Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

71 GAMBAR 4.20 PENCAPAIAN INDIKATOR B0R , GDR, NDR, LOS, BTO DAN TOI RUMAH SAKIT DI INDONESIA TAHUN 2003 S.D 2005 56 35 18,0 42,0 4,0 4,0 55 48 22,8 38,7 4,4 3,4 56 43 21 37 4,8 8,6 20 40 60 2003 2004 2005 BOR GDR NDR BTO LOS TOI Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa pemakaian tempat tidur di rumah sakit selama tahun tiga tahun terakhir cenderung tidak banyak mengalami perubahan dan masih di bawah angka ideal yang diharapkan 60-85 namun pada tahun 2005 mengalami sedikit peningkatan 1 dari tahun 2004 dari 55,2 menjadi 56,2. Banyak faktor yang mempengaruhi angka BOR suatu rumah sakit, di antaranya semakin meningkatnya jumlah RS dan tempat tidur yang tersedia sedangkan jumlah populasi yang mencari pelayanan tidak terlalu tinggi. Angka GDR dan NDR pada tahun 2005, mengalami penurunan dari tahun 2004 sebesar 4,9 dan 1,8 dimana tahun 2004 : 47,9 GDR, 22,8 NDR menjadi 43 GDR dan 21 NDR pada tahun 2005. Hal ini menunjukkan bahwa mutu pelayanan di rumah sakit sedikit mengalami peningkatan. Sedangkan indikator lamanya hari rawatan dan selang waktu dalam pemakaian tempat tidur mengalami peningkatan sedikit dari tahun sebelumnya, menjadi 4,8 LOS, ideal 6-9 hari dan 8,6 TOI, ideal 1-3 hari. Pencapaian indikator pelayanan kesehatan di rumah sakit umum dan khusus tahun 2005 dapat dilihat dalam Tabel 4.2 dan 4.3, sedangkan rincian indikator pelayanan RSU Depkes dan Pemda menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 4.14. TABEL 4.2 INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT UMUM MENURUT KEPEMILIKAN DI INDONESIA TAHUN 2005 Pemilik RSU RSU TT BOR LOS BTO TOI NDR GDR Rata2 Kunj.Polihari Departemen Kesehatan 13 8.483 67,5 6,7 34,5 3,9 40 61 1.152 Pemerintah Provinsi 43 12.902 68,8 4,7 43,4 3,8 28 71 240 Pemerintah KabKota 322 33.896 52,9 4 49,6 3,9 19 45 127 TNI POLRI 110 10.814 43,3 4,3 27,7 13,5 12 19 159 Departemen LainBUMN 71 6.827 55 4,9 29,3 15,3 18 36 179 Swasta 436 43.364 49,6 4,2 37,8 11,5 10 22 138 Indonesia 995 116.286 56,2 4,8 37 8,6 21 43 168 Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI 72 TABEL 4.3 INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT KHUSUS MENURUT JENIS DI INDONESIA TAHUN 2005 Pemilik RSU RSU TT BOR LOS BTO TOI NDR GDR Rata2 Kunj.Polihari RS Jiwa 51 8.527 61,1 53,3 4,4 32,1 3,9 6,2 34 RS TP 9 766 45,7 5,8 27,9 7,1 31,5 55,5 88 RS Kusta 22 2.246 41,5 25,3 3,9 55,7 23,2 37,4 20 RSPI 1 144 40,0 4,7 35,8 6,1 38,6 68,9 133 RS Orthopedi 1 187 56,4 10,6 19,0 8,4 2,0 4,0 93 RS Mata 10 475 32,5 3,0 36,0 6,9 0,0 0,0 190 RS Bersalin 55 2.533 35,5 3,0 42,3 5,6 2,8 7,7 28 RS Jantung 2 234 69,5 6,8 35,8 3,1 22,8 47,4 268 RS Gigi Mulut 11 108 RSK Lainnya 111 5.368 42,2 4,2 41,5 5,1 8,4 15,2 61 Sumber: Ditjen Pelayanan Medik, Depkes RI Kunjungan pasien di unit darurat pada rumah sakit umum pada tahun 2005 sebesar 12,2 dari seluruh kunjungan dan 12,4 kunjungan unit darurat berasal dari pasien rujukan. Kunjungan unit darurat terbesar terdapat pada rumah sakit swasta sebesar 38,35, terendah pada rumah sakit TNI dan POLRI 1,42. Untuk kunjungan unit darurat yang berasal dari rujukan terbesar diterima oleh RSU Pemerintah KabKota 42,65 dan terendah oleh rumah sakit TNI dan POLRI 0,18. Kunjungan unit darurat pada rumah sakit umum dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut. TABEL 4.4 KUNJUNGAN UNIT DARURAT PADA RSU MENURUT PEMILIK DI INDONESIA TAHUN 2005 Pemilik RSU Jumlah Pengunjung Kunjungan Unit Darurat Pasien Rujukan Jumlah Jumlah Departemen Kesehatan 4.490.986 324.553 8,87 96.309 21,29 Pemerintah Provinsi 3.460.849 415.576 11,35 30.537 6,75 Pemerintah KabKota 8.127.814 1.254.780 34,28 192.920 42,65 TNI POLRI 1.193.371 52.118 1,42 826 0,18 Departemen LainBUMN 1.988.035 209.409 5,72 12.387 2,74 Swasta 10.754.124 1.403.423 38,35 119.399 26,39 Total 30.015.179 3.659.857 12,2 452.378 12,4 Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes Pelayanan pasien di unit darurat rumah sakit meliputi dirawat, dirujuk, dipulangkan dan mati. Pasien yang datang di unit gawat darurat 46,5 terus dirawat, 1,4 di rujuk ke rumah sakit lain, 51,5 dipulangkan setelah diberi pelayanan dan hanya 0,6 yang meninggal, dapat dilihat pada Gambar 4.21 di bawah ini. 73 GAMBAR 4.21 PELAYANAN UNIT DARURAT PADA RUMAH SAKIT UMUM TAHUN 2005 DIRAWAT, 46.5 ULANGKAN,

