Meningkatnya umur harapan hidup ini secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Umur Harapan Hidup waktu lahir penduduk Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan yang bermakna terutama pada periode tahun 1980-1995. Estimasi UHH yang sebesar 52,41 tahun 1980 SP 1980 meningkat menjadi 63,48 tahun 1995 SUPAS 1995, dan diperkirakan menjadi 66,2 tahun pada 2002 SDKI 2002-2003. Pada tahun 2002 provinsi dengan UHH waktu lahir tertinggi adalah DI Yogyakarta 72,4 tahun, DKI Jakarta 72,3 tahun, dan Sulawesi Utara 70,9 tahun. Sedangkan UHH waktu lahir terendah di Nusa Tenggara Barat 59,3 tahun, Kalimantan Selatan 61,3 tahun, dan Banten 62,4 tahun. Gambaran perkembangan umur harapan hidup waktu lahir dalam 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut.