II. TINJAUAN LITERATUR TENTANG STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA PASAR
2.1. Pendahuluan
Bab ini merujuk model analisis dari teori terdahulu mengenai Struktur, Perilaku dan Kinerja Pasar Structure, Conduct and Performance-
SCP yang telah dibukukan dalam puluhan tahun hingga sekarang. Ada beberapa kerangka dan perspektif yang dikemukakan yaitu; ”Harvard
Tradition”, Chicago-UCLA School , Contestable Market, Game Theory, ”New-Harvard Tradition” dan Perspektif Strategic Behavior .
2.2. Model Perspektif ”Harvard Tradition” atau Aliran Strukturalis
Menurut Bain 1954, untuk mengukur struktur pasar digunakan aspek strategis sebagai berikut :
1. Derajat konsentrasi penjual, digambarkan dengan jumlah dan distribusi penjual dalam pasar
2. Derajat konsentrasi pembeli, digambarkan dengan jumlah dan distribusi pembeli dalam pasar
3. Derajat diferensiasi produk, jumlah output dari berbagai penjual yang sulit dibedakan oleh pembeli
4. Kondisi masuk pasar yang dapat dijelaskan dengan mudah atau sulitnya masuk pasar terutama bagi pendatang baru.
Sedangkan untuk mengukur kinerja performance, digunakan indikator sebagai berikut :
1. Ketinggian harga jual dengan biaya rata-rata produksi
15
2. Efisiensi produksi dipengaruhi oleh skala usaha perusahaan seperti kesesuaian produksi dengan kapasitas produksi
3. Jumlah biaya promosi per biaya produksi 4. Karakter produk termasuk rancangan, kualitas produk dan macam-
macam produk dalam pasar 5. Tingkat progresif perusahaan dan industri dalam mengembangkan
produk dan teknik produksi dan perbandingan biaya. Struktur pasar merupakan elemen strategis yang relatif permanen
dari lingkungan perusahaan yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perilaku dan kinerja di dalam pasar Koch, 2000. Struktur pasar merupakan
bahasan penting untuk mengetahui perilaku dan kinerja suatu industri. Struktur pasar merupakan atribut pasar yang mempengaruhi sifat
persaingan. Elemen struktur pasar adalah pangsa pasar market share,
konsentrasi concentration dan hambatan masuk barriers to entry. Semakin tinggi tingkat konsentrasi maka akan semakin tinggi hambatan
masuk dalam suatu industri. Konsentrasi industri Concentration Ratio- CR4, dikatakan tinggi jika nilai konsentrasi penjualan dari empat
perusahaan terbesar melebihi 70 persen dari total penjualan. Ditinjau dari sisi deskripsi perilaku pasar conduct, berbagai ukuran
bisa dipakai sesuai perkembangan teori seperti; teori harga, diskriminasi harga, potongan harga, jaminan kualitas, strategis menghadapi pesaing
dengan bekerja sama cooperative strategy dan strategi tidak bekerjasama noncooperative strategy, integrasi vertikal, dan restriksi vertikal.
16
Sementara itu, kinerja pasar performance biasanya diukur dengan dua cara yaitu; pertama, dengan tingkat pengembalian modal rate of
return-ROR, yaitu keuntungan dari uang yang diinvestasikan. Kedua, harga dikurangi biaya marginal price-cost margin, namun ada juga harga
dikurangi biaya rata-rata price-cost average. Menurut Tirole 1989, pada mulanya pokok pembahasan dalam
Organisasi Industri adalah bahasan tentang ekonomi industri yang menekankan perilaku perusahaan dan industri, terutama dalam
pengendalian keseluruhan pasarnya. Studi organisasi industri adalah studi tentang fungsi pasar yang menjadi konsep penelitian diperkuat dengan teori
Ekonomi Mikro. Pegembangan Teori Organisasi dilakukan oleh Bain dan Mason 1959, yang terkenal dengan Harvard Traditionnya telah
mengembangkan paradigma yang terkenal dengan Structure-Conduct- Performance-SCP.
Sedangkan menurut Koeh, 1980, Konsep dasar yang penting dalam paradigma SCP adalah perusahaan selalu berusaha untuk mencari
keuntungan dengan berupaya menguasai pangsa pasar market share sebesar-besarnya. Oleh karenanya, Bain dan Mason berhipotesis bahwa
terdapat hubungan langsung antara struktur, perilaku dan kinerja pasar. Paradigma SCP adalah mengupayakan model tradisional yang dibutuhkan
untuk merumuskan jawaban atas sejumlah pertanyaan substantif terutama perilaku perusahaan yang terdapat di pasar dan kondisi dasar dari pasar
menentukan Struktur, Struktur menentukan perilaku, perilaku menentukan
17
kinerja, dan paradigma SCP memperluas bahasannya dalam hubungan struktur pasar, perilaku dan kinerja ke Oligopoli.
Paradigma ini menjelaskan adanya hubungan struktur dengan kinerja pasar yang dihasilkan melalui perilaku-perilaku tertentu dari
perusahaan yang ada. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa kinerja suatu industri merupakan fungsi dari struktur yang terjadi. Hal ini dapat dilihat
melalui persamaan berikut :
di mana : P = Performance kinerja
S = Structure struktur Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa elemen dari
struktur pasar adalah tingkat konsentrasi dan hambatan masuk atau entry barriers. Oleh sebab itu, variabel-variabel yang membentuk struktur pasar
tersebut juga akan mempengaruhi kinerja yang dihasilkan oleh pasar tersebut melalui perilaku tertentu dari perusahaan yang ada di pasar.
Persamaan tadi dapat diubah menjadi :
di mana : CR = Variabel pengukur tingkat konsentrasi
EB = Entry Barriers atau hambatan masuk Dalam pandangan tradisional, konsentrasi yang tinggi dalam suatu
industri akan mendorong terciptanya tingkat kolusi yang tinggi diantara
P = f S ;
P = f CR, EB
18
perusahaan yang ada di dalamnya, sehingga membuat industri tersebut cenderung memiliki struktur pasar monopoli. Hal ini akan berdampak pada
pembentukan harga yang tinggi, apalagi jika didukung dengan biaya produksi yang tetap, maka keuntungan yang diperoleh dari perusahaan-
perusahaan tersebut akan meningkat. Tingkat keuntungan ini dapat dijadikan proksi penilaian kinerja suatu perusahan atau suatu industri.
Para penganut aliran strukturalis percaya bahwa dalam mencapai kinerja industri yang baik, perlu campur tangan pemerintah untuk menjaga
kestabilan iklim kompetisi. Dengan kata lain, aliran ini mengatakan bahwa kinerja yang dianggap baik adalah kinerja yang dihasilkan oleh struktur
pasar persaingan sempurna. Selanjutnya studi yang dikembangkan Assauri, 2002, bertujuan
melihat dinamika industri dan pengaruhnya terhadap pembentukan organisasi manufaktur Indonesia. Studi ini menggabungkan model analisis
struktur, perilaku dan kenerja SCP dengan model ekonometrika, namun dalam menjelaskan model pengembangan pasar, banyak hal yang masih
perlu dipertanyakan terutama penggunaan variabel-variabel dalam konstruksi model ekonometrika yang menentukan struktur, perilaku dan
kinerja pasar manufaktur Indonesia dan masih terlalu sederhana untuk dipakai untuk menjelaskan perkembangan pasar dari industri sawit
Malaysia.
19
2.3. Model Perspektif Chicago- UCLA School