Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD Pengendalian Penyakit Malaria

81

7. Pengendalian Penyakit Kusta

Upaya pelayanan terhadap penderita penyakit Kusta antara lain adalah melakukan penemuan penderita melalui berbagai survei anak sekolah, survei kontak dan pemeriksaan intensif penderita yang datang ke pelayanan kesehatan dengan keluhan atau kontak dengan penderita penyakit Kusta. Semua penderita yang ditemukan langsung diberikan pengobatan paket MDT yang terdiri atas Rifampicin, Lampren, dan DDS selama kurun waktu tertentu. Sedangkan untuk penderita yang ditemukan sudah dalam kondisi parah akan dilakukan rehabilitasi melalui institusi pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas pelayanan lebih lengkap. Hasil dari berbagai kegiatan penemuan kasus baru penderita Kusta yang dilakukan selama tiga tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut. TABEL 4.9 PEMERIKSAAN PENDUDUK, PENEMUAN KASUS BARU , PENDERITA CACAT DAN PENDERITA DIOBATI SECARA NASIONAL TAHUN 2003 SD 2005 Suspek Positif Tahun Suspek Diperiksa PB MB CDR Penderita Cacat Penderita Diobati 2003 163.781 3.594 11.956 7,3 8,0 2004 212.462 3.615 12.957 7,8 8,6 17.519 2005 t.a.d 4.056 15.639 8,9 8,7 t.a.d Catatan : MB = Multi Basiller, PB = Pausi Basiller Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI Penderita cacat tingkat II cacat akibat kerusakan syaraf dan cacat terlihat mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, tahun 2004 sebesar 1.430 8,6 menjadi 1.722 8,7 pada tahun 2005. Proporsi cacat tingkat II dan proporsi anak di antara kasus baru penyakit Kusta masih di atas indikator program 5, proporsi masih relatif stabil. Hal ini berarti penularan masih terjadi di masyarakat dan kasus ditemukan terlambat sehingga pada saat penemuan penderita sudah mengalami cacat tingkat II. Proporsi cacat tingkat II dan proporsi anak tahun 2000 – 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.29 di bawah ini. GAMBAR 4.29 PROPORSI CACAT TINGKAT II DAN PROPORSI ANAK TAHUN 2000 – 2005 8,7 10,6 7,7 8,6 8 8 8,8 10,2 10,5 8,9 9,1 10 5 10 15 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Cacat Tk.II anak Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes, 2005 82

8. Pengendalian Penyakit Filaria

Upaya kesehatan dalam rangka pemberantasan penyakit Filaria difokuskan pada kegiatan penemuan penderita, pengobatan dan pengendalian vektor potensial di wilayah- wilayah endemis. Upaya penemuan penderita yang dilakukan pada 10 desa sentinel di 10 provinsi selama tahun 2004 dan 2005 dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut. TABEL 4.10 HASIL PENATALAKSANAAN KASUS FILARIASIS SAMPAI DENGAN TAHUN 2005 DI AREA ENDEMIS 2005 No Provinsi Desa Sentinel Diperiksa Positif Mf Rate 1 Sumatera Utara Sigara-gara Pekan Sialang Buah 420 151 6 2 1.43 1.37 2 Sumatera Barat Taratak 100 7 7 3 Riau Tanjung Bunga Kota Lama Hidup Baru 500 224 129 18 3 3 3.6 1.34 2.3 4 Kepulauan Riau Semahal Cenot Mepar 331 259 9 14 2.7 5.4 5 Sumatera Selatan Batu Marta Jambu Ilir 224 250 3 5 1.4 2 6 Kalimantan Timur Moderen Merayek Gunung Sari Liang Hulu Pulau Sapi Kelinjau Ulu 170 92 300 264 373 363 44 11 3 9 4 7 26 11.9 1 3.41 1.07 1.93 7 Kalimantan Selatan Ulu Banteng Bina Wana 260 510 3 12 1.2 2.3 DI LUAR AREA ENDEMIS 2005 N o Provinsi Desa Sentinel Diperiksa Positif Mf Rate 1 Jawa Barat Taman Sari Tegal Waru 462 147 9 10 1.59 2.4 2 Jawa Tengah Tawang Rejo 358 5 1.4 3 Sulawesi Tengah Bonebae 91 1 1.1 4 Sulawesi Selatan Batu 511 7 1.37 5 Sulawesi Tenggara Benua Pakue Labungka Lantawonua 108 359 278 411 2 10 3 5 1.5 2.78 1.08 1.2 6 Sulawesi Barat Pasang Kayu 462 11 2.38 7 Gorontalo Talumolo 519 6 1.16 8 NTT Eahun 522 55 10.54 9 Maluku Rumoat 447 14 3.13 10 Maluku Utara Naga 349 8 2.29 11 Papua Bagia Karfasia 192 65 8 10 4.17 15.38 Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dikatakan bahwa Mf Rate Mikrofilaria Rate di wilayah sentinel selama tahun 2005 sangat bervariasi antara 1 sampai 26, rate tertinggi di Desa Moderen, Kalimantan Timur dan terendah di Desa Gunung Sari, Kalimantan Timur. Sedangkan cakupan pengobatan masal yang dilakukan selama empat tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.30 berikut.