Strategi Kebijakan Periode 1980-2000

186 minyak sawit CPO turun menjadi 197 659 ton sedangkan minyak olahan naik menjadi 2 073 563 ton. Sumber : Data diproses dari MPOB, 2008 Gambar 10. Phase Pengembangan Pasar Minyak Sawit Malaysia Tahun 1975-1980

6.1.2. Strategi Kebijakan Periode 1980-2000

Phase kedua adalah periode tahun 1980 sampai tahun 2000. Pada periode ini minyak sawit telah menjadi produk saingan utama bagi minyak dan lemak nabati lain seperti minyak kedele dari Asosiasi Minyak Kedele Amerika Serikat-ASA American Soybean Association dan saingan juga bagi minyak bunga matahari. Karena merasa tersaingi, ASA melakukan kampanye negatif smear pada minyak sawit dari negara tropis sehingga permintaan impor minyak sawit dari Amerika Serikat menurun dan harga minyak sawit pun menurun tajam dibanding minyak kedele. 500 1000 1500 2000 2500 3000 1975 1976 1977 1978 1979 1980 100 200 300 400 500 600 700 Phase Pengembangan Pabrik Pengilangan CPO 1975-1980 000 ton US ton Harga CPO Malaysia Produksi CPO Malaysia 187 Berkenaan dengan kampanye negatif ASA tersebut, Industri Kelapa Sawit Malaysia melakukan strategi menambah outlet minyak sawit di negara selain Amerika Serikat sambil membuat bantahan terhadap kampanye negatif tersebut. Selain itu, Malaysia berupaya memulihkan pasar minyak sawit dengan investasi besar-besaran pada industri pengilangan minyak sawit di negara konsumen akhir termasuk di Amerika Serikat, China, Vietnam, Pakistan, Mesir, Inggris dan Mexico. Dari pendirian pabrik pengilang minyak sawit ini dimungkinkan para eksportir minyak sawit Malaysia mengerti pola permintaan di masing-masing negara tujuan ekspor sekaligus menaikkan permintaan dan harga minyak sawit di pasar dunia. Outlet produk akhir kelapa sawit semakin banyak setelah dikembangkan produk baru yaitu Oleokimia oleochemical dan didirikan pabrik produk tersebut pada tahun 1980 dan tahun 1990-an di Malaysia dan di negara tujuan ekspor lainnya. Pengembangan produk oleokimia ini menjadi momentum kedua bagi naiknya permintaan minyak sawit Malaysia setelah momentum pertama penambahan outlet dan pendirian pabrik pengilangan minyak sawit refinery di negara tujuan ekspor. Dari dua strategi ini, kerugian akibat kampanye negatif dari ASA pulih kembali bahkan minyak sawit Malaysia mampu bersaing dengan kompetitornya dari minyak dan lemak nabati lainnya. Berbagai riset diprakarsai Badan Minyak Sawit Malaysia MPOB untuk melawan kampanye negatif dari ASA, terutama menyangkut kandungan gizi minyak sawit sebagai bahan makanan terus dilakukan dan 188 untuk memulihkan citra negatif minyak sawit membutuhkan waktu 15 tahun semenjak tahun 1980-an dan lebih 160 studi tentang nilai gizi minyak sawit telah dipromosikan di seluruh dunia. Pada akhir periode tahun 1990-an kampanye anti minyak sawit kembali memanas, datang dari perkumpulan konsumen akhir produk berbasis sawit di negara tujuan ekspor. Produsen minyak sawit wajib memberi label pada kemasan produk minyak sawit yang dijual karena diduga minyak sawit mengandung senyawa asam lemak trans trans fatty acids yang membahayakan kesehatan manusia. Setelah kampanye negatif minyak sawit yang kedua ini, pemerintah dan swasta Malaysia mulai memperbaiki cara pandang dan strategi pengembangan pasar yaitu menggabungkan konsep upaya mensuplai minyak sawit sebanyak-banyaknya untuk memenuhi permintaan pasar Supply Creates Own Demand