27 heteroseksual 39,4, 5,5 tidak diketahui cara penularannya, melalui hubungan
homoseksual 4,8, melalui perinatal 1,2, dan melalui transfusi 0,1. Sepanjang tahun 2005, jumlah kasus baru AIDS yang ditemukan terbanyak adalah
pada triwulan IV sebanyak 1.135 kasus 43,01. Persentase kasus AIDS yang menggunakan NAPZA suntik IDU tertinggi adalah Provinsi Kalimantan Tengah 100, Banten 90,48
dan Lampung 85,07.
Jumlah kumulatif kasus AIDS, meninggal, dan angka kumulatif kasus per 100.000 penduduk menurut provinsi sampai dengan 31 Desember 2005, persentase kasus AIDS yang
menggunakan NAPZA suntikan IDU, dan persentase kasus per triwulan dapat dilihat pada Lampiran 3.9, 3.10, dan 3.11.
GAMBAR 3.9 PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF
MENURUT CARA PENULARAN S.D. TAHUN 2005
48.9 39.4
1.2 0.1
5.5 4.8
IDU Heteroseks
Homoseks Tidak diketahui
Perinatal Transfusi
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Berikut ini gambaran mengenai perkembangan penderita HIVAIDS sampai dengan Desember 2005.
GAMBAR 3.10 JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF
PENGIDAP HIV YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN
TAHUN 2001 – 2005
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
Tahun Jumlah kasus
Kasus baru 732
648 168
649 875
Kasus kum ulati f
1172 1904
2552 2720
3368 2001
2002 2003
2004 2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
GAMBAR 3.11 JUMLAH KASUS BARU DAN KUMULATIF
PENDERITA AIDS YANG TERDETEKSI DARI BERBAGAI SARANA KESEHATAN
TAHUN 2001 – 2005
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
4500 5000
5500
Tahun Jumlah kasus
Kasus baru 219
345 316
1195 2638
Kasus kum ulati f
826 1171
1487 2682
5321 2001
2002 2003
2004 2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Karakteristik penderita AIDS secara kumulatif hingga 31 Desember 2005 dapat digambarkan bahwa sebagian besar penderita AIDS adalah laki-laki yaitu 4.363 penderita
82, perempuan sebanyak 851 penderita 16, dan 107 penderita 2 selebihnya tidak diketahui jenis kelaminnya. Bila dilihat menurut kelompok umur, penderita berumur 20-29
28 tahun sebanyak 2.873 penderita 54,07, kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 1.383
penderita 25,86, kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 451 penderita 8,48, kelompok umur 15-19 tahun sebanyak 193 penderita 3,63, kelompok umur 50-59 tahun sebanyak
115 penderita 2,18, kelompok umur 60 tahun sebanyak 32 penderita 0,62, umur 1 tahun sebanyak 29 penderita 0,55 kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 23 penderita
0,45, kelompok umur 5-14 tahun 12 penderita 0,23 dan tidak diketahui kelompok umurnya sebanyak 210 penderita 3,95, sebagaimana disajikan pada Gambar 3.12 berikut
ini.
GAMBAR 3.12 PROPORSI PENDERITA AIDS SECARA KUMULATIF
MENURUT KELOMPOK UMUR S.D. TAHUN 2005
0.55 0.45
0.23 3.63
54.07
25.86 8.48
2.18 0.62
3.95 10
20 30
40 50
60
1 thn 1-4 thn
5-14 thn 15-19 thn
20-29 thn 30-39 thn
40-49 thn 50-59 thn
=60 thn Tdk Diketahui
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Gambar di atas menunjukkan bahwa secara kumulatif sebagian besar penderita AIDS di Indonesia merupakan kelompok umur 20-49 tahun 88,41. Seperti diketahui bahwa
penularan HIVAIDS terbanyak adalah melalui hubungan seksual dan penggunaan jarum suntik bersama pada IDU. Kelompok umur 20-49 tahun merupakan kelompok umur yang
aktif dalam aktivitas seksual. IDU juga didominasi oleh kelompok umur produktif. Dapat diperkirakan hal ini saling terkait. Bila perkembangan kondisi ini terus terjadi, maka dalam
jangka panjang di samping akan menjadi beban anggaran keluarga dan pemerintah juga akan menjadi ancaman bagi produktivitas tenaga kerja di Indonesia. Jumlah kumulatif kasus AIDS
menurut provinsi sampai dengan 31 Desember 2005 dapat dilihat pada Lampiran 3.9.
Dari Gambar 3.13 berupa peta wilayah Indonesia berikut ini, dapat dilihat Case Rate AIDS menurut provinsi tahun 2005.
GAMBAR 3.13 CASE RATE KUMULATIF KASUS AIDS PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT PROVINSI TAHUN 2005
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
29
d. Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA merupakan penyakit yang sering berada dalam daftar Pola 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Menurut laporan Ditjen Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit Sistem Napas menempati peringkat pertama 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit di Indonesia,
yaitu dengan persentase 15,1. Sedangkan untuk persentase 10 penyakit utama pada pasien rawat inap di Rumah Sakit pada tahun yang sama, penyakit sistem napas menempati urutan
ke-4 dengan persentase 7,38. Lampiran 3.2 dan 3.3
Penyakit sistem pernapasan seperti Pneumonia juga sering menyerang balita. Pada tahun 2005 didapatkan 600.720 kasus Pneumonia pada balita, lebih rendah dibandingkan
tahun sebelumnya. Hasil penemuan penderita Pneumonia balita dalam 6 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut ini.
