Model Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Sawit Indonesia

310 Malaysia dalam mengembangkan industri hilirnya dengan mengolah produk hulunya menjadi bernilai tinggi, membuat negeri jiran ini meningkatkan keuntungan industri kelapa sawitnya. Selain itu, tingkat produksi real Malaysia bisa tetap lebih tinggi ketimbang Indonesia yang memiliki lahan lebih melimpah dan tenaga kerja yang banyak adalah tingkat produktivitas Malaysia yang berjumlah 3,21 tontahun dengan 422 pabrik pengolahan. Sedangkan Indonesia tingkat produktivitasnya hanya sebesar 2,5 ton CPOtahun dengan 323 pabrik pengolahan. Perbedaan itu juga yang membuat Malaysia dapat menggunakan 87 kapasitas terpasang pabrik yang mencapai 86 juta ton TBStahun, sedangkan Indonesia 65 ton TBStahun.

9.2. Model Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Sawit Indonesia

Banyak Penulis di Indonesia berpendapat bahwa pola fikir pengembangan industri sawit di Indonesia adalah menganut pemikiran New- Harvard Tradition dari Carlton dan Perlof 2001, dimana ada dua pendekatan model dalam studi pasar; pertama, pendekatan struktur, perilaku dan kinerja structure, conduct and performance-SCP, model ini biasa digunakan untuk mendeskripsikan pasar. Pendekatan model SCP New-Harvard Tradition, dimana masing- masing komponen saling berinteraktif, misalnya kinerja pasar tergantung pada perilaku pasar, perilaku tergantung pada struktur pasar yaitu faktor yang menentukan persaingan, selanjutnya struktur pasar tergantung pada kondisi dasar yaitu permintaan dan produksi meliputi elastisitas permintaan, 311 barang pengganti, musim, tingkat pertumbuhan ekonomi, lokasi, jumlah order, metode perbelanjaan dan teknologi, bahan baku, keseragaman produk, ketahanan barang, lokasi, skala ekonomi dan skop ekonomi. Sebaliknya kondisi dasar mempengaruhi struktur pasar, struktur mempangaruhi perilaku dan perilaku mempengaruhi kinerja, ketiga komponen ini dan kondisi dasar dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Lebih lanjut menurut Carlton dan Perlof 2000, ketiga komponen yaitu struktur, perilaku, kinerja dan kondisi dasar dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung meningkatkan atau menurunkan kesejahteraan produsen dan konsumen. Beberapa tindakan pemerintah berkaitan dengan aturan regulation yaitu; anti monopoli, pembatasan masuk atau keluar pasar, pemberlakuan pajak atau subsidi, insentif investasi, insentif tenaga kerja dan kebijakan ekonomi makro. Menurut Gambar 16. Menurut penulis, paradigma SCP dari Carlton dan Perlof 2000 dari mazhab New Harvard Tradition memiliki kelemahan untuk diterapkan pada Industri Sawit di Indonesia, terutama adanya dominasi luas perkebunan rakyat yang semakin besar pada akhir-akhir ini. Pada tahun 2009 luas kebun rakyat telah mencapai 3,3 juta Ha 47 dari luas total kebun sawit Indonesia. Perkebunan rakyat memerlukan bimbingan dan pengelolaan dari pemerintah Indonesia agar memenuhi syarat dalam perdagangan global, memenuhi syarat mutu kesehatan konsumen, ramah lingkungan, jika tidak, Industri Sawit Indonesia hanya sebagai pemasok bahan baku CPO yang memiliki nilai tambah yang rendah pada Industri di negara lain. 312

9.3. Strategi Pengembangan Teknologi