Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

100 GAMBAR 5.13 JUMLAH SARANA DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN MENURUT JENIS TAHUN 1997 – 2005 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 J u m lah S a ra na Di s tri bu s i Pedagang Besar Farmasi 1,631 1,718 1,819 2,026 2,082 2,249 2,478 2,432 2,392 Apotek 6,903 7,467 7,794 6,196 6,391 7,767 8,364 8,456 9,216 Toko Obat 7,101 5,028 7,000 5,246 4,518 5,405 6,610 6,806 6,737 Penyalur Perbekalan Alkes 555 574 1,061 1,152 1,639 1,982 1,008 Sub penyalur Perbekalan Alkes 621 722 291 343 711 819 2,087 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Sumber: Ditjen POM dan Ditjen Yanfar-Alkes, Depkes RI Di kabupatenkota, distribusi sediaan farmasi dan alat kesehatan milik pemerintah dikelola oleh unit pengelola obat, dahulu disebut sebagai Gudang Farmasi Kabupaten GFK. Perkembangan jumlah unit pengelola obat eks gudang farmasi kabupatenkota pada tahun 2001 – 2005 dapat dilihat pada Gambar 5.14 di bawah ini, sedangkan jumlahnya menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5.11. GAMBAR 5.14 JUMLAH UNIT PENGELOLA OBAT KABUPATENKOTA TAHUN 2001 – 2005 401 307 319 331 339 100 200 300 400 500 2001 2002 2003 2004 2005 Sumber: Ditjen Yanfar-Alkes, Depkes RI

4. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber daya Masyarakat UKBM di antaranya adalah Posyandu Pos Pelayanan Terpadu, Polindes Pondok Bersalin Desa, Toga Tanaman Obat Keluarga, POD Pos Obat Desa, dan sebagainya. 101 Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal di masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan Diare. Untuk memantau perkembangannya, Posyandu dikelompokan ke dalam 4 strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama, dan Posyandu Mandiri. Pada tahun 2005 jumlah Posyandu sebanyak 315.921 buah. Jumlah Posyandu ini meningkat dibandingkan jumlah Posyandu tahun 2004, seperti terlihat pada Gambar 5.15 berikut ini. GAMBAR 5.15 JUMLAH POSYANDU DI INDONESIA TAHUN 2000-2005 238,699 315,921 242,221 220,198 234,843 - 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 2001 2002 2003 2004 2005 Sumber: Ditjen Binkesmas, Depkes RI Rasio Posyandu terhadap desakelurahan adalah 5,01 atau rata-rata pada tiap desakelurahan terdapat 5 Posyandu. Rasio Posyandu terhadap desakelurahan terbesar adalah Papua 28,40, DKI Jakarta 14,65 dan DI Yogyakarta 13,74. Sedangkan rasio terkecil di Provinsi Irian Jaya Barat 0,49, NAD 0,83 dan Sulawesi Tenggara 1,56. Lampiran 5.12 Polindes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk Keluarga Berencana. Polindes ini juga dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu Polindes Pratama, Polindes Madya, Polindes Purnama, dan Polindes Mandiri. Pada tahun 2005, jumlah Polindes sebanyak 27.056 buah. Rasio Polindes terhadap desakelurahan adalah 0,43. Rasio Polindes terhadap desakelurahan terbesar adalah di Kepulauan Riau 1,58, Sumatera Barat 1,50 dan Kalimantan Timur 0,95. Sedangkan rasio terkecil di Provinsi Maluku 0,10 dan Papua 0,11. Lampiran 5.12 Pos Obat Desa dikelompokkan ke dalam 4 strata atau tingkat perkembangannya yaitu Pos Obat Desa Pratama, Madya, Purnama, dan Mandiri. Pada tahun 2005, jumlah Pos Obat Desa sebanyak 9.010 buah. Rasio POD terhadap desakelurahan adalah 0,14. Rasio POD terhadap desakelurahan terbesar adalah di Sumatera Barat 1,48, Sulawesi Tenggara 1,38 dan NTB 0,37. Sedangkan rasio terkecil di Maluku Utara hanya terdapat 2 POD atau rasio 0,00 dan Nanggroe Aceh Darussalam terdapat 84 POD atau rasio 0,01. Data selengkapnya mengenai Sarana UKBM tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran 5.12.