Perilaku Harga Persaingan dan Kolusi

122 konsentrasi yang tinggi akan mendorong perusahaan melakukan kolusi yang pada gilirannya akan menunjukkan kinerja yang dicapai. Menurut paradigma ini, perusahaan-perusahaan yang melakukan kartel akan menjadikan perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut memiliki keuntungan yang di atas normal. Dengan kata lain, paradigma ini meyakini bahwa pasar akan berfungsi dengan baik jika terjadi persaingan didalamnya. Sebaliknya, kinerja akan menjadi buruk jika dalam pasar perusahaan-perusahaan melakukan kolusi. Perilaku dapat diartikan sebagai pola tanggapan dan penyesuaian berbagai perusahaan yang terdapat dalam suatu industri untuk mencapai tujuannya dan menghadapi persaingan. Perilaku dapat terlihat dalam bagaimana perusahaan menentukan harga jual, promosi produk, koordinasi kegiatan dalam pasar berkolusi, kartel dan merger dan penelitian dan pengembangan RD. Menurut Hasibuan, 1993, perilaku didefinisikan sebagai pola tanggapan dan penyesuaian suatu industri di dalam pasar untuk mencapai tujuannya. Industri yang satu dengan industri yang lain memiliki perbedaan perilaku, salah satu penyebabnya adalah struktur yang dimiliki oleh industri tersebut. Perilaku terlihat menarik untuk dibahas jika suatu perusahaan berada pada suatu industri yang terdapat dalam struktur pasar yang tidak sempurna. Struktur pasar yang sempurna menyebabkan perusahaan tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga pasar.

4.2.2.1. Perilaku Harga

123 Perilaku harga dapat diukur dengan menggunakan indeks lerner sebagai berikut. L = P – MC P Di mana : P = Harga MC = Biaya marginal

4.2.2.2. Persaingan dan Kolusi

Menurut pandangan strukturalis, struktur pasar akan mempengaruhi perilaku perusahaan dalam membuat keputusan untuk berkompetisi atau berkolusi. Pandangan ini juga meyakini bahwa tingkat konsentrasi yang tinggi memungkinkan adanya praktek kolusi yang pada akhirnya akan menunjukkan kinerja yang dihasilkan akibat perilaku ini. Menurut paradigma ini, pasar akan berfungsi dengan baik, jika didalamnya terdapat persaingan. Sehingga dapat dikatakan bahwa kolusi dapat membuat kinerja suatu perusahaan menjadi buruk. Terkadang, tanpa dorongan untuk bersaing, membuat kualitas pelayanan menjadi buruk. Harga dan tingkat kualitas tidak terlalu diperhatikan, yang menjadi perhatian adalah bagaimana mendapatkan keuntungan yang sebesar- besarnya. Sebagai akibatnya, dengan harga yang tinggi mengakibatkan industri tersebut mendapatkan keuntungan diatas normal. Perilaku perusahaan dalam perusahaan pasar dapat terlihat melalui sikap kooperatif dan non-kooperatif. Perusahaan yang bersikap non- kooperatif akan bertindak atas diri sendiri tanpa melakukan perjanjian 124 secara eksplisit atau implisit terhadap perusahaan lain. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya perang harga. Sedangkan perusahaan yang bersikap kooperatif lebih memilih untuk meminimalkan persaingan melalui perjanjian yang disepakati bersama atau lebih dikenal dengan istilah kolusi. Istilah ini menunjukkan suatu situasi dimana perusahaan atau lebih bekerja sama menentukan harga atau output, membagi pasar di antara mereka, atau membuat bisnis lain secara bersama-sama. Sesungguhnya oligopolis yang berkolusi dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan bersamanya dengan mempertimbangkan saling ketergantungan mereka, mereka akan menghasilkan output dan tingkat harga yang cenderung bersifat monopoli. Begitu juga dengan tingkat keuntungan yang dirasakan, juga mengarah kepada keuntungan monopoli. Meskipun banyak oligopolis yang gembira karena mendapatkan keuntungan yang besar, dalam kenyataannya akan menghadapi rintangan- rintangan yang menghalangi kolusi yang efektif. Rintangan pertama adalah kolusi merupakan hal yang ilegal. Kedua, kemungkinan terjadinya kecurangan di antara perusahaan-perusahaan yang melakukan kolusi. Di saat perusahaan menemukan peluang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, maka semakin tinggi hasrat mereka untuk melanggar perjanjian yang telah disepakati. Salah satu bentuk kecurangan yang sering terjadi adalah dengan memproduksi jumlah output di luar kuota yang terdapat dalam kesepakatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keuntungan yang lebih besar merupakan insentif utama bagi perusahaan yang berada dalam 125 pasar oligopoli untuk melakukan kolusi dan menghindari persaingan. Mereka akan berkolusi jika mereka berada pada kondisi yang lebih baik dibandingkan jika mereka menentukan harga sendiri-sendiri. Terlebih lagi jika mereka menganggap bahwa ketergantungan mereka terhadap pesaing merupakan hambatan mereka untuk menentukan harga sendiri. Pada sisi lain, ada perusahaan yang menganggap faktor saling ketergantungan ini dapat dijadikan senjata untuk melakukan kompetisi dan membuat pesaingnya keluar dari pasar. Istilah kolusi menunjukkan suatu keadaan di mana dua atau lebih perusahaan bersama-sama menentukan harga atau output mereka atau membentuk suatu kesepakatan dalam melakukan tindak bisnis mereka yang pada akhirnya akan memunculkan kartel dalam perekonomian.

4.2.2.3. Faktor-Faktor Terbentuknya Kolusi