dengan melayani permintaan sesuai selera konsumen setelah itu baru mensuplai minyak sawit sebanyak-banyaknya Demand Creates Own Supply. Strategi kongkrit yang dilakukan adalah proses hidrogenasi pada rantai senyawa hidrokarkon minyak sawit agar kandungan senyawa asam lemak trans hilang. Setelah dilakukan proses hidrogenasi, permintaan terhadap minyak sawit kembali meningkat terutama dari Amerika Serikat bahkan minyak sawit dijadikan sebagai pengganti minyak dari komoditi lain yang masih mengandung lemak trans. Bahkan, lemak beku sawit hasil hidrogenasi diminati konsumen Amerika Serikat dan negara tujuan ekspor 189 lainnya, dan ini menjadi strategi kemenangan bagi Industri sawit Malaysia the winning strategy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam lemak trans dari minyak sawit terutama dari senyawa bad LDL dapat meningkatkan kolesterol dan merusak kesehatan, namun senyawa HDL baik bagi kesehatan manusia. Batasan antara bad LDL dan HDL inilah yang menjadi ukuran dalam penggunaan minyak sawit dengan proses hidrogenasi seperti produk margarine dan shortening. Bahkan, ada upaya para peneliti di Amerika Serikat mencampur minyak sawit hasil hidrogenasi dengan minyak nabati lain agar rasio kolesterol minyak nabati produksi setempat sehat bagi konsumen akhir. Penemuan ini telah dipatenkan dengan label produk campuran yang aman dijual di Amerika Serikat ”Smart Balance”. Dari uraian di atas dapat ditunjukkan bagaimana strategi riset telah menjadi alat utama dalam menghilangkan citra negatif minyak sawit bahkan menaikkan kepercayaan konsumen sekaligus melipatgandakan permintaan minyak sawit dan produk lemak padatnya. Strategi berikut adalah dipatenkannya produk campuran bergizi tinggi yaitu produk Olein minyak sawit palm olein yang kandungan kolesterol sama rendahnya dengan minyak olive atau minyak sawi canola. Strategi ini menjadi momentum berikutnya dalam menaikan permintaan impor minyak sawit dari Amerika Serikat dan Iran yang awalnya juga terkena dampak isu asam lemak trans trans-fatty acids. 190 Saat ini minyak sawit telah menjadi minyak alternatif di berbagai negara tujuan ekspor terutama minyak sawit hasil proses hidrogenasi hingga menaikkan permintaan dan harga. Harga minyak sawit lebih kompetitif dibanding minyak kedele yang permintaannya mulai turun pada periode ini. Pada Gambar 11. dapat dilihat bahwa tahun 1984 sampai tahun 1986 harga minyak sawit turun tajam akibat kampanye negatif dari ASA. Mulai tahun 1987 dilakukan bantahan terhadap kampanye negatif tersebut sekaligus diupayakan diversifikasi investasi pada industri oleokimia dan industri pengilangan refinery minyak sawit di negara Malaysia dan di negara tujuan ekspor. Data menunjukkan, Malaysia pada tahun 1990 hanya mengekspor minyak sawit mentah CPO sebanyak 93 949 ton dan mengekspor minyak sawit olahan PPO sebanyak 5 633 502 ton. Sumber : Data diproses dari MPOB, 2008 Gambar 11. Phase Pengembangan Pasar Minyak Sawit Malaysia Tahun 1981-2000 2000 4000 6000 8000 10000 12000 1981 1984 1992 1996 2000 100 200 300 400 500 600 700 800 1988 Harga CPO Malaysia Turun Tajam karena Kampanye Anti Sawit dari ASA Dilakukan Bantahan Terhadap Kampanye Negatif dari ASA Strategi Diversifikasi Investasi pada Oleokimia dan Kilang Pembersih CPO di Luar Nageri 000 ton US ton Harga CPO Malaysia Produksi CPO Malaysia 191

6.1.3. Strategi Kebijakan Periode Tahun 2000-2020