Diversifikasi Pasar Diferensiasi Produk Minyak Sawit Malaysia

162 prosentase ekspor minyak sawit CPO mengalami penurunan hingga tahun 1995 hanya 17 274 ton atau 0.2 dari produksi nasional Malaysia sebesar 7 810 546 ton sedangkan sisanya diekspor dalam bentuk produk turunan. Lihat Tabel 25., Bab 2. Investasi pada pengembangan produk dengan tujuan efektifitas dan efisiensi penetrasi pasar minyak sawit dan produk sawit Malaysia ke negara tujuan ekspor mulai dilakukan pada tahun 1980. Tabel 52., menguraikan perkembangan jumlah produk turunan sawit Malaysia dari tahun 1998-2008. Dari Tabel 51., dapat dilihat jumlah jenis produk turunan berbasis minyak sawit yang unggul di pasar dunia, dari tahun 1998 sampai tahun 2008, pengembangan seri produk sawit Malaysia cenderung makin banyak dan beragam. Strategi diferensiasi bertujuan selain menambah peluang penetrasi pasar dan posisi pasar Market Positioning, membangun konsep merek produk sawit Malaysia The Brand Malaysia brand Concep dan pelayanan purna jual Technical Advisory Service Group-TASG sebagai dukungan terhadap merek brand support dalam mendapatkan nilai tambah value added dari produk sawit. Informasi lengkap lihat Lampiran 4.

