Produktivitas Perkebunan Sawit Malaysia Industri Hilir Produk Sawit Malaysia

231 Kemajuan Teknologi Tingkat Keuntungan Struktur Strategi Kinerja Perilaku Permintaan Luar Dalam Negeri Usaha Penjualan Gambar 15. Hubungan Saling Pengaruh Mempengaruhi dari Struktur Perilaku dan Kinerja Industri Sawit Malaysia, Model SCP-MPOI

8.1.1. Produktivitas Perkebunan Sawit Malaysia

Tingkat produktivitas kebun sawit Malaysia adalah sebesar 19.14 tonHatahun dengan rata-rata produksi minyak CPO 4.08 tonHatahun atau rendemen 21.3 . Sedangkan produktivitas kebun sawit Indonesia hanya 16.39 tonHatahun dengan kadar minyak CPO 3.14 tonHatahun, dengan Pemerintah MPOB R D 232 rendemen rata-rata sekitar 19-an. Hal ini menunjukkan bahwa yang besar mempengaruhi volume produksi minyak sawit Indonesia adalah termasuk produktivitas TBS. Produk turunan minyak sawit Malaysia yang unggul adalah minyak RBD dan RBD Olein dan bahan baku untuk industri farmasi dan tekstil dengan jumlah jenis produk turunan hasil penelitian lebih 100 macam. Sedangkan produk industri sawit di Indonesia adalah produk oleo kimia, minyak olein, minyak goreng, sedangkan produk non-makanan terbesar adalah untuk bahan baku industri farmasi dan tekstil.

8.1.2. Industri Hilir Produk Sawit Malaysia

Industri pengolahan Kelapa Sawit Malaysia lebih maju dibandingkan dengan industri sawit Indonesia. Industri yang sangat berkembang di Malaysia adalah industri hilir oleokimia dari minyak RBD dan RBD Olein, palm kernel cake. Hal ini terlihat dari jumlah pabrik oleo kimia Malaysia mencapai 18 unit dengan jumlah produksi sebanyak 2.6 juta ton. Sedangkan di Indonesia hanya memiliki 8 unit dengan jumlah produksi 1.1 juta ton. Hal ini memperlihatkan kekokohan Industri Sawit Malaysia saat terjadi goncangan pasar Internasional dibandingkan Indonesia. Perolehan keuntungan pada industri sawit Malaysia cukup signifikan terutama saat harga sawit internasional naik, sedangkan pada Industri sawit Indonesia tidak berpengaruh besar pada perolehan keuntungan karena sebahagian besar industri sawit Indonesia menjual bahan baku CPO. Keuntungan yang diperoleh industri sawit Malaysia disebabkan program diferensiasi produk dan diversifikasi pasar yang cemerlang. Malaysia tidak 233 hanya memperdagangkan minyak CPO mentah, namun juga dalam berbagai bentuk produk turunan yang dapat dihasilkan, sehingga keuntungan yang diraih juga bervariasi dan lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Tabel 62. Perbedaan Industri Kelapa Sawit Malaysia dengan Indonesia Per Tahun 2008 Aspek Malaysia Indonesia Area juta ton Total 4,50 7,13 Tanaman menghasilkan 3,94 4,56 Tanaman belum menghasilkan 0,57 2,57 Produksi juta ton CPO 17,80 19.3 PKO 2.1 2,3 Produktivitas Kebun TBS thatahun 20,21 16,39 CPO thatahun 4.08 3,14 Rendeman 19,22 19,00 Pabrik CPO Jumlah Pabrik unit 410 305 Kapasitas juta t CPOtahun 92,5 60,50 Pabrik Olekimia Jumlah pabrik unit 18 8 Kapasitas juta ttahun 2,6 1,10 Oleokimia 2,14 0,80 Volume ekspor jt ton CPO 15,42 14,5 PKO 4,67 0,58 Oleokimia 1,20 0,52 Nilai ekspor US juta CPO 17,2 10,1 PKO 0,26 0,24 Oleokimia 0,67 0,52 Pekebun Harga TBS dari harga CPO 90 83 Pemilik kebun hapetani 4,5 2,0 Pendapatan petani UShatahun 570 533 Sumber : Hasil Analisis, 2010. 234 Berkembangnya Industri hilir minyak sawit Malaysia memacu naiknya ekspor produk minyak sawit mentah Malaysia, di mana volume ekspor oleokimia Malaysia sebesar 2,4 juta ton dengan nilai ekspor sebesar US 1.1 juta. Sedangkan di Indonesia, volume ekspor oleokimia sebesar 0,82 juta ton dengan nilai ekspor sebesar US 0,24 juta. Hal ini menunjukkan strategi Malaysia dalam mengekspor produk kelapa sawit dengan cara mendiferensiasi produknya merupakan hal yang tepat dalam menghasilkan keuntungan yang lebih besar. Sedangkan Indonesia lebih banyak menjual produk kelapa sawit mentah, jika pasar internasional berfluktuatif tidak memberi pengaruh yang signifikan kepada industri kelapa sawit Indonesia.

8.1.3. Tingkat Kesejahteraan Petani Malaysia dan Indonesia