Keracunan Penyakit Tidak Menular

54 Data keracunan makanan per provinsi pada tahun 2005 menunjukkan bahwa Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah kasus dan jumlah penderita tertinggi yaitu 40 kasus dan 4.469 penderita. Sedangkan provinsi dengan CFR tertinggi yaitu Riau CFR=2,5.

C. STATUS GIZI

Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah BBLR, status gizi balita, status gizi wanita usia subur Kurang Energi Kronis KEK, dan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium GAKY, sebagaimana diuraikan berikut ini.

1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah BBLR

Angka BBLR secara nasional belum tersedia, walaupun demikian proporsi BBLR dapat diketahui berdasarkan hasil estimasi dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia SDKI. Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa proporsi BBLR pada periode tahun 1992- 1997 dan 2002-2003. TABEL 3.25 PROPORSI BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH TAHUN 1992-1997 DAN 2002-2003 1992-1997 2002-2003 Nasional 7,7 7,6 Perkotaan 6,6 Perdesaan 8,4 Provinsi 3,6 - 15,6 Sumber: SDKI Berat Badan Lahir Rendah kurang dari 2.500 gram merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu: BBLR karena prematur usia kandungan kurang dari 37 minggu atau BBLR karena intrauterine growth retardation IUGR, yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR dengan IUGR karena ibu berstatus gizi buruk, Anemia, Malaria, dan menderita Penyakit Menular Seksual PMS sebelum konsepsi atau pada saat hamil. BBLR bersama kehamilan pendek mengakibatkan gangguan yang menjadi penyebab nomor 3 kematian pada masa perinatal di rumah sakit tahun 2005 Tabel 3.2. Sementara itu data BBLR yang dihimpun dari rumah sakit umum, Rumah Sakit Ibu Anak, dan Rumah Sakit Bersalin pada tahun 2005 memberikan gambaran bahwa persentase bayi lahir hidup dengan BBLR di rumah sakit sebesar 27,9. 2. Gizi Balita Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah dengan anthropometri yang menggunakan indeks Berat Badan Umur BBU. Kategori yang digunakan adalah: gizi lebih z-score +2 SD; gizi baik z-score –2 SD sampai +2 SD; gizi kurang z-score -2 SD sampai –3 SD; gizi buruk z-score -3SD. 55 Dari hasil Susenas dan SKRT yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, diperoleh gambaran perkembangan status gizi balita seperti terlihat pada Gambar 3.44 berikut. GAMBAR 3.44 PERSENTASE BALITA GIZI BURUK, GIZI KURANG, GIZI BAIK DAN GIZI LEBIH, TAHUN 1998 – 2005 20 40 60 80 Gizi buruk 10,51 8,11 7,53 6,3 7,47 8,55 8,8 Gizi kurang 19 18,25 17,13 19,8 18,35 19,62 19,24 Gizi baik 67,33 69,06 72,09 71,1 71,88 69,59 68,48 Gizi lebih 3,15 4,58 3,25 2,7 2,3 2,24 3,48 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2005 Sumber: SusenasSurvei Garam Yodium Rumah Tangga dan SKRT, Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes Dari laporan hasil Survei Konsumsi Garam Yodium Rumah Tangga dan SKRT selama periode 1998-2000 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang menurun. Namun, mulai tahun 2001 hingga 2005 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang terus meningkat. Tahun 2005 diketahui bahwa persentase balita yang bergizi baiknormal sebesar 68,48. Dari tabel berikut dapat diketahui persentase balita perempuan yang bergizi baik relatif lebih tinggi dibandingkan balita laki-laki. TABEL 3.26 PERSENTASE BALITA MENURUT STATUS GIZI DAN JENIS KELAMIN TAHUN 2003 – 2005 Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Lebih 2,03 2,47 2,24 3,5 2,8 3,2 3,13 3,84 3,48 Normal 67,89 71,41 69,59 74,5 75,2 74,8 66.88 70,15 68,46 Kurang 20,73 18,43 19,62 18,9 18,5 18,8 20,49 17,93 19,24 Buruk 9,35 7,69 8,55 3 3,4 3,2 9,5 8,08 8,8 2003 2004 2005 Sumber: BPS, Survei Garam Konsumsi Yodium Rumah Tangga, 20032005 dan SKRT 2004 Dit. Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas, Depkes Sementara itu, untuk persentase balita dengan status gizi buruk menurut provinsi dapat dilihat pada Gambar 3.45 berikut ini, sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.35.