Pembinaan Kesehatan Lingkungan PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN DAN SANITASI DASAR

84 Pada tahun 2005 pencapaian indikator sekolah sehat sebagai indikator dalam pengawasan di institusi pendidikan mengalami peningkatan yang cukup signifikan mencapai 75 target 65 sedikit meningkat dari tahun sebelumnya. Persentase pencapaian indikator sekolah sehat tahun 2000 – 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.31 berikut. GAMBAR 4.31 PENCAPAIAN INDIKATOR SEKOLAH SEHAT TAHUN 2000 – 2005 5454 54 51 5555 5658 60 74 65 75 20 40 60 80 2000 2001 2002 2003 2004 2005 TARGET REALISASI Sumber : Ditjen PP-PL, Depkes RI

2. Surveilans Vektor

Surveilans vektor dilakukan melalui kegiatan pemantauan jentik oleh petugas kesehatan maupun jurukader pemantau jentik jumantikkamantik. Pengembangan sistem surveilans vektor secara berkala perlu terus dilakukan terutama dalam kaitannya dengan perubahan iklim dan pola penyebaran kasus. Pada tahun 2004 petugas pusat melakukan kegiatan survei jentik dalam bentuk evaluasi Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN di 10 kota Bogor, Denpasar, Jambi, Kendari, Palangkaraya, Mataram, Palu, Pekanbaru, Surabaya dan Yogyakarta. Rata-rata Angka Bebas Jentik ABJ sebagai tolok ukur upaya pemberantasan vektor melalui PSN-3M adalah 79,04. Hal ini menunjukkan bahwa ABJ di 10 kota masih dibawah 95, menjelaskan bahwa partisipasi masyarakat untuk mencegah penyakit DBD dengan cara 3M di lingkungannya masing-masing belum optimal, sehingga kasus DBD masih sering terjadi terutama di wilayah-wilayah endemis DBD.

3. Pengawasan Tempat-tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan

Pengawasan terhadap Tempat-Tempat Umum TTU dan Tempat Pengelolaan Makanan TPM dilakukan untuk meminimalkan faktor risiko sumber penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU dan TPM. Bentuk kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi pengawasan kualitas lingkungan TTU dan TPM secara berkala, bimbingan, penyuluhan dan saran perbaikan dalam pengelolaan lingkungan yang sehat, hingga pemberian rekomendasi untuk penerbitan izin usaha. Tempat Pengelolaan Makanan TPM terdiri dari jasa boga, rumah makan dan restoran, sentral makanan jajanan dan TPM lainnya warung makan jajanan. Hasil 85 pemantauan selama tahun 2005, dari 80.270 fasilitas TPM terdaftar, sebanyak 43.808 54,58 TPM telah dilakukan pemeriksaan dan 30.115 68,74 TPM memenuhi syarat kesehatan. Cakupan pengawasan TTU dan TPM tahun 2001 – 2005 dapat dilihat pada Gambar 4.32 berikut. GAMBAR 4.32 PERSENTASE CAKUPAN PENGAWASAN TEMPAT-TEMPAT UMUM TTU DAN TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN TAHUN 2001-2005 20 40 60 80 TTU 60 68 73 76 77 TPM 60.8

57.9 60.24

66.13 68.74

2001 2002 2003 2004 2005 Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes 2005 Persentase TPM memenuhi syarat kesehatan menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 2.16.a.

E. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT

Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakikatnya dimaksudkan untuk menangani permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Berdasarkan pemantauan yang telah dilakukan ditemukan beberapa permasalahan gizi yang sering dijumpai pada kelompok masyarakat adalah Kekurangan Kalori Protein, kekurangan vitamin A, Gangguan Akibat Kekurangan Yodium, dan anemia gizi besi.

1. Pemantauan Pertumbuhan Balita

Upaya pemantauan status gizi pada kelompok balita difokuskan melalui pemantauan terhadap pertumbuhan berat badan yang dilakukan melalui kegiatan penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulan, serta pengamatan langsung terhadap penampilan fisik balita yang berkunjung di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil pengumpulan data Direktorat Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan, gambaran dari pemantauan balita dapat dilihat dalam Gambar 4.33 berikut.