51, 5 MATI, 0.6

DIRUJUK, 1.4 Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes 2. Pelayanan Kesehatan Laboratorium dan Radiodiagnostik Pemeriksaan laboratorium dan radiodiagnostik merupakan pelayanan kesehatan penunjang dalam menegakkan suatu diagnosa penyakit. Jumlah pemeriksaan laboratorium pada tahun 2005 rumah sakit umum sebesar 49.758.167 dengan rata-rata pemeriksaanhari 294 hari. Rincian pemeriksaan laboratorium dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut. TABEL 4.5 KUNJUNGAN UNIT DARURAT PADA RSU MENURUT PEMILIK DI INDONESIA TAHUN 2005 Pemeriksaan Laboratorium Pemilik RSU Patologi Klinik Patologi Anatomi Jumlah Rata - rata PemeriksaanHariRS Departemen Kesehatan 6.342.443 44.140 6.386.583 1.638 Pemerintah Provinsi 5.553.592 19.405 5.572.997 563 Pemerintah KabKota 11.884.336 17.852 11.902.188 189 TNI POLRI 1.263.553 5.500 1.269.053 184 Departemen LainBUMN 3.154.154 15.308 3.169.462 311 Swasta 21.329.652 128.232 21.457.884 285 Total 49.527.730 230.437 49.758.167 294 Sumber : Ditjen Bina Yanmedik, Depkes Pemeriksaan radiodiagnostik pada RSU Depkes dan Pemda pada tahun 2005 sedikit mengalami peningkatan dari tahun 2004 dengan jumlah pemeriksaan 1.843.117 berasal dari 255 RSU yang melakukan pemeriksaan dari 378 jumlah RSU sedangkan tahun 2004 berjumlah 1.565.688 berasal dari 254 RSU yang melakukan pemeriksaan dari 361 jumlah RSU. Rincian pemeriksaan menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 4.15.

C. PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR

Upaya pemberantasan penyakit menular lebih ditekankan pada pelaksanaan surveilans epidemiologi dengan upaya penemuan penderita secara dini yang ditindaklanjuti dengan penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita. Di samping itu pelayanan lain yang diberikan adalah upaya pencegahan dengan pemberian imunisasi, upaya pengurangan faktor risiko melalui kegiatan untuk peningkatan kualitas lingkungan serta peningkatan peran serta 74 masyarakat dalam upaya pemberantasan penyakit menular yang dilaksanakan melalui berbagai kegiatan. Uraian singkat berbagai upaya tersebut seperti berikut ini. 1. Pengendalian Penyakit Polio Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit Polio telah dilakukan melalui gerakan imunisasi polio. Upaya ini juga ditindaklanjuti dengan kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus Acute Flaccid Paralysis AFP kelompok umur 15 tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Berdasarkan kegiatan surveilans AFP pada penduduk 15 tahun selama tahun 1998 – 2005, secara nasional diperoleh gambaran sebagaimana terlihat pada Gambar 4.22 berikut. GAMBAR 4.22 PERSENTASE HASIL PENGIRIMAN SPESIMEN ADEKUAT DAN NON POLIO AFP RATE TAHUN 1998 – 2005 1.26 1.00 0.90 1.02 1.31 1.21 1.26 2.44 71.40 78.10 79.50 80.10 82.40 88.10 90.1 93.7 20 40 60 80 100 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 1 2 3 4 5 per 100.000 anak 15 th Non Polio AFP Rate Spesimen Adekuat Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI Ada 4 strategi dalam upaya pemberantasan polio yaitu 1. Imunisasi yang meliputi peningkatan imunisasi rutin polio, PIN dan Mop-up, 2. Surveilans AFP, 3. Sertifikasi bebas polio, dan 4. Pengamanan virus polio di laboratorium. Indonesia telah melaksanakan PIN sebanyak 4 kali yaitu pada tahun 1995, 1996, 1997 dan 2002, telah berhasil memutus transmisi virus polio liar indigenous Indonesia, sehingga 10 tahun terakhir sejak tahun 1996 virus polio liar indigenous Indonesia tidak ditemukan lagi. Pelaksanaan PIN didasarkan pada adanya kecurigaan silent transmission di wilayah Indonesia, atau transmisi virus diketahui telah menyebar ke beberapa wilayah Indonesia. Setiap kasus AFP yang ditemukan dalam kegiatan intensifikasi surveilans, akan dilakukan pemeriksaan spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar yang menyerang masyarakat. Dari gambar di atas menunjukan bahwa persentase spesimen adekuat yang dikirim untuk pemeriksaan virus Polio menjadi semakin meningkat, dengan demikian hasil pemeriksaan yang dilakukan menjadi semakin mewakili kondisi di lapangan. Dari hasil pemeriksaan selama tujuh tahun terakhir tahun 1998 – 2004 tidak ditemukan adanya infeksi