Pengendalian Penyakit ISPA PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR

78 Dari pantauan yang dilakukan hasil penemuan tersebut belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya oleh karena masih ada beberapa wilayah yang belum menyampaikan laporannya sebagaimana terlihat pada Tabel 4.6 berikut. TABEL 4.6 KELENGKAPAN LAPORAN PENEMUAN BALITA PENDERITA PNEUMONIA TAHUN 2000 – 2005 Tahun Provinsi Melapor Kab.Kota Melapor Penderita Ditemukan Kelengkapan Laporan 2000 25 258 479.283 93 2001 27 269 619.107 86 2002 29 293 549.035 80 2003 24 323 502.275 34 2004 23 296 625.611 83 2005 31 436 600.720 93 Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI Sedangkan gambaran cakupan penemuan dan penanganan balita Pneumonia dalam tahun 2005 dapat dilihat dalam Gambar 4.27 berikut. GAMBAR 4.27 CAKUPAN PENEMUAN BALITA PENDERITA PNEUMONIA MENURUT PROVINSI TAHUN 2005 Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI

4. Penanggulangan Penyakit HIVAIDS dan PMS

Upaya pelayanan kesehatan dalam rangka penanggulangan penyakit HIVAIDS, di samping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Upaya penemuan penderita dilakukan melalui skrining HIVAIDS terhadap darah donor, pemantauan pada kelompok berisiko penderita Penyakit Menular Seksual PMS seperti Wanita Penjaja Seks WPS, penyalahguna obat dengan suntikan IDUs, penghuni Lapas Lembaga Pemasyarakatan atau sesekali dilakukan penelitian pada kelompok berisiko rendah seperti ibu rumah tangga dan sebagainya. Hasil pelaksanaan surveilans HIVAIDS 79 selama tahun 2005 menunjukkan peningkatan yang cukup bermakna sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.7 berikut. TABEL 4.7 PENEMUAN PENDERITA HIVAIDS TAHUN 2000 – 2005 Pengidap HIV Penderita AIDS Penderita AIDS Meninggal Tahun Per tahun Kumulatif Per tahun Kumulatif Per tahun Kumulatif 2000 403 1.172 255 607 47 233 2001 732 1.904 219 826 99 280 2002 648 2.552 345 1.171 100 379 2003 168 2.720 316 1.487 261 479 2004 649 3.369 1.195 2.682 361 740 2005 875 4.244 2.638 5.321 592 1.332 Sumber: Ditjen PP-PL, Depkes RI Tahun 2005, jumlah penderita AIDS secara kumulatif relatif kecil Case Rate 1,33 per 100.000 penduduk tahun 2004 meningkat menjadi 2,65 per 100.000 penduduk tahun 2005, namun dalam perjalanan penyakit dari HIV positif menjadi AIDS dikenal istilah ”windows periods” yang tidak diketahui dengan pasti periodisasinya sehingga kelompok ini menjadi sangat potensial dalam menularkan penyakit. Pada kelompok ini di samping dilakukan pengobatan yang lebih utama adalah dilakukan konseling untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam ikut aktif mencegah terjadinya penularan lebih lanjut Pada Desember 2003, WHO menetapkan kebijakan ”Three by Five Initiative” yaitu mentargetkan secara global akses pengobatan Anti Retro Viral ARV terhadap 3 juta ODHA Orang Dengan HIV AIDS pada tahun 2005. Indonesia menetapkan bahwa target untuk aksesibilitas ODHA terhadap pengobatan ARV sebesar 10.000 orang pada tahun 2005, yang dimulai dengan pemberian ARV pada 5.000 ODHA pada tahun 2004. Dan hingga tahun 2005 pengobatan ARV telah diakses oleh 5.400 ODHA. Di samping itu Departemen Kesehatan telah menetapkan 50 rumah sakit tambahan sebagai tambahan Pusat Rujukan pengobatan Anti Retro Viral ARV sehingga menjadi 75 rumah sakit, hal ini sebagai komitmen untuk mendukung 3 by 5 initiative, sehingga lebih banyak lagi ODHA yang dapat terlayani pengobatan ARV. Upaya pemantauan yang dilakukan pada kelompok berisiko melalui kegiatan survei dan kegiatan rutin serta skrining darah donor selama 6 tahun terakhir dapat dilihat dalam Tabel 4.8 berikut. TABEL 4.8 HASIL PELAKSANAAN PROGRAM HIVAIDS PMS TAHUN 2000 – 2005 Kegiatan Satuan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Pemeriksaan STS Spesimen 9.567 50.000 100.000 175.000 150.000 160.000 Survei HIVAIDS Syphilis Sample 9.567 50.000 100.000 175.000 150.000 160.000 Skrining darah donor Kolf 395.098 585.726 1.200.000 1.300.000 1.300.000 1.350.000 Sumber: Ditjen PP-PL, Profil PP-PL 2005