TABEL 3.12 HASIL PENEMUAN PENDERITA PNEUMONIA BALITA
TAHUN 2000 – 2005
Tahun Penderita
2000 479.283
2001 619.107 2002
549.035 2003 502.275
2004 625.611
2005 600.720
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Jumlah kematian balita yang disebabkan Pneumonia pada tahun 2005 sebesar 204 balita yang terdiri dari 155 balita berumur di bawah 1 tahun dan 49 balita berumur 1-4 tahun.
e. Penyakit Kusta
Dalam kurun waktu 10 tahun 1991–2001, angka prevalensi penyakit Kusta secara nasional telah turun dari 4,5 per 10.000 penduduk pada tahun 1991 menjadi 0,85 per 10.000
penduduk pada tahun 2001. Pada tahun 2002 prevalensi sedikit meningkat menjadi 0,95, pada tahun 2003 kembali menurun menjadi 0,8 per 10.000 penduduk, tahun 2004 meningkat
menjadi 0,93 per 10.000 penduduk dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 0,98 per 10.000 penduduk. Secara nasional, Indonesia sudah dapat mencapai eliminasi Kusta pada bulan Juni
2000.
Jika ditinjau dari situasi global, Indonesia merupakan negara penyumbang jumlah penderita Kusta ketiga terbanyak setelah India dan Brazil. Masalah ini diperberat dengan
masih tingginya stigma di kalangan masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini sebagian besar penderita dan mantan penderita Kusta dikucilkan sehingga tidak mendapatkan
akses pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka kemiskinan. Perkembangan penyakit Kusta yang diindikasikan dengan prevalensi dan
penemuan penderita baru menunjukkan adanya penurunan prevalensi Kusta yang sangat tajam pada tahun 1991, di mana Multiple Drug Therapy MDT 24 dosis mulai digunakan.
Jumlah penderita menurun dari 120.000 pada tahun 1990 menjadi 21.537 pada tahun 2005. Maka dengan sendirinya angka prevalensi menurun dari 5,9 menjadi 0,98 per 10.000
penduduk. Angka penemuan penderita baru menunjukkan adanya peningkatan penemuan
30 penderita baru tahun 1997, 1998, 1999, yang kemungkinan disebabkan adanya intensifikasi
penemuan penderita karena Leprosy Elimination Campaign LEC yang dilaksanakan di 109 kabupaten endemik pada tahun tersebut.
Meskipun Indonesia sudah mencapai eliminasi Kusta pada pertengahan tahun 2000, sampai saat ini penyakit Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat. Hal
ini terbukti dari masih tingginya jumlah penderita Kusta di Indonesia. Pada tahun 2005, jumlah penderita penyakit Kusta yang tercatat sebanyak 21.537
kasus dengan 18.742 kasus 87,02 di antaranya merupakan penderita tipe Multi Basiler MB yang diketahui merupakan tipe yang menular. Prevalensi Kusta per 10.000 penduduk
yang tertinggi berada di Maluku Utara sebesar 9,05, disusul oleh Papua sebesar 4,67 dan Gorontalo yang sebesar 3,54. Sedangkan provinsi dengan prevalensi Kusta per 10.000
penduduk terendah adalah DI Yogyakarta sebesar 0,10 , disusul oleh Bengkulu sebesar 0,17 dan Sumatera Utara sebesar 0,23.
Jumlah kasus baru Kusta yang ditemukan tahun 2005 sebanyak 19.695 kasus, di antaranya 15.639 kasus merupakan penderita tipe Multi Basiler 79,41 sedangkan kasus
Pausi Basiler sebesar 4.056 20,59. Secara nasional persentase cacat tingkat II, mencapai 8,74 . Persentase kecacatan terbesar ditemukan di Provinsi Bengkulu yaitu 23 kecacatan
dari 33 kasus baru penyakit Kusta 69,7 yang kemudian disusul oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 25 8 kecacatan dari 32 kasus baru dan Provinsi Kalimantan
Selatan sebesar 20,72 52 kecacatan dari 251 kasus baru. Situasi penyakit Kusta, jumlah kasus baru Kusta, dan kecacatan menurut provinsi tahun 2005 dapat dilihat pada Lampiran
3.13 dan 3.14.
Gambaran penderita Kusta dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.13 berikut.
TABEL 3.13 JUMLAH PENDERITA KUSTA MENURUT TIPE
DAN ANGKA PENEMUAN PENDERITA CDR PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2000 – 2005
Jumlah Penderita Kusta Tahun
Tipe MB Tipe PB
Semua Tipe CDR 100.000
Penduduk 2000 11.267 3.430 14.697
7,22 2001 10.768 3.293 14.061
6,91 2002 12.376 3.853 16.229
7,77 2003 11.956 3.594 15.549
7,29 2004 12.957 3.715 16.672
- 2005 15.639 4.056 19.695
8,99 CDR = Case Detection Rate, MB = Multi Basiler, PB = Pausi Basiler
Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI
Di antara penderita baru yang ditemukan, 8,74 sudah mengalami kecacatan tingkat II kecacatan yang dapat dilihat dengan mata. Angka ini masih di atas indikator program
yaitu 5. Keadaan ini menggambarkan masih berlanjutnya penularan dan kurangnya kesadaran masyarakat akan penyakit Kusta sehingga ditemukan sudah dalam keadaan cacat.
Proporsi penderita anak berumur 0-14 tahun di antara penemuan kasus baru Kusta adalah 9,09 yang juga masih di atas indikator program 5. Proporsi terbesar pada tahun 2005
terdapat di Provinsi Maluku Utara sebesar 18,48, disusul Nusa Tenggara Barat sebesar 12,71 dan Jawa Tengah sebesar 12,28.