5.1.3.5. Diversifikasi Pasar

Selain strategi diferensiasi produk, dikembangkan diversifikasi pasar. Dari Tabel 53, negara tujuan ekspor komoditi dari kode MASIC 15142, MASIC 15143, MASIC 15144 semakin bertambah pada dekade terakhir, bahkan tahun 2006 mulai diekspor produk biodiesel hasil dari pengembangan strategi laut biru Blue Ocean Strategy produk industri 163 biodiesel Malaysia tahun 2003. Informasi lengkap negara tujuan ekspor industri Minyak Sawit Malaysia dapat dilihat Lampiran 5, 6, 7 dan 8. Tabel 51. Perkembangan Jenis Produk Minyak Sawit Malaysia Tahun 1997-2008, MSIC 15142, MASIC 15143, MASIC 15144 Tahun Minyak Sawit MSIC 15142 Jenis Produk Minyak Inti Sawit MASIC 15143 Jenis Produk Produk Jadi Sawit MASIC 15144 Jenis Produk 1997 28 25 34 1998 28 27 29 1999 28 28 32 2000 28 28 32 2001 28 32 35 2002 27 27 36 2003 28 24 28 2004 28 24 28 2005 28 32 35 2006 48 40 35 2007 48 40 25 2008 46 36 23 Sumber : MPOB, 2008. Menurut Gani 2006, selain Indonesia, India berpotensi menjadi tujuan utama tempat pengolahan produk turunan minyak kelapa sawit Malaysia di luar negeri. India sebagai negara tujuan ekspor kelapa sawit terbesar dunia membatasi impor bahan baku minyak biji-bijian dan minyak sawit mentah dari seluruh dunia. Pembatasan ini harus dicermati dengan mengambil peluang bagi perusahaan swasta Malaysia membangun pabrik pengolahan makanan berbasiskan kelapa sawit di India. 164 Tabel 52. Jumlah Negara Tujuan Ekspor Minyak Sawit Malaysia Tahun 1997-2008, MSIC 15142, MASIC 15143, MASIC 15144 dan Biodiesel Tahun Jumlah Negara Tujuan Ekspor Minyak Sawit MSIC 15142 Jumlah Negara Tujuan Ekspor Minyak Inti Sawit MASIC 15143 Jumlah Negara Tujuan Ekspor Produk Jadi Sawit MASIC 15144 Jumlah Negara Tujuan Ekspor Bodiesel 1997 97 58 60 1998 103 58 78 1999 109 76 90 2000 117 77 97 2001 117 86 104 2002 126 87 92 2003 137 87 110 2004 142 88 116 2005 145 89 120 2006 149 90 125 4 2007 150 99 125 9 2008 157 109 135 12 Sumber : MPOB, 2008. Menurut Gani 2006, tidak dapat dinafikan bahwa dunia berubah secara cepat sementara peluang pasar semakin sulit, hal ini berdampak kepada ekonomi, sosial, politik dan situasi di lingkungan industri sawit. Pada akhirnya, produktivitas tinggi dan nilai tambah produk sawit memberi andil dalam kestabilan ekonomi sawit Malaysia. Menurut Gani 2006, Hambatan dalam pengembangan Industri Minyak Sawit Malaysia adalah : 165 1. Lemah dalam menghadapi faktor dalam negeri dan luar negeri yang merusak perdagangan baik langsung maupun tidak langsung. 2. Tidak ada upaya dari Industri untuk meningkatkan pendapatan waktu harga meningkat, sementara pada penghasilan tetap biaya semakin meningkat. 3. Kurangnya tenaga ahli dan tenaga kerja buruh 4. Kurangnya jaringan dalam pengelolaan kebun, pamasaran maupun tenaga penulis yang berdedikasi tinggi. Menurut Gani 2005, pemasok minyak nabati dari Malaysia dan Indonesia lebih agresif di pasar India karena jaraknya lebih dekat daripada minyak kedele dari Amerika Selatan dan Amerika Serikat, minyak sawit dapat dijual lebih murah walau tarif impor minyak kedele labih rendah 10- 15 daripada minyak sawit Malaysia dan Indonesia, minyak sawit menguasai 70-75 dari 5 juta ton kebutuhan India per tahun, sisanya dikuasai oleh minyak kedele dan lainnya. Sementara itu, di China dalam waktu 7 bulan dalam tahun 2006 permintaan minyak sawit meningkat sekitar 30 menjadi 1,6 juta ton seiring naiknya harga minyak bumi, sedangkan impor minyak kedele turun sebanyak 41,5 menjadi 940,000 ton karena China memproses biji kedelenya menjadi minyak untuk kebutuhan dalam negeri. Walau begitu, persaingan pasar antara minyak sawit dan minyak kedele akan berlangsung terus menerus terkadang dengan tarif diskriminatif dan perang isu mengenai kesehatan konsumen. 166 Menurut penelitian USDA 2005, permintaan minyak sawit di India dan China naik sekitar 5,7 pada September 2006 seiiring naiknya pemakaian minyak dan lemak per kapita di India dan China menjadi 18-19 kg per kapita per tahun. Menurut Gani 2005, pemasaran minyak sawit diperkirakan meningkat dari Oktober 2005 sampai September tahun 2006. Menurut laporan Oilworld, produksi global dari delapan besar minyak sayur utama meningkat dari 106.7 juta ton tahun 2005 menjadi 112.04 juta ton pada tahun 2006, dari jumlah minyak sayur tersebut minyak sawit naik dari 32,95 juta ton tahun 2005 naik menjadi 34 juta ton tahun 2006, sedangkan minyak kedele naik dari 32.40 juta ton tahun 2005 naik menjadi 34.32 juta ton tahun 2006. Menurut Komaruddin 2006, persaingan perdagangan minyak sawit dengan minyak nabati lain semakin ketat dimasa datang, untuk mempertahankan agar Malaysia tetap unggul maka langkah-langkah berikut perlu diambil : 1. Inovasi dan teknologi produksi produk makanan berbasis minyak sawit perlu ditingkatkan 2. Pemanfaatan biomas dari limbah kelapa sawit 3. Pengembangan biofuel dari minyak sawit 4. Meningkatkan produktivitas kebun dan industri sawit nasional Malaysia Empat langkah ini sesuai dengan : 1. Naiknya permintaan bahan makanan dunia 2. Kampanye kelestarian hutan dunia 167 3. Kampanye kelestarian hewan 4. Kampanye lingkungan hidup 5. Seiring dengan keputusan UNFCC tentang pemanasan global dengan mengurangi gas rumah kaca ke atmosfir GHG yang dapat menyebabkan naiknya suhu udara, kemarau panjang dan angin topan. Menurut Gani 2005, strategi pembangunan industri hilir minyak sawit di luar negeri dapat memperluas pasar dan menjadi strategi jitu untuk menguasai pasar minyak nabati dunia. Pemerintah Malaysia menggalakkan perluasan perusahaan ke luar negeri karena kurangnya lahan untuk tanaman sawit di Malaysia seperti saat ini, Malaysia telah menguasai sekitar 25 kebun sawit di Indonesia. Untuk melihat perkembangan struktur Industri sawit Malaysia tahun 1960-2008 dan struktur industri sawit Indonesia dapat dilihat Matriks H-C Tabel 74 dan Tabel 75.

5.2. Analisis Perilaku Industri Sawit Malaysia