Umur Harapan Hidup Waktu Lahir UHH

22 TABEL 3.8 UMUR HARAPAN HIDUP WAKTU LAHIR Eo MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 1990 – 2002 Tahun Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan 1992 60,42 64,15 62,34 1993 60,79 64,54 62,72 1994 61,16 64,92 63,1 1995 61,54 65,31 63,48 1996 61,91 65,71 63,86 1997 62,29 65,71 63,86 1998 62,63 66,45 64,59 1999 63,55 67,41 65,54 2000 63,45 67,3 65,43 2002 [a] - - 66,20 Sumber: Indikator Kesejahteraan Anak 2001 hasil SP 1990, 2000 dan estimasi SUPAS 1995 [a] Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI 2002-2003 Tabel di atas menunjukkan bahwa umur harapan hidup waktu lahir untuk kelompok penduduk perempuan dari waktu ke waktu relatif lebih tinggi daripada umur harapan hidup waktu lahir untuk kelompok penduduk laki-laki. Rincian angka kematian bayi, angka kematian balita, dan umur harapan hidup waktu lahir menurut provinsi tahun 2002 – 2003 dapat dilihat pada Lampiran 3.1.

6. Indeks Pembangunan Manusia IPM

Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator gabungan yang memperlihatkan kualitas manusia secara komprehensif dari segi ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. Indikator-indikator tersebut adalah keseimbangan daya beli purchasing power parity dan pendapatan ekonomi, angka melek huruf dan partisipasi sekolah di pendidikan dasar dan lanjutan pendidikan serta umur harapan hidup sejak lahir kesehatan. GAMBAR 3.6 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA TAHUN 1996-2005

67.7 64.3

65.8 69.6

20 40 60 80 1996 1999 2002 2005 IPM Sumber: BPS, Bappenas, UNDP Gambar 3.6 memperlihatkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia sejak tahun 1996 hingga 2005 cenderung meningkat. Pada tahun 1996 IPM 67,7 menjadi 69,6 pada tahun 2005. Tahun 2005 Indeks Pembangunan Manusia tertinggi dicapai DKI Jakarta 76,1 diikuti Sulawesi Utara 74,2 dan Riau 73,6. Sedangkan Papua, Nusa Tenggara Barat, dan 23 Nusa Tenggara Timur merupakan 3 provinsi dengan IPM terendah. Data IPM per provinsi tahun 1999-2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.1.a.

B. MORBIDITAS

Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat community based data yang diperoleh melalui studi morbiditas, dan hasil pengumpulan data dari Dinas Kesehatan KabupatenKota serta dari sarana pelayanan kesehatan facility based data yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Gambaranpola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit adalah data tahun 2005 disajikan pada Tabel 3.9 berikut ini. TABEL 3.9 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT TAHUN 2005 No Golongan Sebab Sakit Jumlah Pasien 1 Infeksi saluran napas bagian atas akut lainnya 1,117,179 7.05 2 Penyakit kulit dan jaringan subkutan lainnya 501,280 3.16 3 Hipertensi esensial primer 464,697 2.93 4 Demam yang sebabnya tidak diketahui 446,897 2.82 5 Cedera YDT lainnya YTT dan daerah badan multipel 389,568 2.46 6 Diare gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu kolitis Inf. 370,479 2.34 7 Tuberkulosis paru lainnya 369,071 2.33 8 Diabetes melitus YTT 338,056 2.13 9 Penyakit pulpa dan periapikal 319,080 2.01 10 Gastritis dan duodenitis 255,689 1.61 Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006 Sedangkan pola 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 3.10 di bawah ini. TABEL 3.10 POLA 10 PENYAKIT TERBANYAK PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TAHUN 2005 No Golongan Sebab Sakit Jumlah Pasien 1 Diare gastroenteritis oleh penyebab infeksi tertentu kolitis infeksi 193.856 7,52 2 Demam tifoid dan paratifoid 81.116 3,15 3 Demam berdarah dengue 77.539 3,01 4 Penyulit kehamilan dan persalinan lainnya 69.92 2,71 5 Cedera intrakranial 59.468 2,31 6 Kecelakaan angkutan darat 54.463 2,11 7 Demam yang sebabnya tidak diketahui 50.376 1,95 8 Cedera YTD lainnya YTT dan daerah badan Multipel 49.477 1,92 9 Malaria termasuk semua jenis malaria 42.633 1,65 10 Pneumonia 42.512 1,65 Sumber: Ditjen Yanmedik, Depkes RI, 2006