Pelayanan Farmasi Rumah Sakit

89 berjumlah 14.986.804, obat non generik formularium 5.402.272 dan obat non generik berjumlah 10.281.995. Dari data tersebut terlihat bahwa pemberian obat generik masih menjadi peringkat pertama disusul dengan obat non generik dan non generik formularium. Jumlah kegiatan farmasi rumah sakit dapat dilihat pada Gambar 4.37 berikut. Data menurut provinsi terdapat pada Lampiran 4.21. GAMBAR 4.37 JUMLAH KEGIATAN FARMASI PADA RSU DEPKES DAN PEMDA DI INDONESIA TAHUN 2005 14.986.804 10.281.995 5.402.272 4.000.000 8.000.000 12.000.000 16.000.000 Generik Non Generik Non Generik Formularium Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes, 2006

2. Pemanfaatan Obat Generik

Penggunaan obat generik merupakan salah satu langkah dalam upaya meningkatkan kemampuan masyarakat menjangkau obat yang berkualitas. Keberhasilan dalam sosialisasi pemanfaatan obat generik sangat dipengaruhi oleh keseriusan tenaga kesehatan dan terjaminnya ketersediaan obat generik di fasilitas kesehatan. Berdasarkan hasil pengumpulan dataindikator kinerja SPM bidang kesehatan Kabupatenkota penulisan resep obat generik selama dua tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 4.38 berikut. GAMBAR 4.38 PERSENTASE PEMBUATAN RESEP OBAT GENERIK DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN SECARA NASIONAL TAHUN 2003 SD 2004 28,389,957 20,810,557 35,821,800 26,651,053 - 10,000,000 20,000,000 30,000,000 40,000,000 2003 2004 TTL RESEP OBT GENERIK Sumber: Data Indikator Kinerja SPM KabKota 90 Dari gambar di atas terlihat bahwa proporsi penulisan resep obat generik di sarana pelayanan kesehatan selama dua tahun terakhir tidak banyak mengalami perubahan yaitu 74,4 pada tahun 2004 dan 73,3 pada tahun 2003. Sebanyak sebelas provinsi melaporan cakupan penulisan obat generik ≥ 90 dengan cakupan tertinggi Provinsi Gorontalo dan Banten 100, Jambi 99,95, Bangka Belitung 99,76, enam provinsi memiliki cakupan ≤ 50 dengan angka terendah dilaporkan Provinsi Irian Jaya Barat 5,85, Lampung 27,3, Kalimantan Timur 28,87 dan DI Yogyakarta 35,91. Sedangkan provinsi dengan persentase tertinggi dilaporkan Provinsi Nusa Tenggara Barat 95,17, Jambi 94,77, dan Sulawesi Utara 92,29; sedangkan Provinsi Sulawesi Barat dan DKI Jakarta tidak ada data. Rincian persentase penulisan resep obat generik menurut provinsi tahun 2004 disajikan pada Lampiran 4.22.

3. Penanganan Penyalahgunaan NAPZA Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif

Lainnya Penanganan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit di Indonesia terdiri dari kegiatan kuratif, rehabilitatif dan aftercare dengan jenis NAPZA yang dipergunakan adalah Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya. Tahun 2005 kegiatan kuratif pengobatan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit berjumlah 6.130 dengan rincian 5.182 jenis Narkotika, 630 Psikotropika dan 248 zat adiktif lainnya. Kegiatan rehabilitatif berjumlah 263 terdiri dari 236 Narkotika, 24 Psikotropika, 3 Zat Adiktif lainnya. Sedangkan kegiatan aftercare berjumlah 40 terdiri dari 15 Narkotika, 23 Psikotropika dan 2 Zat Adiktif lainnya. Kegiatan penanganan penyalahgunaan NAPZA pada rumah sakit tahun 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.39. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.23. GAMBAR 4.39 KEGIATAN PENANGANAN PENYALAHGUNAAN NAPZA DI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2005 6130 263 40 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 Kuratif Rehabilitatif Aftercare Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes, 2006